Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUDUK tak terasa nyaman bagi Ika Nurmatika beberapa bulan lalu. Bagian bawah perut dan punggung bawahnya nyeri dan terasa seperti terbakar. Dibawa berdiri pun tak enak. "Rasanya tuh seperti turun berok," kata Ika, 28 tahun, Rabu pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ika menduga rasa sakit ini datang lantaran posisi spiral yang digunakan untuk mengatur kehamilannya kembali bermasalah. Posisinya pernah miring. Namun perkiraannya salah. Menurut hasil pemeriksaan ultrasonografi, tak ada masalah dengan posisi alat kontrasepsinya itu. Dokter malah menyarankan Ika mengecek urine di laboratorium. "Ternyata positif kena infeksi saluran kemih," ujar perempuan yang tinggal di Kemanggisan, Jakarta Barat, ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua tahun lalu, saat tengah hamil muda, Ika didera penyakit yang sama. Penyebabnya pun serupa: kurang minum dan sering menahan hasrat pipis. Padahal, saat itu, frekuensi buang airnya meningkat drastis. Dalam waktu sejam saja, panggilan alam itu bisa datang berulang kali. Tapi Ika kadang memilih menahannya ketika sedang menyelesaikan urusan.
Kala itu, dokter mewanti-wanti dia agar tak lagi menahan kencing dan lebih banyak minum supaya tidak kembali terserang infeksi saluran kemih selama masa kehamilan. "Dokter bilang, kasihan bayi saya kalau sampai infeksi," ucapnya.
Bagi ibu hamil, infeksi saluran kemih memang tak bisa dipandang sebelah mata. Letak rahim yang berada di dekat kandung kemih membuatnya juga rawan ikut terinfeksi karena bakteri yang bisa menyeberang. Bakteri itu juga membuat tubuh ibu meradang sehingga mengeluarkan zat-zat tertentu, seperti prostaglandin. Zat ini bisa membuat rahim berkontraksi kuat, sehingga tubuh ibu terangsang untuk melahirkan dan memicu kelahiran sebelum waktunya.
Masalah tersebut bisa berujung pada kelahiran prematur, bayi terlahir dengan berat badan rendah, dan infeksi sistemik pada kehamilan. Padahal masa kehamilan adalah waktu ketika tubuh manusia diprogram, termasuk untuk pembentukan otak, hormon, dan jantung.
Pemrograman tersebut tak berlangsung sempurna jika janin mesti dilahirkan lebih cepat gara-gara ibunya terinfeksi. Masalah ini akan mempengaruhi kualitas hidup anak hingga dewasa. "Berkaitan dengan risiko penyakitnya, seperti diabetes melitus, juga perilakunya," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan Damar Prasmusinto dalam sebuah simposium di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pertengahan bulan lalu.
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang tergolong sistem kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, terinfeksi oleh bakteri. Umumnya, bakteri yang menyebabkan infeksi tersebut adalah E. coli, yang bisa berasal dari vagina atau anus.
Penyakit ini umum diderita, terutama oleh perempuan. Uretra perempuan yang lebih pendek menyebabkan bakteri dari luar mudah masuk ke sistem kemih. Terlebih lubang anus dan vagina perempuan dekat dengan lubang pipis. "Kalau laki-laki, saluran uretra di luarnya saja sudah panjang," kata guru besar ilmu urologi FKUI, Akmal Taher.
Pada perempuan hamil, risiko ini meningkat. Menurut Damar, paling tidak 10 persen ibu hamil terkena masalah ini. "Infeksi saluran kemih itu masalah terbanyak kedua yang terjadi pada masa kehamilan, setelah anemia," ujarnya.
Selain akibat masalah hormonal, peningkatan risiko pada ibu hamil terjadi karena rahim di panggul membesar. Hal ini membuat kandung kemih, yang terletak di depan rahim, terdorong sehingga kapasitas penampungan urine berkurang. Akibatnya, ibu jadi beser.
Karena desakan tersebut, saluran kencing juga bisa tersumbat sehingga urine tak keluar dengan lunas. Sisa urine di dalam bisa menyebabkan bakteri berkembang biak. Menurut dokter Irene Christ Susanto, kondisi ini biasanya terjadi pada trimester pertama usia kehamilan (1-12 pekan). Setelah trimester pertama terlewati, masalah ini akan berkurang karena rahim membesar dan naik meninggalkan rongga panggul.
Namun, pada usia kehamilan trimester ketiga, masalah ini bisa muncul kembali karena tulang kepala janin mulai tumbuh dan mendesak kandung kemih. Selain itu, infeksi bisa terjadi lantaran ibu kesulitan cebok karena terhalang perutnya yang membesar. "Bakteri jadi masuk," ucap Irene.
Maka, agar infeksi ini tak terjadi, Irene mewanti-wanti para ibu hamil agar minum air yang cukup, tak menahan buang air kecil kapan pun-termasuk pada malam hari meski dalam kondisi mengantuk-serta membasuh kemaluan dengan bersih. "Bibir vagina juga mesti dibersihkan," ujarnya.
Namun, kalau si ibu sudah telanjur terinfeksi, biasanya dokter akan memberikan antibiotik. Tapi, jika penyebabnya adalah urine yang tersisa akibat saluran kemih tertekan, dokter mesti menguras air pipis itu. "Harus dikeluarkan dengan kateter," kata Akmal Taher.
Nur Alfiyah
Waspada Sebelum Bahaya
Gejala infeksi saluran kemih, baik pada ibu hamil maupun orang lain, sama. Berikut ini tanda-tandanya.
1. Sering kebelet kencing atau kencing lebih sering alias anyang-anyangen.
2. Sensasi terbakar atau kram di punggung bawah atau perut bagian bawah.
3. Nyeri atau rasa terbakar ketika kencing.
4. Urine keruh, gelap, berdarah, atau berbau aneh.
5. Cepat merasa lelah, demam, dan menggigil.
Tandanya infeksi sudah menyebar ke ginjal.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo