Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gaya Sirkus Penyelamat Gawang

Lev Yashin dikenal sebagai salah satu kiper terbaik dalam sejarah sepak bola. Merevolusi gaya bermain kiper menjadi lebih aktif dalam bertahan ataupun menyerang.

4 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lev Yashin dikenal sebagai salah satu kiper terbaik dalam sejarah sepak bola. Merevolusi gaya bermain kiper menjadi lebih aktif dalam bertahan ataupun menyerang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGHARGAAN Sarung Tangan Emas untuk penjaga gawang terbaik di Piala Dunia 2018 jatuh ke tangan Thibaut Courtois. Di bawah pengawasan kiper 26 tahun itu, gawang tim nasional Belgia menjadi yang paling sedikit kebobolan: enam gol dalam tujuh pertandingan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjadi salah satu tim unggulan di Piala Dunia, langkah Belgia terhenti di semifinal oleh Prancis, yang akhirnya keluar sebagai pemenang turnamen setelah mengalahkan Kroasia di final. Meski demikian, Belgia berhasil merebut posisi ketiga setelah mengalahkan Inggris 2-0. Ini adalah hasil terbaik yang pernah diraih Belgia di Piala Dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Courtois mengaku bangga bisa membantu tim nasional Belgia bertahan lebih lama di Piala Dunia. Bagi dia, penghargaan Sarung Tangan Emas adalah hadiah terbaik dalam kariernya. "Ini salah satu penghargaan terpenting bagi pemain," kata Courtois seperti ditulis Brussels Time.

Dengan tubuh menjulang mencapai 2 meter, Courtois memang cekatan menjaga gawang. Catatan statistik Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menyebutkan dia 27 kali menggagalkan usaha pemain lawan mencetak gol ke gawangnya. Persentase usahanya menyelamatkan gawang agar tak kebobolan mencapai 82 persen.

Salah satu aksi gemilang Courtois terjadi saat Belgia menghadapi Brasil di perempat final. Dia melakukan aksi akrobatik, melompat dengan tubuh melenting ke belakang, untuk menepis bola lambung yang ditembakkan striker Brasil, Neymar, saat injury time. Aksi Courtois itu mengamankan kemenangan Belgia 2-1.

Keahlian Courtois tak cuma menjaga gawang. Sembari mengorganisasi lini pertahanan, dia sering melepaskan umpan jarak dekat dan jauh. Dalam tujuh pertandingan, ia membukukan 231 umpan, 41 di antaranya umpan jarak jauh. Sebanyak 76 persen tendangan gawang yang dieksekusi Courtois berhasil mencapai rekan setimnya di garis depan. Dia juga membuat 66 umpan lemparan.

Courtois menjadi kiper Belgia kedua yang mendapatkan gelar kiper terbaik di Piala Dunia. Michel Preud’homme memperoleh gelar serupa di Piala Dunia Amerika Serikat, 24 tahun lalu, kala masih bernama Trofi Lev Yashin. Penamaan itu sekaligus untuk menghormati kiper legendaris Uni Soviet tersebut yang dinilai membawa perubahan besar pada gaya bermain kiper hingga saat ini.

Apa yang dilakukan Courtois dan kiper-kiper saat ini tak lepas dari gaya bermain Yashin saat menjadi penjaga gawang pada 1950-an. Warisan terbesar pemain kelahiran Moskow 89 tahun lalu itu adalah inovasi yang membuat gaya bermain penjaga gawang menjadi lebih aktif. Yashin adalah sweeper-keeper-kiper yang kerap meninggalkan area gawangnya untuk menghadang bola lawan-awal dan disegani lawan-lawannya.

Sebelum era Yashin, para penjaga gawang adalah pemain yang pasif di bawah mistar gawang. Mereka jarang melangkah dari area pertahanan untuk menghadang serangan lawan, apalagi memotong bola umpan silang di udara.

Gaya bermain Yashin menjadi perbincangan publik Uni Soviet setelah dia direkrut Dynamo Moscow pada 1950. Keberaniannya meninggalkan gawang untuk menghalau bola atau memotong umpan silang awalnya dianggap aneh. Di luar kebiasaan kiper kala itu, Yashin juga membantu taktik serangan balik dengan langsung melempar bola kepada rekan-rekannya di lini depan.

Yashin pula yang memulai tradisi meninju bola yang melayang di udara-hal yang tak dilakukan kiper-kiper lain. Pada masa itu, kiper sulit menangkap bola umpan lambung karena risiko bertabrakan dengan pemain lawan. Posisi kiper kian rentan karena tak ada peraturan seperti yang dimiliki para penjaga gawang saat ini yang melarang pemain lawan menabrak mereka.

Yashin bahkan sempat dijuluki sebagai pemain sirkus gara-gara aksinya di lapangan yang tak pernah dilakukan kiper lain. Dia sering melakukan aksi akrobatik dengan melompat untuk menjangkau atau menghalau bola. Meski demikian, gaya eksentriknya di lapangan justru terbukti efektif memperkokoh lini pertahanan tim. "Aku ingat dia sering menghalau bola dengan sundulan, dan penonton menyukainya," ujar istri Yashin, Valentina Timofeevna, seperti ditulis The Blizzard.

Penampilan Yashin memikat Mikhail Yakushin, pelatih pertamanya di Dynamo Moscow, yang dikenal tegas dan kerap berkomentar pedas. Dalam memoarnya, Yakushin menyatakan bahwa Yashin mendobrak segala pakem yang ada untuk penjaga gawang. "Gaya bermainnya meningkatkan potensi taktik bermain tim kami menjadi lebih baik," kata Yakushin seperti ditulis Russia Beyond.

Yashin ternyata bukan penjaga gawang pertama yang mengadopsi gaya sweeper-keeper. Saat itu sudah ada kiper Hungaria, Gyula Grosics, yang gemar "berkeliaran" jauh dari gawang untuk menghalau serangan lawan. Demikian pula kiper andalan klub River Plate dan tim nasional Argentina, Amadeo Raul Carrizo.

Grosics dikenal sebagai penjaga gawang yang pertama kali mengembangkan gaya bermain sweeper-keeper di daratan Eropa. Ia bisa menjalankan tugas ganda sebagai pemain bertahan tambahan jika dibutuhkan. Grosics kerap keluar dari kotak gawangnya untuk mencegat serangan lawan dan menghalau bola.

Grosics tampil 88 kali bersama tim nasional Hungaria, yang dikenal sebagai The Mighty Magyars, sejak 1947. Pada 1950-an, tim nasional Hungaria adalah salah satu yang terkuat di Eropa. Mereka meraih medali emas Olimpiade 1952. Hungaria mengalahkan Inggris di Stadion Wembley dengan skor 6-3 setahun kemudian. Grosics dan kawan-kawan adalah anggota tim nasional Hungaria pertama yang berhasil mengalahkan Inggris di kandangnya.

Adapun Amadeo Raul Carrizo dikenal publik Argentina sebagai kiper yang gemar bertualang keluar dari kotak penalti untuk membantu lini pertahanan. Kiper yang dijuluki "Tarzan" karena kenekatannya itu juga menjadi yang pertama bermain dengan mengenakan sarung tangan. Hal ini membuat dia lebih efektif dalam menangkap atau menghalau bola.

Carrizo pula yang mengembangkan teknik tendangan gawang sebagai bagian dari serangan balik. Pada era itu, kiper biasanya bermain tanpa sarung tangan dan menendang bola jauh-jauh tanpa sasaran yang jelas. Meski awalnya dianggap aneh, gaya bermain Carrizo mulai ditiru kiper-kiper lain di Argentina. Carrizo pun makin dihormati sebagai salah satu pionir sweeper-keeper.

Lev Yashin mengembangkan gaya sweeper-keeper dengan sejumlah inovasi lain. Tak seperti kiper lain yang pendiam, Yashin ikut membantu serangan. Ia kerap melakukan lemparan atau tendangan terukur dari gawang sebagai bagian dari taktik serangan balik. Aksi ini mengejutkan lawan, mengingat kiper pada periode itu biasanya cuma asal menendang bola jauh-jauh dari gawang.

Yashin aktif mengatur lini pertahanan timnya. Dia bahkan kerap berteriak mengarahkan posisi rekan-rekannya yang menjadi pemain bertahan. Hal ini membuat pertahanan timnya lebih solid.

Bertubuh tinggi dan kekar, Yashin ternyata punya kecepatan, kesigapan, dan lompatan melebihi kemampuan kiper lain. Kecakapan ini ia dapatkan karena pernah menjadi kiper hoki es di klub Dynamo.

Kombinasi antara kemampuan fisik dan strategi Yashin mengatur pertahanan menuai sukses. Setelah meraih medali emas sepak bola di Olimpiade 1956, Yashin membantu Uni Soviet menjadi juara Piala Eropa pada 1960. Uni Soviet juga tampil di empat Piala Dunia dengan prestasi tertinggi peringkat keempat pada 1966.

Dalam 326 pertandingan bersama Dynamo Moscow di kompetisi sepak bola Uni Soviet, Yashin membukukan rekor tak pernah kebobolan dalam 160 laga. Sepanjang kariernya menjadi kiper, Yashin juga sukses menghentikan 150 tembakan penalti.

Setelah Yashin, kian banyak kiper yang mengembangkan gaya sweeper-keeper menjadi lebih ekstrem. Kiper Kolombia, Rene Higuita, dan penjaga gawang Meksiko, Jorge Campos, bahkan memiliki kemampuan mengeksekusi penalti dan tendangan bebas. Dua kiper yang populer pada 1980-1990-an ini berada dalam daftar lima besar penjaga gawang dengan raihan gol terbanyak.

Penjaga gawang Jerman, Manuel Neuer, menjadi salah satu sweeper-keeper terbaik saat ini. Kiper 31 tahun itu dikenal gesit, mampu memotong serangan lawan di luar kotak penalti, dan menggiring bola dengan baik. Neuer bahkan kerap berpartisipasi ketika timnya menyerang, melakukan eksekusi tendangan sudut atau bebas.

Di luar gayanya yang unik, prestasi Neuer lebih baik daripada para pendahulunya. Neuer membantu klubnya, Bayern Muenchen, menjuarai Bundesliga dalam enam musim terakhir. Pada 2013, bersama Muenchen, dia mengangkat trofi Liga Champions Eropa. Setahun kemudian, di Brasil, Neuer menjadi kiper utama Jerman dan menjuarai Piala Dunia 2014. Dalam turnamen itu, ia juga menerima penghargaan Sarung Tangan Emas sebagai kiper terbaik.

Gabriel Wahyu Titiyoga

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus