Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Frekuensi Bercinta yang Ideal dalam Seminggu

Bercinta bukan soal nafsu, namun salah satu bukti cinta Anda terhadap pasangan

20 Februari 2018 | 08.09 WIB

Ilustrasi pasangan bercinta. Shutterstock
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ilustrasi pasangan bercinta. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu faktor yang menunjang kehangatan pasangan suami istri adalah frekuensi bercinta. Hal ini bukan soal nafsu semata, namun salah satu bukti cinta Anda terhadap pasangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut dr. H. Boyke Dian Nugraha, frekuensi bercinta tergantung kebutuhan pasangan, usia, dan riwayat produktivitas pasangan suami istri.  “Jika usia pasutri di bawah 30 tahun, seminggu bisa tiga kali atau lebih. Usia 30 sampai 40 tahun, biasanya seminggu dua kali. Usia 40 sampai 50 tahun seminggu biasanya satu sampai dua kali. Usia 50 sampai 60 tahun, seminggu sekali," ujarnya dalam di Jakarta belum lama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ilustrasi pasangan di atas ranjang atau tempat tidur atau kasur. shutterstock.com

Namun berdasarkan pengalaman menangani sejumlah pasien, Boyke pernah menemukan kasus ada laki-laki yang usianya 60 tahun lebih masih bisa bercinta dua hingga tiga kali seminggu. Kejadian ini membuat istrinya syok.

“Bisa jadi karena si suami senang berolah raga. Suka bermain tenis, misalnya. Daya tahan tubuh dan staminanya awet prima. Kemungkinan lain, ia sangat mencintai pasangan. Seberapa besar kebugaran dan seberapa tinggi kesibukan juga turut menentukan,” Boyke mengingatkan seraya menambahkan, “Pada usia 50 sampai 60 tahun, saat sudah pensiun, orang malah lebih bisa menikmati seks.”

Lebih lanjut, Boyke menceritakan beberapa pasiennya mengeluh karena suami mereka ketika masih produktif bekerja hanya sekali seminggu melakukan aktivitas seks. Setelah pensiun malah minta bercinta hingga 3 bahkan 4 kali dalam seminggu.

“Begini, berhubungan seks itu membutuhkan energi sama seperti bekerja. Mungkin ketika masih produktif, energinya habis buat ngantor. Setelah pensiun, ia punya stok energi yang disalurkan dengan berhubungan seksual,” ujar Boyke.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus