Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SERATUS lima puluhan santri dan anak yatim berkerumun di bawah pohon kamboja di sudut kawasan Pondok Pesantren Shohibul Barokah, Pandeglang, Banten, Selasa pekan lalu. Mereka khusyuk berdoa mengelilingi pusara Zaenal Abidin, bendahara Partai Demokrat sekaligus pengurus dana calon presiden dan wakil, Susilo Bambang YudhoyonoBoediono. Zaenal wafat di Rumah Sakit Husada, Jakarta, sehari sebelumnya. ”Sesuai wasiat, beliau ingin dimakamkan di bawah pohon kamboja,” kata Ketua Umum Demokrat Hadi Utomo dalam upacara pemakaman.
Kematian Zaenal, 54 tahun, sangat mengejutkan. Empat hari sebelum berpulang, Direktur Utama PT Shohibul Barokah ini menggelar konferensi pers. Zaenal menampik Badan Pengawas Pemilu yang meragukan kemampuannya membiayai kampanye Yudhoyono. Anggota Badan Pengawas Bambang Eka Cahya Widada sempat menyebutkan perusahaan ini cuma punya dua komputer. Shohibul termasuk ”penyumbang kakap” kampanye YudhoyonoBoediono.
Zaenal menyatakan, Shohibul Barokah merupakan holding company sejumlah perusahaan: PT Shohibul Inspektindo Internasional, PT Pagar Dewa Karya Utama, PT Trimanunggal Cipta Abadi, dan PT Anugerah Selat Karimun. Perusahaan itu bergerak di bidang angkutan laut, tanker, dan pensuplai minyak untuk kapal berbadan gembrot yang tidak bisa bersandar di pelabuhan.
Zaenal mengaku dirugikan oleh pernyataan Badan Pengawas. Ia mengaku dihujani pertanyaan kolega bisnisnya di Jepang. Selain itu, pernyataan Bambang Eka juga mencemarkan nama pasangan SBYBoediono. Zaenal menuntut Bambang meralat pernyataannya dan meminta maaf. Jika dalam waktu 2 x 24 jam Bambang Eka tidak memenuhi tuntutannya, Zaenal akan melaporkannya ke polisi. Tapi Bambang membantah mencemarkan nama Shohibul Barokah. ”Itu salah kutip, saya tidak bilang seperti itu,” kata Bambang Eka, Jumat pekan lalu.
Dalam daftar penyumbang Yudhoyono yang dilaporkan ke Komisi Pemilihan Umum, Zaenal menduduki tempat teratas. Dari Rp 20,225 miliar dana kampanye, Rp 16 miliar di antaranya berasal dari Zaenal. Atas nama pribadi, ia menyokong Rp 1 miliar. Sedangkan empat perusahaan di bawah induk PT Shohibul mengirim amplop Rp 15 miliar. Sumbangan itu bahkan lebih besar dibandingkan urunan Partai Demokrat yang hanya Rp 75 juta. Sumbangan lain datang dari Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie Rp 1 miliar, Hadi Utomo Rp 1 miliar, dan istri Yudhoyono, Kristiani Hernawati, Rp 200 juta.
Pesaing Yudhoyono, MegawatiPrabowo, melaporkan dana kampanye Rp 20,005 miliar. Prabowo menyumbang Rp 15,005 miliar dan Megawati Rp 5 miliar. Sedangkan dana kampanye pasangan Jusuf KallaWiranto Rp 10,25 miliar. Penyumbang terbesar adalah Golkar, sekitar Rp 7 miliar, dan Hanura kurang lebih Rp 3 miliar.
Ketua Demokrat, juga juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan, Zaenal baru menjalani operasi pemasangan cincin pada jantungnya di Kuala Lumpur, Malaysia. Tudingan dari Badan Pengawas membuat dia terkejut. ”Orang baru pasang cincin harusnya istirahat,” ujar Andi.
Bergabung dengan Partai Demokrat pada 2003, Zaenal sebelumnya aktivis Partai Persatuan Pembangunan. Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang Ade Permanasuta, pada Pemilu 1999 Zainal menjadi penyokong Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. ”Gaya politiknya tidak kaku pada aliran tertentu. Kalau dia suka, ia dukung sekuat tenaga,” kata Ade.
PT Shohibul Barokah terletak di ruang 903 Graha Kirana Building, gedung perkantoran 17 lantai di Sunter, Jakarta Utara. Berluas total 25 ribu meter persegi, Graha Kirana memiliki fasilitas bank, kafetaria, dan ruang serbaguna dengan kapasitas 400 orang. Lahan parkir cukup untuk menampung 300 mobil. Ada delapan lift, termasuk satu lift eksekutif dan satu lift barang. Keamanan dipantau 24 jam. Sewa ruang di sana Rp 120 ribu hingga Rp 65 ribu per meter persegi per bulan.
Kantor Shohibul Barokah menempati ruang 102,52 meter persegi. Kantor ini juga dipakai oleh PT Shohibul Inspektindo dan PT Trimanunggal Cipta Abadi. Kamis pekan lalu, dua karyawan tampak asyik mengobrol di ruang tamu. Pada salah satu dinding ruangan itu terpajang tulisan Shohibul Barokah, lengkap dengan logo jangkar dengan bola dunia di tengah. Dua karyawan tadi enggan bicara. ”Sudah ada pernyataan pers yang dibikin bos. Saya takut salah omong,” kata salah satu dari mereka.
Karyawan itu tak mengizinkan Tempo masuk. Tapi ia berusaha meyakinkan bahwa perusahaan tak cuma punya dua komputer seperti yang ditudingkan. Setidaknya, kata dia, ada sembilan komputer dan sebagian yang lain menggunakan laptop. Hari itu pegawai yang bekerja ada 20 orang. ”Yang di lapangan banyak,” katanya. ”Gaji kami besar, kalau enggak besar kami tak mau kerja di sini.”
Zaenal juga mengelola Yayasan Shohibul Barokah Wal Fadilah, selain menjadi penyumbang Pondok Pesantren Riyadul Mubtadiin di Bendungan, Cikeusik, Pandeglang. Yayasan itu memiliki pesantren yatim piatu di Jalan Raya Labuan, kilometer 8, Kampung Kadu Pinang, Pandeglang, Banten. Memiliki sepuluh bangunan, pondok itu dibangun di atas delapan hektare tanah.
Di pesantren itu terdapat gedung yayasan, asrama santri, lapangan basket, futsal, serta beberapa petak sawah dan tanah kosong. Seluruh bangunan berwarna biruputih. Sebuah bendera Partai Demokrat ukuran raksasa berkibar di depan gedung yayasan. Menurut Ade Permanasuta, Yayasan Shohibul Barokah berdiri pada 1990. Yayasan ini milik keluarga dan ditangani langsung Zaenal.
Di dalam kantor yayasan, tampak beberapa foto besar Zaenal sedang bersalaman dengan Presiden Yudhoyono. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini, kata Ade, memang pernah singgah ke pesantren ini. Sebagian besar menteri Kabinet Indonesia Bersatu juga pernah berkunjung. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, misalnya, pernah memberikan dua ambulans.
Sunudyantoro, Agung Sedayu (Jakarta), Mabsuti Ibnu Marhas (Pandeglang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo