SEANDAINYA semua polisi sekreatif Letnan Satu Ade Husen, barangkali lebih banyak jiwa bisa diselamatkan. Henriko, 25, pergi minum-minum bersama teman perempuannya. Udara dingin Jalan Malabar, Bandung, rupanya membuat ia minum terlalu banyak - dan mabuk. Nah: tiba-tiba saja ia memaksa si cewek membuka pakaian. Gila. Yang dipaksa tentu saja menolak. Bahkan, karena diancam, ia lari - ke kantor polisi terdekat. Maka, bak dalam film TV, Letnan Ade Husen dan anak buahnya segera terjun. Henriko segera mengambil langkah seribu, dan pengejaran berlangsung seru - sampai si pelaku masuk ke rumahnya dan mengunci pintu. Niat polisi mendobrak itu pintu. Tetapi urung. Mengapa? Henriko mengancam akan bunuh diri. Ketika diintip, memang terlihat pemuda itu menempelkan pisau terhunus di lehernya. Apa boleh buat. Polisi menyarungkan kembali senjata mereka. "Soalnya, kami tak boleh membunuh. Cuma ingin melumpuhkan saja," kata Ade Husen, 29, Kepala Polsek Lengkong. Bagus. Yang tak kalah bagus adalah akal Kapolsek. Ia bicara kepada seorang anak buahnya, menyuruhnya pergi ke penjual batagor - baso tahu goreng, istilah Bandung - di dekat situ. Si petugas kembali dengan membawa ember yang kelihatan berisi. Lalu Ade Husen membisikkan strategi menyerang kepada para anak buah. Para penonton tegang dan senyap. Dan tiba-tiba saja salah satu petugas mendobrak pintu. Persis seperti yang dikhawatirkan, begitu pintu terbuka, tangan Henriko mulai mencoba menggorok lehernya. Tapi baru saja pisau menyayat, tiba-tiba pemuda itu berteriak "Aduh! . . ." - sambil melemparkan pisau. Kedua mata maupun luka di lehernya terasa pedih. Dan ia diringkus. Pak polisi bahkan tak memerlukan gas air mata, dalam operasi akhir Februari yang menyelamatkan jiwa manusia itu. Cukup memakai larutan sambal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini