Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Emisi Kendaraan Sumber Utama Polusi Udara, DLH DKI: 2 PLTU di Jakarta Gunakan Gas

Hasil inventarisasi emisi polusi udara di Jakarta pada 2020, didominasi dari kendaraan.

26 Agustus 2023 | 10.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kondisi langit Jakarta diselimuti kabut polusi pada hari ketiga pelaksanaan work from home (WFH) bagi 50 persen aparatur sipil negara di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, Rabu 23 Agustus 2023. Menurut situs IQAir, pada Rabu sekitar pukul 08.00 nilai inseks kualitas udara di Jakarta adalah 157 atau dalam kondisi tidak sehat. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yakin sumber utama polusi udara saat ini dari sektor transportasi. Emisi industri dari kawasan di sekitar pun turut ambil bagian dalam memperburuk kualitas udara Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau internal Jakarta pasti transportasi,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto dalam wawancara eksklusif bersama Tempo di kantornya, Jalan Mandala Cilincing, Jakarta Timur, Kamis, 24 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap hari, ada 20 juta kendaraan yang melintas di Jakarta. Sebanyak 16 juta kendaraan adalah sepeda motor dan 4 juta sisanya mobil.

“Hasil kajian kami di 2020 memang menyebutkan bahwa untuk Jakarta faktor tertingginya ya dari sektor transportasi dan memang untuk seperti PLTU kita ada dua tapi kan sudah menggunakan gas,” ujarnya.

Untuk internal Jakarta, Asep mengatakan bahwa hasil inventarisasi emisi polusi udara di Jakarta pada 2020, didominasi dari kendaraan dengan rincian, yaitu Nox (Nitrogen Oksida) sebamyak 72,4 persen; CO (Karbon Monoksida) sebanyak 96,36 persen; PM10 sebanyak 57,99 persen; dan PM2,5 sebanyak 67,04 persen.

Emisi polusi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berasal dari luar Jakarta. Mengingat dua pembangkit listrik di Jakarta, yaitu PLTU di Muara Angke dan Indonesia Power sudah menggunakan gas dan tidak lagi menggunakan batu bara.

“Nah yang di sekitar Jakarta inilah yang sebenarnya masih menggunakan batu bara dan itu juga sebenarnya menjadi penyumbang terbesar polusi udara ke Jakarta karena memang kalau bicara polusi udara itu tidak bisa kita tutup semuanya, tidak bisa melokalisir,” ucapnya.

Menurutnya, tidak mungkin bahwa Jakarta tidak terpengaruh polusi dari emisi batu bara yang dikeluarkan oleh PLTU di sekitar Jakarta.

“Awal-awal tahun saya jadi Kadis (Kepala Dinas), saya sempat statement, Pak Anies Baswedan sempat statement itu bukan dari Jakarta saja tapi itu kita dibilang ngeles, Jakarta ngeles, Jakarta salah-salahin daerah lain karena itu riilnya seperti itu,” kata dia.

Untuk tahun ini, kata Asep, Dinas LH bekerja sama dengan BMKG, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK untuk menemukan akar permasalahan dan solusi dari masalah udara Jakarta. “Kelihatan bahwa memang sumber pencemaran dari PLTU dan pabrik-pabrik sekitar Jakarta,” katanya.

Sebab, berdasarkan temuan polutan SO2 (Sulfur Dioksida), sumber terbesarnya berasal dari industri sebanyak 62,96 persen dan pembangkit listrik sebanyak 25,16 persen.

Mutia Yuantisya

Mutia Yuantisya

Alumnus Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang ini memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2022. Ia mengawalinya dengan menulis isu ekonomi bisnis, politik nasional, perkotaan, dan saat ini menulis isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus