Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
DPRD menyebutkan PT Adhi Karya tak melapor akan menggandeng Penta Architecture dalam proyek renovasi SMAN 96.
Puslabfor Polri telah memeriksa data puing dan dokumen proyek.
Guru dan siswa SMAN 96 melakukan kegiatan sementara di gedung SMKN 73.
JAKARTA – Puluhan rangka baja menjuntai menahan puing beton dari konstruksi dinding dan tiang yang roboh dari lantai empat gedung Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 96 Cengkareng Barat, Jakarta Barat. Separuh puing lainnya telah jatuh dan tergeletak hancur di halaman sekolah, kemarin. Kondisi ini sama persis dengan saat peristiwa runtuh terjadi, 17 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konsorsium PT Adhi Karya dan Penta Architecture, sebagai kontraktor, memang tengah menghentikan kegiatan renovasi total di sekolah tersebut. Mereka hanya menempatkan beberapa petugas keamanan untuk menjaga wilayah yang telah dikelilingi garis kuning milik kepolisian. Korps Bhayangkara memang tengah membuka penyelidikan peristiwa yang menyebabkan empat pekerja bangunan mengalami luka-luka tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Awalnya, (renovasi total) selesai Desember 2021. Tapi, karena kejadian ini, belum tahu kapan selesai. Karena saat ini memang (pembangunan) berhenti total,” kata Kepala SMAN 96, Sukarman, saat ditemui di SMKN 73, kemarin. Selama renovasi gedung, murid SMAN 96 menumpang belajar di SMKN 73.
Dia mengklaim, pengurus sekolah tak mengetahui detail kronologi dan penyebab konstruksi bangunan yang telah berjalan selama dua bulan tiba-tiba roboh. Berdasarkan kesaksian warga sekitar lokasi, hujan beberapa kali mengguyur wilayah tersebut sebelum peristiwa terjadi. Sejumlah warga kemudian mendengar bunyi dentuman sangat keras yang diikuti suara minta tolong. Saat itu, empat pekerja yang menjadi korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng.
Suasana setelah robohnya gedung SMAN 96 Jakarta di Jalan Jati Raya, Kapuk, Jakarta, 18 November 2021. Magang Tempo/Ridho Fadilla
Pengurus SMAN 96 mengklaim telah berulang kali mengajukan permohonan renovasi ke Dinas Pendidikan DKI. Gedung dua lantai yang berusia lebih dari 36 tahun tersebut mengalami banyak kerusakan akibat rutin terkena dampak banjir. Jumlah ruangan juga tak lagi mampu menampung kegiatan dan aktivitas siswa yang rata-rata per kelas mencapai 40 orang. “Selama renovasi, kegiatan diadakan di SMKN 73,” ujar Sukarman.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI, Ima Mahdiah, mengatakan legislatif menemukan indikasi penggunaan bahan konstruksi yang lebih rendah dari spesifikasi dalam dokumen tender. Dewan pun menyoal keputusan Adhi Karya yang mensubkontrakkan pembangunan renovasi total SMAN 96 kepada Penta Architecture. Perusahaan pelat merah itu disebut tak pernah mengajukan rekanan dalam pengajuan dokumen lelang.
"Jadi, ya, mereka (Penta Rekayasa) mengurangi bahan, mengurangi spesifikasi (material bangunan)," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut.
Ima pun meminta Dinas Pendidikan menuntut Adhi Karya membongkar dan membangun ulang seluruh gedung SMAN 96. Legislatif khawatir konstruksi di bagian lain juga tak memiliki kekuatan yang sesuai untuk menahan seluruh kegiatan belajar dan mengajar di sekolah tersebut.
Juru bicara Dinas Pendidikan DKI, Radja Taga Gah, menolak berkomentar tentang proyek rehab total di SMAN 69. “Maaf, tak bisa komentar tentang kasus tersebut,” kata dia.
Project Manager PT Adhi Karya, Nur Samsul Rizal, mengatakan perusahaannya masih menunggu hasil pemeriksaan tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri. Meski demikian, dia mengklaim spesifikasi bahan bangunan dan waktu pengerjaan proyek sudah sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syaratnya (RKS).
“Saya tidak bisa komentar dulu, karena ini masih dalam penyelidikan. Tunggu hasil dari Puslabfor apa penyebab utama kerobohan ini,” ujar Nur.
Kepala Unit Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Resor Jakarta Barat, Ajun Komisaris Fahmi Fiandri, mengatakan tim Puslabfor telah mengukur bangunan, mengambil bukti foto dan dokumen proyek renovasi total SMAN 96. Polisi pun telah memeriksa 12 orang saksi yang terdiri atas project engineering manager, para pekerja, dan korban.
Saat ini, tim pun masih melanjutkan mendalami informasi dari pemeriksaan puing-puing konstruksi. “Nanti hasilnya disampaikan tim Puslabfor,” kata dia.
Meski demikian, Polres Jakarta Barat belum menyimpulkan adanya indikasi korupsi dalam proyek tersebut. Polisi mengklaim masih membutuhkan pemeriksaan dan bukti soal dugaan pemakaian material atau bahan yang tak sesuai dengan spesifikasi dokumen lelang.
FRANSISCO ROSARIANS l JULNIS FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo