SELAMA ini ada kesan seolah-olah DPR DKI Jakarta tak bersuara
di luar forum. Ada yang berkata hal itu karena dijinakkan.
sementara ada pula yang beranggapan rnemang DPRD kurang
semangat, dan tumpul dalam bersikap dan berfikir: lebih bersifat
"birokrat" daripada kalangan eksekutif DKI sendiri. Benar atau
tidak, entahlah. Tapi pekan lalu, beberapa hari sebelum Pejabat
Gubernur Ali Sadikin menyerahkan jabatannya, untuk pertama
kalinya Ketua DPRD-DKI, Brigjen (Pol) A. Wiratno Puspoatmodjo
SH, secara terbuka mengeritik kebijaksanaan baru DKI di bidang
perparkiran. Khususnya kebijaksanaan pengadaan taman parkir.
"Setidak-tidaknya tidak diperluas sebelum adanya peraturan
daerah DKI yang mengatur masalah tersebut", ucap Wiratno kepada
para wartawan. Pada malam ulang tahun Jakarta ke-450, lewat TVRI
untuk pertama kali pula Wiratno berpidato ke masyarakat. Di
tahun-tahun sebelumnya, Gubernur yang muncul.
Untuk mendapat gambaran bagaimana hubungan antara lembaga
legislatif dan eksekutif DKI selama ini, berikut ini beberapa
hasil wawancara TEMPO dengan Ketua DPRD-DKI Wiratno Puspoatmodjo
SH. Demikian pula wawancara dengan para pimpinan fraksi, yang
sebentar lagi akan berakhir masa kerjanya.
Ketua DPRD-DKI, Brigjen Pol. A. Wiratno Puspoatmodjo SH.
Tanya: Mengapa selama ini DPRD tak pernah terdengar memberikan
kritik secara terbuka terhadap kebijaksanaan Gubernur.
Jawab: Kedudukan DPRD itu berbeda dengan DPR-RI. Sebagai yang
termuat dalam UU no 5/1974, Pemerintah Daerah adalah Kepala
Daerah beserta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dengan demikian
apa yang menjadi tindakan Pemerintah Daerah, DPRD juga turut
bertanggung jawah.
T: Kalau Gubernur Ali Sadikin berani mengeritik Pemerintah
Pusat secara terbuka mengapa DPRD tak pernah melakkan hal
yang sama terhadap Gubernur.
J: Kita itu seperti dalam sebuah rumah tangga. Kalau ada yang
tak sesuai atau cekcok kita selesaikan di dalam, buat apa
diekspos ke luar. Dan ini bukan berarti tak ada perbedaan
pendapat. Setiap perbedaan kita selesaikan dengan saling
pengertian dan rasa tanggung jawah masing-masing.
T: Dalam hal penggusuran misalnya, reaksi masyarakat
biasanya cukup keras.
J: Setiap kebijaksanaan sudah kita gariskan untuk setahun, kalau
dalam pelaksanaannya DPRD berpendapat kurang tepat maka Dewan
memberikan rekomendasi pada Gubernur yang sifatnya tidak mutlak
mengikat. Ini tentu saja disampaikan tidak secara terbuka.
Karena kalau terbuka bisa mengganggu ketenangan dan kestabilan
masyarakat.
T: Bagaimana kalau terjadi benturan kepentingan antara
Pemerintah Daerah dan rakyat, apa yang dilakukan DPRD.
J: Di satu pihak DPRD sebagai wadahnya wakil-wakil rakyat yang
menampung dan menggali aspirasi rakyat. Di lain pihak DPRD juga
merupaakan unsur perangkat Pemerintah Daerah. Kalau DPRD
semata-mata cenderung kepada suara rakyat saja mungkin akan
merugikan policy Pemerintah. Sebaliknya kalau cenderung pada
Policy Pemerintah saja bisa juga merugikan rakyat. Maka
itu kita harus berusaha membentuk suatu keseimbangan antara
kepentingan rakyat yang tercermin dari aspirasinya dengan
pembangunan yang direncanakan Pemerintah.
Maka itu dalam hal penggusuran. Dewan selalu berpendapat: "Kalau
digusur untuk proyek Pemerintah atau sosial maka penentuan
harga ganti rugi harus melalui Panitia Negara. Sedang
kalau untuk kepentingan swasta terutama yang ada segi
komersiilnya wajar kalau yang punya jangan terlalu dirugikan.
Biarkan mereka bicara sehingga keduabelah pihak puas. Cuma kalu
tak tercapai kata sepakat baru Pemarintah Daerah turun tangan
sebagai penengah".
T: Apa yang belum berhasil dilaksanakan Gubernur Ali
Sadikin.
J: Dari segi perencanaan seperti yang dituangkan dalam APBD
setiap tahunnya, semua tercapai. Tapi kalau dilihat dari segi
kepentingan masyarakat kota seperti kurangnya air minum, belum
semua penduduk menikmati listrik, banjir yang laten dan sampah
yang menumpuk, kita juga merasa belum puas. Cuma itukan di luar
kemampuan dan wewenang Pemerintah DKI.
T: Dalam bidang apa Pemerintah DKI bisa dikatakan paling
berhasil.
J: Nah, menurut saya yang paling berguna bagi generasi
mendatang terutama mereka yang akan memerintah suatu daerah
adalah keberhasilan Ali Sadikin dalam meletakkan pola-pola
pembangunan. baik dari strateginya maupun dalam pemilihan
prioritasnya. Pembangunan yang berlangsung di Jakarta ini tidak
ngawur dan cukup sistimatis. Maka itu lihat saja, kelompok mana
dalam masyarakat Jakarta yang tak mendapat perhatian.
T: Apa yang harus dilakukan Gubernur yang akan datang.
J: Situasinya sudah jelas berbeda dengan masa permulaan
pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. Dan kondisi yang sekarang
tentu saja membutuhkan persyaratan yang lain. Secara pribadi
saya harus bisa mengatakan bahwa Gubernur yang akan datang
harus lebih diarahkan pada terciptanya tertib hukum dan tertib
administrasi.
Anang Soedjana, Ketua Fraksi ABRI
Kerjasama yang berlangsung selama ini antara Pemerintah DKI
dan DPRD cukup baik, masing-masing pihak mematuhi rules of the
games yang ditentukan bersama, kata Anang Sudjana, 56 tahun,
kelahiran Majalaya. Tapi kalau ada anggaran lain tentang
kerjasama itu, terserah mereka yang berpendapat. Kenyataan
menunjukan bahwa Pemerintah DKI telah membuahkan hasil yang bisa
dinikmati semua pihak. Ini tentu saja hasil dari kerjasama yang
baik itu.
Sebab itu pula Anang Soedjana menolak anggapan yang mengatakan
bahwa DPRD selama ini dibungkem. "Kalau kita sudah memberi
garis, diterima dan kemudian dipakai ya sudah", kata Anang.
Lihat saja sudah berapa Peraturan Daerah yang kita hasilkan
selama ini, tambahnya. Memang perbedaan-perbedaan kecil ada tapi
semua itu bisa kita selesaikan. Yang jelas kita masih dalam
taraf mengejar ketinggalan dan untuk itu diperlukan Gubernur
yang berani dan juga bertanggung jawab serta punya kepribadian,
ujar Anang Soedjana.
Maka itu ketika ditanya siapa yang cocok untuk jadi pengganti
Ali Sadikin. Anang dengan cepat menjawab: "Siapapun orangnya
bukan soal, asal dia tahu keadaan Jakarta". Pak Ali itu tahu
persis keadaan Jakarta setelah dia keluar masuk lorong-lorong di
Jakarta, ujarnya menutup pembicaraan.
Parulian Silalahi, sekretaris Fraksi PDI
"Sikap kontroversiil dari Ali Sadikin itulah yang lebih membikin
keserasian kerja antara legislatif dan eksekutif, dan sikap itu
pulalah yang membuat dia berhasil" kata Silalahi, 38 tahun,
kelahiran Pangururan, Sumut. Sebagai contoh, kata Silalahi,
pernah suatu kali Bang Ali mengecam DPRD dengan mengatakan bahwa
tanpa DPRD dia bisa bekerja. Tapi apa yang terjadi, dalam
kegiatan Pemerintah Daerah. Ali Sadikin sebenarnya banyak
menerima dan melaksanakan saran-saran yang diberikan DPRD,
tambahnya.
Dia menilai tanpa administrator yang baik - seperti Ali Sadikin
- Jakarta tidak sesukses yang sekarang. Namun dia juga tak
menutup mata akan kekurangan yang ada. Masih banyak dari tugas
yang harus dikerjakan Ali Sadikin, belum tercapai, kata
Silalahi. Sebagai contoh dia menunjukkan kurangnya angkutan
umum. "Sudah berulang kali DPRD minta agar jumlah bis
ditambah", ujarnya. Bahkan tentang angkutan Metro Mini. DPRD
pernah mengusulkan agar dibuat perusahaan supaya ada persaingan
dalam hal servis. Begitupun ia beranggapan apa yang belum bisa
dicapai Ali Sadikin selarang ini mungkin karena hal itu di luar
kemampuan dan wewenang Ali Sadikin.
Pinantun Hutasoit, Wakil Ketua Fraksi Karya Pembangunan
"Bagaimana pun kerasnya perbedaan pendapat yang terjadi antara
DPRD dan Pemerintah DKI, itu tak pernah menjadi bahan
pertentangan kata Pinantun Hutasoit. 42 tahun kelahiran Tapanuli
Utara. Karena saling adu argumentasi itu berlangsung secara
wajar sehingga pada akhirnya kedua belah pihak bisa mengambil
alternatif apa yang paling baik tambahnya. Sebagai contoh
dikemukakannya Peraturan Daerah mengenai perumahan yang baru
selesai setelah melalui masa penggodokan selama 2 tahun lebih.
"Inilah kelebihan Ali Sadikin, dia tak pernah ngotot dalam
memaksakan kehendaknya, begitu pula DPRD, kami tak hanya membisu
dalam menghadapi rencana-rencana yang diajukannya", ujar
Hutasoit.
Dan karena Ali Sadikin bekerja atas pola dasar pembangunan yang
sudah ditentukan bersama maka dia juga terikat pada urutan
prioritas. "Itulah hasil maksimal yang bisa dicapainya kalau mau
dikatakan Ali Sadikin tak berhasil", ujarnya. Namun dalam
menghadapi arus deras urbanisasi yang menimbulkan berbagai
akibat seperti gelandangan dan pengangguran, Hutasoit menilai,
"itu bukan hanya urusan Ali Sadikin tapi itu masalah nasional
yang harus dipecahkan secara nasional. Persoalamlya barangkali
bisa dipecahkan kalau ada keseimbangan pembangunan di semua
wilayah Republik", tambahnya.
H.M. Ma'ruf Amil B.A, Ketua Faksi PPP
"Jangankan orang Indonesia, orang asing pun sangat mengagumi
keberhasilan Ali Sadikin", ujar H.M. Ma'ruf Amin 34 tahun,
kelahiran Tanggerang. Lantas dia menunjukkan Proyek MHT,
pelebaran jalan dan pembangunan gedung-gedung sekolah sebagai
contoh keberhasilan Ali Sadikin. "Cuma satu hal yang juga tak
bisa dilupakan, berhasilnya pembangunan di Jakarta berakibat
mengundang urbanisasi", ujarnya.
Adanya peraturan yang menyatakan Jakarta sebagai kota tertutup
paling tidak sudah berhasil menekan arus urbanisasi. Maka itu
pula dalam menengok kembali hasil yang dicapai Ali Sadikin.
Ma'ruf menilainya tak lepas dari kerjasama yang ada antara DPRD
dan Pemerintah DKI. Selama periode 1971 sampai 1977 DPRD telah
berhasil turut menuangkan Peraturan Daerah sebanyak 40 buah kata
Ma'ruf.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini