JIKA tak ingin dicemooh orang, jangan punya anak lebih dari dua. Ini bukan propaganda kantor BKKBN. Yang ini benar-benar terjadi di Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Di kawasan itu, bila ada ibu yang melahirkan anak ketiga, bukannya disambut gembira. Malah dia dikucilkan. Ya orangtuanya, ya anaknya. Kalau sudah besar, si anak juga diasingkan dari pergaulan. Ironis, memang. Tapi, jangan kaget. Tradisi semacam ini timbul secara spontan di kalangan warga. "Kami tak pernah menyuruh. Sikap seperti itu sudah membudaya," kata Daryono, Camat Selo, kepada Nanik Ismiani dari TEMPO. Justru karena itu, program KB terbilang sangat lancar di sana. Angka pertambahan penduduk dari tahun ke tahun berkisar 0,5 persen. Ada untungnya. Buktinya, dari 3.610 pasangan usia subur, tinggal 200 yang belum ikut program KB. Para peserta hampir seluruhnya memakai spiral atau suntikan. Warung yang jualan "sarung penyelamat" mungkin tak laku. "Tak ada yang nelan pil atau pakai kondom," tutur Daryono lagi. Sebenarnya, Selo yang sejuk di kaki Gunung Merapi ini ternyata tak membuat orang terus-menerus "kelonan". Mata pencarian penduduk hanya bertani tembakau dan sayur-sayuran. Pendek kata, banyak waktu yang terluang. Namun, hukuman "masyarakat" itu justru yang menakutkan. Jangankan anak ketiga, kelahiran anak kedua pun sudah dianggap aib. Nyonya Ety, misalnya, merasa malu ketika ia hamil untuk kedua kalinya. "Saya malu sekali," katanya sambil mengusap wajahnya yang mungil. Dan Camat Selo boleh menepuk dada. Tahun lalu daerahnya meraih gelar juara pertama sekabupaten. Dan tahun ini menduduki tempat kedua. Sementara itu, tiap tahun ada anggaran tetap untuk pelaksanaan KB di daerahnya. Selamat untuk kamu, Pak Camat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini