Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sejumlah penerbit memberikan kemudahan bagi penulis muda untuk menerbitkan karya.
Mizan memberikan kesempatan bagi anak usia 6-12 tahun untuk menulis novel dan komik.
Penulis muda kini melirik naskah bertema motivasi selain novel.
Kehadiran penerbit masih menjadi bagian penting dalam dunia penulisan novel di Tanah Air. Menjamurnya platform penyiaran novel digital atau daring belum sepenuhnya menenggelamkan buku cetak. Sebagian penikmat novel masih lebih suka membeli dan membaca buku dalam bentuk fisik. Selain itu, gengsi tinggi masih tersemat bagi penulis yang karyanya diterbitkan dalam bentuk buku cetak, apalagi mengalami cetak ulang dan best seller.Â
Sejumlah penerbit pun terus melahirkan para penulis baru. Mereka tidak hanya menunggu penulis mengirim karya, tapi juga memburunya di ruang-ruang digital, dari media sosial hingga platform penulisan. Sebagian penerbit lainnya berupaya mendukung tumbuhnya regenerasi penulis dengan cara masing-masing. Penerbit Mizan, misalnya, membentuk lini Kecil-kecil Punya Karya (KKPK). Mereka menerima naskah dari anak-anak berusia 6-12 tahun, lalu menerbitkannya.
Editor KKPK Mizan, Vicky Larasati L.D., mengatakan program itu pertama kali dicetuskan pada Desember 2003. Saat itu, Mizan memiliki lini buku anak, tapi semua penulisnya berusia dewasa. Walhasil, buku anak terbitan Mizan saat itu mayoritas tentang cerita pengasuhan anak. Mereka lalu menjaring para penulis anak untuk menulis cerita versi mereka.
Mulanya, Mizan memperkenalkan KKPK ke sekolah-sekolah di sejumlah kota besar di Pulau Jawa. Setelah beberapa seri buku diterbitkan, pengenalan KKPK semakin digencarkan. "Kami bikin workshop juga di sekolah-sekolah dan mengajak redaksi kami," kata Vicky, ketika dihubungi, Kamis, 12 Mei lalu. Dalam setiap kegiatannya, mereka menyampaikan bahwa KKPK merupakan wadah bercerita anak.
Mizan berharap KKPK bisa menjadi sarana curahan hati anak, termasuk untuk menyampaikan cerita permasalahan yang mereka alami. "Alhamdulillah sampai saat ini jumlah pengirim naskah KKPK masih tinggi," tutur Vicky. Kini KKPK menerbitkan dua jenis buku, yakni novel anak dan buku komik berisi lima cerita berbeda.
Komik dipilih KKPK untuk mengajak anak yang awalnya tidak tertarik membaca. Anak tersebut akan disuguhi gambar menarik dan tulisan. Setelah menyukai tulisan, biasanya anak mulai tertarik membaca cerita novel seiring dengan bertambahnya usia. Temanya beragam, seperti persahabatan, keluarga, makanan, fantasi, dan misteri. Tema persahabatan sampai saat ini menjadi favorit penulis dan pembaca. "Karena cerita persahabatan sangat nyata dengan anak."
Syarat untuk mengirim karya bagi penulis adalah ceritanya harus orisinal, menarik, dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, orang tua tak diizinkan membantu penyusunan naskah cerita yang akan dikirim ke KKPK. Peran orang tua sebatas memeriksa naskah atau membantu mengirim naskah melalui surat elektronik maupun pos.Â
Vicky mengatakan biasanya naskah yang diterima KKPK masih mentah. Umumnya berupa naskah dialog dua orang atau lebih. Namun ada pula anak yang sudah bisa menyampaikan dan mengemas cerita dengan rapi. Selanjutnya, tim redaksi akan menyeleksi setiap naskah. Untuk naskah yang terpilih, tim editor akan mengirim surat dan kontrak penerbitan kepada penulisnya tiga bulan sebelum naskah dicetak. Â
Vicky (kanan) berbicara dalam Kelas Menulis Kecil Kecil Punya Karya (KKPK) di Bandung, 2019. Dok. KKPK
Selama 18 tahun berdiri, KKPK Mizan sudah mencetak lebih dari seribu buku dengan jumlah penulis lebih dari 500 anak. Vicky menuturkan KKPK berkomitmen akan terus memberikan ruang bagi anak untuk berkarya lewat tulisan.Â
Inovasi menjadi kunci penting bagi kelanjutan program itu. KKPKÂ Mizan terus mengikuti perkembangan minat, teknologi, dan kebiasaan anak. Misalnya dengan membuka kesempatan bagi anak menulis tema-tema mutakhir, seperti tentang media sosial. Hasilnya, antara lain, mereka menerbitkan komik berjudul TikTok Mania.
Komik itu menceritakan nilai positif dan negatif dari anak yang bermain TikTok. "Kami juga sampaikan penyelesaiannya (kelebihan dan kekurangan TikTok) itu bagaimana. Kami selalu berupaya menyentuh anak agar mereka merasa dipahami," ujar Vicky.Â
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi penulis muda untuk menerbitkan karya. Manajer Redaksi dan Produksi KPG, Christina M. Udiani, mengatakan tak pernah membeda-bedakan usia pengirim naskah. "Kami tak pernah menanyakan usia pengirim naskah. Semua tergantung kualitas naskah," kata Christina, Jumat, 13 Mei lalu.Â
Ia menjelaskan bahwa anak muda biasanya mengirim naskah berupa novel fiksi dan puisi. Namun, menariknya, ia melanjutkan, dalam beberapa tahun terakhir, muncul penulis muda yang mengirim naskah bertema self improvement atau motivasi. Padahal sebelumnya tema tulisan tersebut biasanya dikirim penulis yang berusia lebih tua.Â
Berdasarkan pengalaman KPG, karya naskah anak muda yang diterima cukup berkualitas, tapi tetap butuh perbaikan. Walhasil, jika sudah lolos seleksi, editor masih melakukan serangkaian diskusi dengan penulis untuk memperbaiki detail naskah. "Karya berpotensi itu bisa jadi isinya menarik tapi kemasan kurang bagus atau sebaliknya," kata Christina.Â
Christina berharap penulis muda tak mudah menyerah mengirim karya terbaiknya ke penerbit. Memang faktanya bukan perkara gampang sebuah naskah bisa diterbitkan. Karena itu, penulis muda perlu menyiasatinya dengan pintar-pintar memilih penerbit sebagai target pengiriman naskah. Sebab, satu penerbit dengan penerbit lainnya punya kriteria berbeda dalam menentukan naskah yang layak terbit. "Cari penerbit yang punya selera sama dengan naskah kalian."
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo