JANGAN salah duga. Pontianak bukaul hutan atau sarang kuntilanak.
Ibukota Propinsi Kalimantan Barat ini malahan sudah merasa sesak
oleh penghuninya yang 250.000 lebih itu dua kali lipat lebih
banyak dibanding penduduknya pada 6 tahun silam. Karena itu pula
dengan areal kota yang hanya 40 kmÿFD, Barir, Walikota Pontianak,
mulai resah untuk memperluas kotanya. Lebih-lebih karena usulnya
untuk melebarkan areal kepada Pemerintah Pusat belum juga
terjawab hingga sekarang.
Walau begitu, Barir yang pendiam, telah diam-diam pula membenahi
sudut-sudut kotanya. Di hadapan wartawan-wartawan di kotanya awal
bulan ini dengan bangga ia menyebut usaha pemolekan gedung-gedung
di sepanjang Jalan Tanjungpura yang dua jalur itu. Disebutnya juga,
dari 6S km panjang jalan yang ada dalam kota, tak kurang dari 2,6
km di antaranya sudah menjadi 2 jalur. Untung bahwa jalan-jalan
yang serba sempit dan lalu-lintas yang agak semraut, belum lama
ini sedikit tertolong dengan adanya 2 buah lampu simpang (trafic
light) sumbangan Ditjen Perhubungan Darat.
Banyak telinga kurang percaya ketika Walikota Pontianak itu
bertutur lagi bahwa APBD kota tahun ini melonjak menjadi Rp 2,9
milyr lebih. Tahun lalu jumlahnya hanya Rp 912 juta. "Mengapa
sebesar itu tahun ini?" Barir bertanya sendiri daul dijawabnya
pula arena dalam jumlah itu termasuk kredit yang dipinjam
kotamadya kepada Bank Dagang Negara (BDN) untuk membangun proyek
Kapuas Indah yaitu pusat perbelanjaan".
Ke Singkawang
Tapi rupanya Barir masih dalam tahap tergiur oleh
bangunan-bangunan bertingkat dan jalanjalan berjalur dua.
Bagaimana tentang tempat-tempat rekreasi bagi warga kota ini'?
Pontianak hanya memiliki 3 buah gedung bioskop. Tak lebih. Dan
hanya ini pula satu-satunya tempat warga mereguk hiburan. Tapi
karena ketiga-tiganya beralat pendingin segala, tak heran kalau
bertarif cukup tinggi sehingga banyak kantong yang enggan
dirogoh. Selebihnya tak ada taman hiburan maupun tempat-tempat
santai lainnya.
Sebab itu mudah dibayangkan kalau menjelang hari libur para
remaja mulai gentayangan menghibur diri. Paling-paling mereka
bergerombol sana-sini tau ke depan kantor Kodam. Di sini ada
setumpuk tanah yang menjorok ke bibir sungai Kapuas dan sering
dipakai sebagai lapangan helikopter. Indah juga tempat ini,
meskipun lama-lama membosankan karena tak tersentuh penanganan.
Lalu kalau mau bersantai keluar kota? Memang ada. Tapi terdapat
di Singkawang - khusus bagi yang punya mobil pribadi atau
carter. Di situ ada Batu Payung, Pasir Panjang dan Taman Ria.
Tapi jangan kesal kalau sepulangnya dari sana usahkan mendapat
kesegaran, malahan kelelahan yang bukan alang kepalang,
Sebab untuk sampai ke Singkawang saja harus naik fery 2« atau 3
jam, belum lagi menuju tempat-tempat bersantai itu. Pokoknya
begitu pulang lagi ke rumah, badan sudah loyo. Yang paling enak
bagi mereka yang berduit tentu terbang ke Jakarta dengan Fokker
28 Garuda, hanya 1 jam. Pergi Sabtu pulang Minggu. Tapi apa kata
Barir tentang semua ini? "Kita belum punya anggaran untuk
membuat tempat-tempat rekreasi itu", ucapnya, "dalam APBD tahun
ini hanya ada Rp 500.000 itu pun untuk menunjang kesenian dan
olahraga". Begitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini