KARYA Ludwig van Beethoven, Overture 'Egmont' Opus 84, baru saja selesai. Malam itu, awal Maret lalu, Orkes Simfoni Mahasiswa ISI Yogyakarta mendapat konduktor tamu, Prof. Wolfgang Poduschka, guru besar musik pada Hochschule fur Musik di Wina, Austria. Lagu kedua siap dimainkan, karya Franz Schubert. Mata Poduschka meneliti semua pemain. Semua hening. Begitu tangan diayunkan ke atas, terdengarlah suara: kek . . . kek ... kek .... Empat pulh lima pemain terkesiap. Penonton melongo. Suara itu terus menyambung: kek . . . tokek . . . tokek . . . sang konduktor celingak-celinguk. Dan penonton tiba-tiba ketawa gemuruh. Orkes menunda permainan, tak kurang dari tiga menit (lama, Iho!), sementara Wolfgang dan para pemain ikut dalam gelak tawa. Beberapa mahasiswa ISI (Institut Seni Indonesia) menyelinap ke belakang panggung: kalau-kalau tokek bisa dibekuk. Lalu konduktor dibisiki sesuatu. Orkes bermain lagi .... "Pengalaman yang unik dan bagus. Bisa jadi kenangan," komentar Poduschka, seperti ditirukan staf Kedubes Austria. Tanggung, di Wina tidak bakalan ada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini