Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Mengapa Elektabilitas Prabowo-Gibran Mandek?

Elektabilitas Prabowo-Gibran mandek sejak November 2023. Di sejumlah daerah, perolehan suara Prabowo tergerus oleh Anies-Muhaimin.

14 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBULAN menjelang Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 digelar, Andre Rosiade kerap berkeliling Sumatera Barat. Sambil berkampanye untuk maju kembali sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua Partai Gerindra Sumatera Barat itu berupaya memenangkan calon presiden-wakil presiden Prabowo-Gibran Rakabuming Raka.

Andre menuturkan, meskipun Prabowo Subianto dua kali menang di Sumatera Barat, yaitu pada Pemilu 2014 dan 2019, gerakan menambah perolehan suara Ketua Umum Partai Gerindra itu tak kendur. “Kami menemui masyarakat dan menjelaskan program kerja Prabowo-Gibran,” ujar Andre di gedung DPR, 12 Januari 2024.

Pada pemilihan presiden 2014, Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa mendapatkan 1,797 juta atau 76,9 persen suara di Sumatera Barat. Sedangkan pada pemilihan presiden 2019, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno mengantongi 2,488 juta atau 85,95 persen suara. Namun kondisinya bisa berbeda dalam pemilihan presiden 2024.

Empat anggota Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran bercerita, elektabilitas pasangan nomor urut dua itu bersaing ketat dengan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Sumatera Barat. Ketua Tim Nasional Daerah Anies-Muhaimin Sumatera Barat, Rahmat Saleh, berani menargetkan 80 persen suara di provinsi itu akan dikantongi jagoannya.

Andre tak menampik jika elektabilitas Prabowo dan Anies disebut menempel. “Fakta di lapangan ada persaingan ketat antara Pak Prabowo dan Mas Anies,” katanya.

Peneliti senior Indikator Politik Indonesia, Kennedy Muslim, menjelaskan, Sumatera Barat yang mayoritas pemilihnya adalah muslim konservatif telah mengalihkan suara dari Prabowo ke Anies. Sebabnya, Prabowo dianggap meninggalkan pemilih dengan bergabung ke pemerintahan. Sejak Oktober 2019, Prabowo menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju.

Langkah Prabowo disusul oleh Sandiaga Uno, yang menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Desember 2020. Sandiaga sebelumnya menjadi anggota Gerindra. Ia kini bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan. “Sekarang Anies mulai menggerogoti basis massa Prabowo,” ujar Kennedy, 11 Januari 2024.

Hasil riset Indikator Politik menunjukkan peralihan dukungan itu terjadi di daerah lain, seperti Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Riau. Saat pemilihan presiden 2019, Prabowo unggul di tiga provinsi itu.

Prabowo pun belakangan pergi ke tiga provinsi itu. Tujuannya tentu saja mencegah bedol suara ke kubu lawan. Pada 9 Januari 2024, misalnya, Prabowo datang ke acara Jaringan Santri Indonesia di Pondok Pesantren Modern Indo Global Mandiri Al Ihsaniyah, Gandus, Palembang.

Di sana Prabowo menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Sumatera Selatan. “Terima kasih, 65 persen. Kalau bisa, 85 persen,” tuturnya. Angka itu merupakan target Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden 2024 di provinsi tersebut. Pada Pemilu 2019, Prabowo-Sandiaga mengantongi 59,7 persen suara.

Menurut Kennedy, jumlah suara pemilih dari kalangan Islam konservatif cukup besar, secara nasional bisa mencapai 5 persen atau sekitar 10,2 juta dari 204,8 juta pemilih. “Ini menjadi salah satu faktor elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan,” ujarnya.

Tiga hasil sigi Indikator Politik menyebutkan elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan sejak November 2023. Bulan itu elektabilitas calon yang didukung oleh Presiden Joko Widodo tersebut sebesar 45,5 persen. Dalam survei yang digelar pada 3-5 Desember dan 23-24 Desember 2023, tingkat keterpilihan Prabowo-Gibran sebesar 45,6 dan 46,7 persen.

Direktur Konsultan Citra Indonesia-LSI Denny J.A., Adjie Alfaraby, juga menyebutkan elektabilitas Prabowo-Gibran gagal menembus 50 persen dalam empat kali survei, yaitu awal dan akhir November serta diulang sebulan kemudian, yakni 40,3 persen, 42,9 persen, 41,2 persen, dan 43,3 persen. “Dari data itu, pilpres satu putaran sulit terjadi,” kata Adjie, 11 Januari 2024.

Menurut Kennedy dan Adjie, hasil survei juga menunjukkan perolehan suara Prabowo pada Pemilu 2019 terpecah. Data Indikator Politik menunjukkan, 35,1 persen pemilih Menteri Pertahanan itu kini mendukung Anies-Muhaimin. Sedangkan 7,6 persen memilih Ganjar Pranowo-Mahfud Md. Hanya 53,1 persen pemilih Prabowo yang bertahan.

Kehilangan pemilih yang beralih dukungan, Prabowo memang mendapat limpahan suara dari Jokowi, ayah Gibran. Namun Kennedy dan Adjie menilai dukungan Jokowi kepada Prabowo-Gibran tak lantas membuat perolehan suara pasangan itu meroket. Walau tingkat kepuasan publik kepada Jokowi cukup tinggi, tidak semua terkonversi menjadi dukungan untuk Prabowo-Gibran.

Sigi LSI Denny J.A. menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi sebesar 78,6 persen pada November 2023. Sedangkan data Indikator Politik memperlihatkan approval rating Jokowi 75,8 persen. “Suara Jokowi terbagi,” ujar Adjie.

Survei Indikator Politik menunjukkan mayoritas pemilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin beralih ke Prabowo. Pada 2019, Jokowi-Ma’ruf mendulang 85,6 juta suara (55,5 persen). Dari jumlah itu, 41,6 persen lari ke Prabowo dan 36,3 persen mendukung Ganjar-Mahfud. Sedangkan 15,9 persen memilih Anies Baswedan. Kennedy menyatakan data itu mengindikasikan migrasi pendukung Jokowi sudah selesai.

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Erwin Aksa, mengakui dukungan pemilih Jokowi telah mencapai titik maksimal. Namun narasi Prabowo-Gibran didukung oleh Jokowi akan terus dikampanyekan. “Endorsement itu harus dijaga sampai pencoblosan,” kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

Ada faktor lain penyebab elektabilitas Prabowo-Gibran melambat. Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandez, mengatakan strategi kampanye Prabowo menggaungkan jargon “gemoy” tak mujarab lagi. “Hampir tak ada yang baru dari kampanye Prabowo-Gibran,” ucap Arya.

Padahal kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud berinovasi dalam kampanye mereka. Acara “Desak Anies” dan “Slepet Muhaimin” dianggap efektif menjaring suara pemilih milenial dan generasi Z. Begitu pula gencarnya dialog Ganjar-Mahfud dengan anak muda. 

Faktor debat juga dianggap berpengaruh terhadap elektabilitas Prabowo-Gibran. Menurut Arya, ada beberapa blunder Prabowo yang bisa membuat pemilih ragu. Misalnya Prabowo dianggap kurang menguasai masalah pertahanan dalam debat calon presiden kedua, 7 Januari 2024. Ia terlihat kelabakan menghadapi pertanyaan Anies dan Ganjar.

Data CSIS menyebutkan efek debat ini berpeluang mempengaruhi 5-10 persen suara. “Ada 12,5 persen pemilih yang bimbang karena menunggu keseluruhan debat,” ujar Arya.

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno, menilai stagnasi elektabilitas terjadi karena jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan makin sedikit. Eddy mengklaim tim Prabowo-Gibran punya formula khusus untuk menaikkan elektabilitas. “Ketemu langsung masyarakat, komunikasi di media sosial,” kata Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Raymundus Rikang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Akhir Migrasi Suara Ayah"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus