Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perzinahan para istri

Hasil riset 2 tahun terhadap 1200 wanita dan pria berkeluarga di italia: 58% melakukan zina. sebagian besar tidak menemukan kepuasan. seks berkelompok dan tukar pasangan populer. homoseksual biasa.

2 Juli 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU riset mengenai tingkah laku seksuil yang diumumkan minggu lalu menunjukkan bahwa makin banak saja kaum isteri Italia rjerumus (terjerumus? Lebih baik: masuk) ke dalam perzinahan. Alasannya: mereka berpendapat suami mereka bukanlah kekasih yang ideal. Tapi studi itu selanjutnya mendapatkan pula: sebagian besar kaum ibu itu tidak menemui kepuasan dalam hubungan di luar perkawinan tersebut. Dengan demikian, itu malah mempertebal ketidak-tenteraman mereka. Hasil riset selama dua tahun yang dilakukan oleh Norberto Valentini dan Clara di Meglio berupa kumpulan wawancara dengan 1200 orang wanita dan pria berkeluarga di seluruh Italia dan telah dibukukan di bawah judul Pasangan Bugil. Sampai sekarang buku itu telah terjual sebanyak 40.000 jilid. Data yang diperoleh: 58 persen dari wanita yang diwawancarai mengaku telah mengadakan hubungan kelamin di luar perkawinan. Sampai 16 persen melakukannya 30 tahun yang lalu dan 25 persen melakukannya di tahun 1970. Angka perzinahan di kalangan suami tetap, 75 persen. Seorang nyonya yang bekerja di bidang hubungan masyarakat mengaku: "Saya mengkhianatinya untuk mencari kesenangan pribadi, tapi ternyata itu cuma khayalan". Lain pula pengakuan seorang ahli hukum dari Palermo. Katanya: "Kita memerlukan pasangan-pasangan lain. Hubungan seks hanya dengan isteri saja tidak cukup". Kedua penulis melihat bahwa makin banyaknya para isteri yang terlibat dalam hubungan di luar pernikahan merupakan gejala yang sangat menonjol dalam hasil studi tersebut. Ini, katanya merupakan salah satu akibat dari emansipasi wanita. Juga sebagai reaksi atas kebiasaan pria Latin yang berhubungan seksuil sesuka hati mereka dan kapan saja di kala senggang. Dan ini dilakukan hanya untuk kesenangan sendiri semata-mata. Hasil Sampingan Survei tersebut mengatakan pula bahwa sekali kaum wanita mengerjakan apa yang dimaui oleh masyarakat dan dunia laki-laki, kesenangan mereka tak pernah dibicarakan. Apabila mereka terpuaskan, itu merupakan hasil sampingaul. Namun kaum wanita zaman sekarang jauh lebih sadar akan kehidupan seksuil mereka. Kekecewaan karena suami-suami tak dapat memuaskan mereka sangat menonjol. "Saya harus mengajar suami saya bagaimana caranya bercinta", demikian kata seorang ibu rumah tangga dari Sicilia yang berumur 29 tahun. "Ia sama sekali tak peka akan hubungan badani", demikian keluh seorang arsitek wanita dan Turin tentang suaminya. Seorang nyonya lain malah mengatakan "ia hanya mau berbuat apabila saya yang meminta. Tak ada inisiatif dari dia". Seorang pegawai bank pria dari Florence mengatakan tentang isterinya: "Yang difikirkannya cuma seks melulu". Tutup Mulut Kalau Bekeja Seorang ibu rumah tangga lainnya malah mengatakan bahwa selama 10 tahun perkawinan mereka ia tak pernah melihat suaminya tak berpakaian. "Karena di tempat tidur maupun di mana saja ia selalu berpiyama". Sang nyonya tersebut mengatakan pula - seperti halnya sebanyak 60 persen dari yang diwawancarai bahwa hubungan kelamin mereka tak pernah berlangsung lebih dari dua menit. Laporan itu memberikan sumbangan kepada pandangan terbuka dan jujur atas kehidupan seks yang sekarang sedang melanda Italia. Sebuah buku populer lain Kepahitan Seksuil membeberkan kekecewaan seksuil 30.000 wanita Italia. Hal lain yang dibicarakan adalah apa yang dipercakapkan orang Italia selama hubungan kelamin. Survei menunjukkan bahwa orang Italia yang biasanya ribut itu, kalau sedang "begitu" lebih banyak tutup mulut. Kesimpulan lain yang ditank oleh buku Pasangan Bugil:  Hanya seorang responden wanita mengatakan bahwa ia tunduk kepada petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Gereka Katolik Roma mengenai pencegahan kehamilan secara buatan, pengguguran, hubungan seksuil di luar nikah dan hubungan homoseksuil.  Hanya 39 persen isteri-isteri dan 50 persen suami-suami berpendapat bahwa hubungan seksuil sah mereka "memuaskan". Sepertiga wanita mengatakan bahwa problema seks sebagai akar krisis rumah tangga mereka. Tahun 1962 jumlah tersebut hanya 18 persen.  54 persen dari wanita-wanita yang diwawancara mengatakan bahwa mereka tak pernah atau jarang mengalami orgasme pada waktu berhubungan dengan suami mereka. Di kalangan suami jumlah ini lebih rendah: hanya 24 persen.  Hubungan antar seks yang sejenis (homoseksuil), biasa atau sekali-sekali dilakukan oleh 15 persen isteri-isteri dan suami-suami. Seks berkelompok dan tukar menukar pasangan cukup populer. Prosentasenya sama. Kemarahan, Kedongkolan dan Rasa Kecewa Kebebasan yang cukup fantastis itu ternyata belum juga memuaskan nyonya-nyonya Italia. Pekan silam, sejumlah 30 ribu nyonya rumah melancarkan demonstrasi di pusat kota Roma. Mereka yang datang dari berbagai penjuru Italia itu melancarkan protes mereka terhadap keputusan senat Italia yang melarang adanya pengguguran. "Kami tahu bahwa undang-undang itu memerlukan perjuangan keras untuk mengesahkannya", kata Enrica Lucarelli, 41 tahun, ketua bagian wanita Partai Sosialis Italia. "Tapi kami tidak pernah menyangka bahwa kami akan kalah" tambahnya pula. Kemarahan, kedongkolan dan rasa kecewa mewarnai perasaan para nyonya yang berdemonstrasi tanggal 10 Juni yang lalu itu. Kalau saja senat meloloskan rancangan undang-undang pengguguran itu. Italia tentulah telah menjadi negara pertama di Eropa yang mempunyai undang-undang pengguguran yang amat liberal. Kini harapan itu setidaknya untuk sementara waktu telah musnah. "Sebelum pengguguran dibolehkan di negeri ini, kami akan terus melakukan pengguguran dengan gaya abad pertengahan", kata Vera. seorang ahli kandungan dari Pisa. Ongkos pengguguran gelap di Italia berkisar di sekitar setengah juta jiwa (Rp 250 ribu) hingga satu juta lira (Rp 500 ribu). Wanita-wanita miskin banyak yang menggunakan obat-obat tradisionil yang ternyata tidak jarang menyebabkan kematian. Kegagalan di senat ini betul-betul "merupakan tamparan pada muka kita", kata Maria, 17 tahun, yang datang dari Bologna bersama 30 wanita lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus