Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

FALUN GONG, Komunisme, dan Aquaria

Sebuah ajaran moral dan meditasi Falun Gong tiba-tiba digandrungi ribuan, bahkan jutaan, penduduk Republik Rakyat Cina sejak awal dekade ini. Tapi pemerintah komunis Cina mencurigainya sebagai gerakan politik. Kelompok meditasi itu pun diberangus. Para pemimpin di Beijing menolak laju perubahan, bahkan yang digariskan oleh zodiak kuno Tiongkok. Padahal gairah spiritualitas Falun Gong hanyalah bagian dari perubahan cara pandang dunia yang kini memasuki pintu milenium ketiga.

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selingan ini mengupas Falun Gong dari aspek politik, ajaran, dan konteks perubahan dunia. Bahan-bahan dikumpulkan dari majalah Time, Newsweek, buku The Aquarian Conspiracy karya Marilyn Ferguson, dan buku The Taoist Body karya Kristoffer Schipper. Kelik M. Nugroho menuliskannya. PEMERINTAH komunis Cina ibarat naga yang berkaki ringkih. Tubuhnya yang besar "bergetar" hanya karena melihat protes sekelompok orang dengan cara meditasi. Keringkihan itu tampak pada sikap pemerintahan Presiden Jiang Zemin, yang melarang secara resmi kelompok meditasi Falun Gong, ya, para pemrotes dengan cara diam itu. Alasan pemberangusan, ia dianggap sekte sesat yang bisa meresahkan masyarakat. Larangan yang diteken sejak 22 Juli lalu itu disertai teror secara terbuka dengan menahan ribuan pengamal Falun Gong, mengharamkan latihan-latihan meditasi qigong (baca: chi kung), dan memusnahkan 2 juta buku dan kaset. Sekitar 1.200 orang juga dikabarkan diindoktrinasi untuk meninggalkan ajaran tersebut. Pemimpin mereka, Li Hongzhi, 47 tahun, yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, dinyatakan sebagai buron dan penjahat. Mengapa sang naga raksasa merasa begitu terusik dengan kehadiran rakyatnya yang berolah batin? Apa yang goyah? Apa yang rapuh? Pangkal soalnya terdapat pada sistem dan kondisi politik di tubuh pemerintah Cina sendiri yang goyang. Perdana Menteri Zhu Rongji sekarang dalam posisi sulit. Mei lalu, Zhu gagal memuluskan sebuah perjanjian dengan Bill Clinton menyangkut kesertaan Beijing dalam Organisasi Dagang Dunia (WTO). Pengeboman oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) atas Kedutaan Cina di Beograd juga merupakan langkah mundur Zhu, yang menggantungkan reformasi ekonomi melalui hubungan baiknya dengan Barat. Lalu, kini, tindakan keras atas pelanggaran ideologi pun menjadi persoalan serius. Sebagai pemimpin yang bersikap lunak terhadap pendukung Falun Gong, Zhu menjadi sasaran kecaman. Tindakan keras bukan hanya mengganggu reformasi ekonomi, juga menciutkan nyali para investor asing untuk "mengulurkan tangan" ke Beijing. Soal lain adalah kerentanan sikap sejumlah elite "mesin politik" Partai Komunis Cina terhadap imbasan "virus rohani" Falun Gong. Jiang Zemin dikabarkan geram ketika mengetahui bahwa banyak pejabat lokal tidak mendukung tindakan keras terhadap Falun Gong. Kabar yang terdengar, banyak anggota Partai Komunis Cina tertarik dengan ajaran Master Li, panggilan Li Hongzhi itu. Bahkan sejumlah anggota Tentara Rakyat Cina dan pejabat setingkat menteri berani secara terbuka menganjurkan penyebaran "dakwah" ajaran Falun Gong ke masyarakat ramai. Maka, ada tudingan bahwa Falun Gong adalah gerakan yang terorganisasi. "Bagaimana mereka bisa mengaku tidak memiliki organisasi ketika gerak-gerik mereka tampak seperti organisasi partai?" kata seorang kader Partai Komunis Cina. Dan karena jumlah pendukung Falun Gong—kini diperkirakan jutaan orang—melesat seperti pesawat, kelompok meditasi itu dianggap sebagai ancaman serius oleh pemerintah. Apalagi mereka berani protes segala: sesuatu yang tabu di negeri yang mewarisi gaya penguasa "Orwelian" itu. Bagaimanapun, kemunculan Falun Gong memang mengingatkan pemerintah di Beijing pada berbagai gerakan makar lain. Sejarah politik Cina dipenuhi sederet contoh gerakan arus bawah—kebanyakan direkat oleh kohesi kepercayaan dan mistisisme—yang tumbuh menjadi kekuatan politik dan menggulingkan dinasti. Kekuatan-kekuatan arus bawah ini, tanpa kecuali, muncul sebagai respons atas krisis berkepanjangan akibat kebangkrutan ekonomi, ketidakadilan, kebobrokan moral, dan penyalahgunaan kekuasaan. Pemberontakan itu muncul dari abad ke-17 hingga abad ke-20. Contohnya, masyarakat Bunga Lotus Putih beragama Buddha yang memberontak terhadap dinasti Ding pada 1796. Dan setahun lalu, Republik Rakyat Cina juga diguncang oleh gerakan sekte yang terpengaruh ajaran Kristen di bawah pimpinan Liu Jiaguo. Apakah Falun Gong setali tiga uang dengan berbagai gerakan makar berbau mistik tersebut? Tudingan pemerintah Beijing memang begitu. Bahkan Li Hongzhi dicurigai sebagai antek agen dinas rahasia AS (CIA). Namun, sejumlah ulasan di media, seperti analisis Sin-ming Shaw di majalah Time, membela Master Li. Bertampang perlente, lelaki bertutur kata lembut itu jauh dari kesan sosok pemimpin sekte—bercambang dan beraksesori penambah wibawa—yang ingin memberontak dengan dukungan massa. Li dianggap telah membangkitkan kesadaran moral masyarakat. "Dia telah menyembuhkan luka jutaan jiwa yang terluka," tulis Shaw. Dugaan pun muncul bahwa sang naga raksasa ini sedang sakit. Sudah bukan rahasia lagi bahwa di belakang pertumbuhan ekonomi yang menguat di Cina, negeri berpenduduk hampir semiliar jiwa itu digerogoti oleh kemerosotan nilai-nilai moral tradisional. Selama 50 tahun di bawah kangkangan rezim komunis Cina, hampir setiap lapis nilai dasar Cina, yang bersumber dari ajaran konfusianisme, diinjak-injak. Pada masa lalu, setiap anggota sebuah keluarga berusaha menjaga nilai-nilai kekerabatan. Sekarang-sekarang ini, kebanyakan masyarakat Cina tidak lagi menggenggam kepercayaan dan nilai-nilai dalam hidup—selain terhadap kekayaan. Di tengah masyarakat yang telah lama digerogoti oleh virus materalistis itu, wajar bila kehadiran Falun Gong yang menyuntikkan kembali nilai-nilai lama dari konfusianisme, taoisme, dan Buddha dianggap sebagai ancaman. Kecaman lain adalah faham komunisme itu sendiri yang dianggap banyak orang sudah semestinya dilemparkan ke museum. Maklum, komunisme Rusia pun telah runtuh sejak 1989. Dan krisis kredibilitas pun telah merongrong pemerintahan Beijing. Banyak orang tahu, pemerintahan Negeri Paman Mao itu secara malu-malu telah memakai jurus kapitalisme untuk menggerakkan roda ekonomi. Tapi, di sisi lain, kebijakan politiknya masih menggunakan warisan lama: sistem politik partai tunggal yang rawan korupsi. Sepuluh tahun lalu, puluhan mahasiswa telah menuntut koridor kebebasan yang lebih lebar dalam sebuah peristiwa tragis di Lapangan Tiananmen. Sayang, suara-suara jernih anak zaman itu tidak didengar oleh para "bapak bangsa" Cina. Air susu kebenaran pun dibalas dengan berondongan timah panas. Dan kini gerakan Falun Gong muncul dengan pesan implisit: bahwa komunisme yang hampa nilai dan penuh kepalsuan adalah ideologi yang salah waktu. Para pejabat Beijing itu bisa saja menahan dan meneror pengamal Falun Gong yang santun. Tapi arus perubahan sudah digariskan, bahkan oleh zodiak kuno Tiongkok. Bumi segera memasuki pintu milenium ketiga yang ditandai dengan perubahan paradigma dalam segala bidang. Gelombang perubahan itu dibaca oleh pengamat Barat Marilyn Ferguson dalam istilah "konspirasi aquarian" (baca tulisan lain: Jejak Konspirasi Aquarian). Jangankan komunisme yang memang telah hancur di Rusia, narasi besar materialisme—pandangan serba benda—yang mendasari komunisme pun telah dikoreksi. Dunia kembali melirik dimensi lain: spiritualitas dan mistisisme Timur. Dan Falun Gong hanyalah ujung gunung es perubahan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus