Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dosa yoko ono dosa yoko ono

The beatles yang terdiri: john lennon, paul mc cartney, george harrison & ringo starr, mulai retak ketika muncul yoko ono. yoko disebut sebagai biang kerok penghancur the beatles. john selalu dekat yoko.

5 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIRIK lagunya berkisar pada soal sehari-hari. Siapa pun pernah mengalaminya. Dengarlah, Love-love me do / You know I love you. Album pertamanya, tahun 1962, mereka beri judul Love me do. Musiknya riang, ringan, dan manis -- yang dengan cepat menyebar ke seantero bumi. Begitu saja? Tidak. Merekalah yang membikin para remaja mabuk sulit untuk diam. The Beatles memang memabukkan. Juga di Indonesia. Betapa tidak, presiden pun sampai pernah turun tangan. Di tahun 60-an, ketika para orang muda tengah keranjingan, Bung Karno bilang: lagu Beatles haram, musik ngak-ngik-ngok terlarang. Namun, Beatles tetap Beatles. Pesonanya terus merembes ke hati siapa pun pendengarnya. Bermula di Liverpool, Inggris, semasa Perang Dunia Kedua. Di saat bom-bom berjatuhan, emat bom lain dilahirkan dari rahim ibu yang berbeda. Merekalah Ringo dan John -- keduanya lahir tahun 1940, Paul pada 1942, dan George setahun berikutnya. Terbuktilah bayi-bayi itu memang bom waktu. Dua puluh tahun kemudian bom itu meledaklah mengguncangkan segalanya. The Beatles. Sejak sekolah, John Lennon adalah bintang. Ia pimpinan band sekolah -- The Quarrymen. Lalu ia ketemu Paul McCartney. McCartney pun mengenalkan Lennon dengan George Harrison. Berkumpullah mereka: nyanyi bersama, masing-masing bergitar. Perkoncoan itu berlanjut sampai mereka usai sekolah, 1959. Sewaktu di 'Liverpool College of Art', Lennon ketemu Stuart Sutcliffe. Sutcliffe dibujuk untuk bergabung, menangani bas. Segera penampilan mereka menarik perhatian impresario. Larry Parnes mulai 'menjual' mereka keliling Skotlandia. Walaupun statusnya hanya pendamping -- bintang tur itu Johny Gentle -- nama The Silver Beatles (waktu itu begitu, namanya) mulai dikenal. Drum? Oo... mereka punya walaupun bukan anggota tetap. Pete Bestlah orangnya. Setelah Skotlandia, mereka mencoba publik Jerman. Pergilah The Beatles ke Hamburg. Tapi kunjungan pertama itu hanya berlangsung singkat. Pemerintah melarang George Harrison main: belum cukup umur untuk tampil bar dan klub-klub. Para poni muda itu pulang kampung ke Liverpool. Formasi pun berubah. Stuart Sutcliffe keluar "mau melanjutkan sekolah seni". McCartney yang mengambil alih bas. Tapi kemudian, berita yang terdengar sangat tragis. April 1962, Sutcliffe mati. Terjadi perdarahan di otaknya. Sementara posisi manajer The Beatles diambil alih Brian Epstein. Di tangan Epstein, anak-anak itu mencoba membuat aransemen lagu di Deca Records. Tapi percuma, tak ada hasil. Mereka pun kembali menyeberang ke Jerman. Pete Best ditendang. Buat gantinya, mereka menemukan Ringo Starr -- teman sekampung -- di Hamburg. Inilah formasi terbagus The Beatles. September 1962 Lennon dan kawan-kawan meneken kontrak di EMI Records. Melejitlah mereka bersama lagu-lagu manisnya, yang dibawa tur keliling secara berkala ke seputar negaranya sendiri, Eropa, Amerika, dan Australia tahun 1964. Beatles lantas merebak ke mana-mana. Menghibur. Memang itulah ciri empat kawanan berponi yang sekaligus dua atau tiga di antaranya kelihatan berebutan mike di atas panggung untuk kompak melengking. Sembari punggungnya terbungkuk-bungkuk dengan tubuh terbungkus setelan jas. Lalu kembali asyik dengan gitarnya. Sementara itu, si Ringo cuek mengganyang beduk, di belakang sana. Setelah cukup enam album, Beatles muncul dalam layar bioskop. A Hard Day's Night itu film pertama mereka. Lagi-lagi langsung digemari. Rahasianya, sutradara Dick Lester dan penulis skenario Alun Owen ogah menyontek jenis film drama situasi, dengan tempelan bintang penyanyi -- macam Elvis Presley atau Cliti Richard sebagai aktor yang cuma dipasang untuk menyanyi, meski yang begitu lagi musimnya. Hard Day's menggeser yang begituan. Ia menyuguhkan teknik memanjangkan potret si penyanyi dalam keseharian, diselingi sedikit adegan khayal yang bisa jadi kocak, sebagai ilustrasi untuk menampilkan band hidup mereka. Jadi, mereka itu tidak cuma menyanyi, tetapi bermain. Baru lagunya menyusul. Umpamanya, kawanan The Beatles itu mendadak ketemu macan. Mereka berteriak, 'Heeeelp! Lalu masuk nyanyian Help/ I need somebody / Help. Ini contoh dari film kedua The Beatles, Help. Mereka disukai, tanpa mengenal SARA atau ilmu bumi. Penggemarnya bisa mereka yang lagi puber pertama atau kedua. The Beatles dengan John Lennon (gitar, vokal), Paul Mc Cartney (vokal, bas), George Harrison (gitar, vokal) dan Ringo Starr (dram, vokal), lantas dijuluki "kelompok musik rock pertama yang mampu menjembatani jurang generasi". Beatles makin percaya diri. Setelah Penny Lane dan Strawberry Fields Forever dianggap sebagai the best pop single of all time, mereka mencuatkan Sergeant Pepper's Lonely Hearts Club Band, 1 Juni 1967. Album ini dianggap lebih tepat untuk menyebut mereka sebagai kelompok musik rock. Semangat gendumbrangan lebih kental. Mereka juga membuat dapur rekaman sendiri berlabel Apple, untuk album Hey Jude/Revolution. Kemudian muncullah Yoko Ono. Empat sekawan mulai retak. Itulah kisah mengapa Yoko disebut sebagai biang kerok penghancur The Beatles. Dalam keadaan yang tak kompak lagi mereka masih sempat memunculkan lagu Ballad of John and Yoko -- bisa dibayangkan bagaimana pengaruh Yoko pada The Beatles. Lagu itu memang menggambarkan kekacauan dalam tubuh yang tampaknya tak ada harapan untuk sembuh. Ketidaksabaran itu muncul di depan kamera waktu pembuatan film Let It Be. Wajah Yoko juga muncul dalam film itu. Maklum, John melarang Yoko jauh-jauh darinya. I don't believe in Beatles/ I don't believe in Bobby Zimmerman/ I just believe in me. Yoko and me. John memilih Yoko. Memilih Plastic Ono Band. Dari pengiring baru ini, lahir album Imagine, tahun 1971.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus