PAK Guru Sawid bin Nursalim pekan lalu dihadapkan ke Pengadilan Negeri Brebes, Jawa Tengah. Jaksa Suparmin, S.H., menuduh guru yang masih bujangan ini memalsu ijazah dan tanda tangan Kepala KPG Brebes. Ijazah yang dipersoalkan itu, yang dikeluarkan 1971 atas nama Sarman bin Nursalim, dipakai Sawid melamar menjadi guru di desanya, Cikeusal, di Kabupaten Brebes juga. "Saya tidak pernah memalsu ijazah," kata Sawid, dalam sidang Kamis pekan lalu. "Lihat saja potret di ijazah itu. Potret saya, 'kan ?" Eh, ternyata betul -- juga bagi Hakim R. Supranoto. Malah Sunoto, Kepala KPG Brebes 1967-1979, memberi kesaksian yang meringankan. "Tanda tangan saya itu asli, Pak Hakim, bukan palsu," katanya. Juga saksi lain, Suratmo, bekas wali kelas Sawid, yang mengaku masih ingat mengajar Sawid. "Ya, foto di ijazah itu memang foto Sawid," kata Suratmo. "Tapi kok nama di ijazah ini Sarman bin Nursalim? Di ijazah yang lain, semuanya Sawid," kata Pak Hakim. "Dulu, di SD dan SMP", si Sawid menjelaskan, "nama saya memang Sawid. Tapi karena saya sakit-sakitan, Ayah menggantinya dengan Sarman, dari kata sarwo aman, yaitu serba aman," katanya. Nama itu terus dipakainya sampai ia menyelesaikan Kursus Pendidikan Guru. "Ganti nama itu pakai selamatan segala, lho, Pak Hakim." Hakim tentu saja tahu. Hanya, "Kenapa nama yang baru tidak dimintakan pengesahan, lewat pengadilan, misalnya?" tanya Pak Hakim. "Walah. Mana saya tahu, Pak," kata Sawid, yang yakin dirinya akan bebas. Yang jadi soal kemudian, ketika Sawid alias Sarman ini ditahan polisi (18 hari!), ia mengakui memalsu ijazah. Kok? "Saya sudah menerangkan yang sebenarnya, polisi malah tak percaya. Saya dipaksa. Dicekik . . . ," katanya di sidang itu. Mungkin karena, menurut sebuah sumber, polisi Brebes memang sedang mencari orang yang diduga terlibat ijazah palsu (entah ijazah yang mana pula) yang bernama Sarman bin Nursaleh. Eh, ketemu Sarman bin Nursalim, ceritanya. Yang aneh, sebenarnya, mengapa Sawid alias Sarman itu kemudian, ketika sudah menjadi guru, kembali memakai nama Sawid. "Entah mengapa, setelah dewasa, saya kok kangen pada masa kecil saya dan nama saya yang dulu", kata Sawid, eh Sarman, eh Sawid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini