Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Nama Gibran Rakabuming Raka meramaikan bursa kandidat calon wakil presiden. Namun hasil survei sejumlah lembaga riset menunjukkan tingkat keterpilihan putra sulung Presiden Joko Widodo itu jauh lebih rendah dibanding sejumlah tokoh yang lebih dulu mencuat di konstelasi politik menjelang pemilihan presiden 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil survei lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs, misalnya, menunjukkan nama Gibran tak cukup mendongkrak elektabilitas Prabowo Subianto ataupun Ganjar Pranowo, dua bakal calon presiden yang tengah mencari calon pendamping. Simulasi memasangkan Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo bahkan membuat elektabilitas Ketua Umum Gerindra itu merosot.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti senior Ipsos Public Affairs, Arif Nurul Imam, menilai kinerja dan strategi kampanye Gibran sejauh ini belum cukup meyakinkan masyarakat luas. Walhasil, elektabilitas Wali Kota Solo tersebut sebagai calon wakil presiden rendah. "Sedangkan approval rating Jokowi (tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah) belum menambah elektabilitas Gibran," kata Arif kepada Tempo, kemarin, 17 Oktober 2023.
Ipsos Public Affairs menggelar survei pada 1-10 Oktober 2023. Survei ini melibatkan 2.039 responden di 34 provinsi, dengan margin of error lebih-kurang 2,19 persen.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memberikan keterangan kepada wartawan soal peluang maju sebagai cawapres dalam Pemilu 2024, di Balai Kota, Solo, Jawa Tengah, 17 Oktober 2023. ANTARA/Mohammad Ayudha
Dalam survei tersebut, Ipsos membuat simulasi pasangan capres-cawapres. Elektabilitas Gibran masih jauh di bawah sejumlah nama lain yang berpeluang menjadi cawapres Prabowo Subianto. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir masih menempati posisi teratas dengan tingkat keterpilihan 24,86 persen. Posisi Erick dibuntuti mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno; dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. Sedangkan elektabilitas Gibran jika didapuk di poros politik ini hanya 5,88 persen.
Begitu pula elektabilitas Ganjar-Gibran masih lebih rendah jika Ganjar dipasangkan dengan kandidat cawapres lainnya. Tingkat keterpilihan Ganjar-Gibran hanya 11,1 persen, berada di bawah elektabilitas Ganjar-Ridwan Kamil, Ganjar-Mahfud Md., ataupun Ganjar-Sandiaga. Elektabilitas Ganjar-Gibran hanya unggul dibanding Ganjar-Erick.
Secara umum, hasil survei Ipsos menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo Subianto masih yang teratas, yakni sebesar 30,13 persen. Elektabilitas Ganjar Pranowo sedikit di bawahnya, yakni 29,77 persen. Sedangkan Anies Rasyid Baswedan sebesar 20 persen. "Yang masih belum menentukan pilihan sebanyak 20,10 persen,” kata Arif.
Peneliti utama Poltracking Indonesia, Masduri Amrawi, mengatakan bahwa hasil survei lembaganya pada 3-9 September lalu juga menunjukkan rendahnya elektabilitas Gibran. Tingkat keterpilihan Prabowo jika dipasangkan dengan Gibran bakal lebih rendah dibanding Ganjar Pranowo yang disimulasikan berpasangan dengan sejumlah kandidat lainnya.
Simulasi pasangan Prabowo-Gibran melawan Ganjar-Sandiaga, misalnya, dimenangi poros Ganjar. Posisinya akan berbalik jika Prabowo berpasangan dengan Erick Thohir.
Sejumlah relawan meneriakkan yel-yel saat mengikuti syukuran dan deklarasi Jateng Bergerak untuk Gibran 2024 di GOR Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, 17 Oktober 2023. ANTARA/Makna Zaezar
Tak jauh berbeda dengan hasil survei Ipsos, sigi Poltracking juga menempatkan Gibran sebagai kandidat cawapres dengan elektabilitas terendah. Erick Thohir punya tingkat keterpilihan tertinggi, diikuti Sandiaga, Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil, dan Muhaimin Iskandar. Hasil serupa diperoleh dalam survei di Jawa Timur dan Jawa Barat, yang digelar Poltracking pada 25 September sampai 1 Oktober lalu. Elektabilitas Gibran berada di posisi paling buncit.
Masduri mengatakan, tingkat kepuasan atas pemerintahan Presiden Joko Widodo memang memberi pengaruh kepada Gibran. "Tapi perilaku pemilih tidak sederhana itu," kata Masduri. "Ada variabel lain, seperti pilihan partai, rekam jejak kandidat, visi-misi, program, dan isu yang juga turut menentukan pilihan pemilih."
Kontroversi Putusan MK Jadi Sentimen Negatif
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan bahwa elektabilitas Gibran selalu berada di kisaran urutan kelima hingga ketujuh berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga riset kredibel. Meski secara kuantitatif rendah, Agung menilai Gibran memiliki keunggulan dibanding tokoh lain, seperti pengaruh cukup besar dari Jokowi dan Istana. “Secara kualitatif, ini membuat nama Gibran viral,” kata Agung, kemarin.
Menurut Agung, Gibran bisa saja menjadi kandidat yang memecah kebuntuan di Koalisi Indonesia Maju (KIM). Sejauh ini, partai-partai dalam koalisi pengusung Prabowo itu terbelah dalam menentukan cawapres. Partai Amanat Nasional, misalnya, sejak awal mengusulkan Erick Thohir. Sedangkan Partai Golkar juga berkeinginan agar ketua mereka, Airlangga Hartarto, maju dalam pemilihan presiden 2024. "Karena itu, figur dari luar partai pilihan terbaik. Bisa Gibran atau Khofifah (Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa),” ujarnya.
Spanduk bergambar Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di depan Rumah Indonesia Maju, Jalan Erlangga II, Kebayoran Baru, Jakarta, 13 Oktober 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Namun Agung menilai KIM harus berhati-hati dalam memilih Gibran. Kontroversi putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara uji materi pasal syarat calon wakil presiden, Senin lalu, berpotensi menjadi sentimen negatif. Sejumlah pihak menilai putusan itu didesain untuk memberi karpet merah bagi Gibran. Putusan itu, kata Agung, juga mengesankan adanya upaya Jokowi untuk membangun dinasti politik, selain masalah tudingan konflik kepentingan karena Ketua MK Anwar Usman adalah paman Gibran.
Agung memperkirakan kesan negatif dalam putusan itu bisa dimanfaatkan kelompok pendukung Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, maupun kelompok masyarakat sipil lainnya. “Mereka semua seolah-olah bersatu karena memiliki public enemy yang sama,” kata Agung. “Jadi, kalau Prabowo tetap memilih Gibran, elektabilitasnya berpotensi tergerus.”
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim, punya pandangan serupa. Menurut dia, menggaet Gibran akan memberikan keuntungan bagi Prabowo, terutama untuk mengunci pendukung Jokowi. Gibran juga bisa menggerus suara Ganjar di sejumlah daerah, seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Gibran juga membantu menambal kelemahan Prabowo di dua provinsi itu,” kata Kennedy.
Namun di sisi lain, kata Kennedy, putusan MK itu juga menjadikan Gibran sebagai faktor penggerus suara Prabowo. Pelesetan MK sebagai "Mahkamah Keluarga" akan membebani Gibran ke depan. Narasi Jokowi yang dianggap terlalu cawe-cawe dalam pemilihan presiden juga berpotensi menimbulkan pengaruh ketidaknyamanan dalam benak pemilih.
HENDRIK YAPUTRA | IMAM HAMDI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo