Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Motivasi

Abdul Kadir

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emas pertama Indonesia dalam pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara dipersembahkan oleh seorang bujangan bertubuh gempal. Abdul Kadir, 32 tahun, mempersembahkan emas tersebut dari nomor andalannya di karate, kata perorangan. Kemenangan ini memang sudah menjadi obsesinya karena dari situlah ia mendapatkan kepercayaan diri. Banyak sudah penderitaan yang dia curahkan demi medali tersebut. Dengar saja ceritanya kepada Wenseslaus Manggut dari TEMPO:

Mulai kapan belajar karate?

Sejak kelas satu SD. Saya memang terkenal bandel dan sejak masuk SD kerap berantem dengan teman-teman. Karena cemas, ibu mendaftarkan saya latihan karate.

Terus?

Setamat SMA, saya langsung kerja dan diterima di Departemen Keuangan Ujungpandang. Pada 1989, saya dipindahkan ke kantor pusat. Di Jakarta, saya hidup susah. Gaji kecil. Karena itu, saya tidak pernah mampu mengontrak rumah. Sejak saat pertama, saya tinggal di Mes Inkai.

Tetap latihan karate?

Ya, latihan tiga kali seminggu dan sering setiap hari, kendati tidak punya uang. Tapi, itu memberi saya motivasi. Saya ini kan tidak punya apa-apa. Waktu mendapat medali emas di SEA Games 1993, saya dielu-elukan dan diwawancarai sana-sini. Kerjaan saya tidak susah dan saya banyak teman. Orang tidak melihat saya hanya sebagai anak yang tamat SMA. Tahun 1997, saya hanya dapat perak. Saat itu, semua yang saya dapatkan tadi hilang. Karena itu, saya harus mendapat emas supaya dihargai orang lain.

Bagaimana mewujudkan tekad tadi?

Saya latihan tiap hari. Dan kalau ada kegiatan, saya kerap minta izin ke kantor. Tetapi, karena sering minta izin, saya jelas tidak mendapat dana tunjangan apa pun dari kantor.

Katanya mau pindah ke Jawa Timur?

Benar. Bagian tempat saya bekerja di Pemantauan Ekspor dan Pusat Data Keuangan akan dilebur ke tempat lain. Saya hanya takut dipecat saja, apalagi saya kerap minta izin. Ini menghantui saya. Jangan-jangan begitu pulang, saya langsung jadi pengangguran. Malam sebelum berlaga, saya tidak bisa tidur. Kalau tidak bekerja, bagaimana harus mencari uang? Umur sudah 32 tahun. Tidak mungkin saya jadi atlet dan membujang selamanya.

Siapa, sih, calon istrinya?

Namanya Christin Gani, seorang karateka yang ikut SEA Games juga. Kami sering latihan bersama. Pokoknya enjoy-lah dengan Christin. Tapi rencana nikahnya baru tahun 2000. Saya belum punya uang.

Pas, dong, kalau nanti dapat bonus.

Kalau dapat bonus, saya ingin beli rumah di Surabaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus