Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Gejala Sindrom Sleeping Beauty, Antipati Sampai Hiperseks

Belum jelas apa penyebab sindrom Sleeping Beauty, tapi ada gejala yang kasat mata.

24 Oktober 2017 | 16.57 WIB

Ilustrasi tidur. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi tidur. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Sleeping Beauty atau Kleine Levin Syndrome (KLS) merupakan penyakit hipersomnia yang langka. Seorang penderita KLS tidak dapat mengontrol kapan dia tidur atau di mana dia akan tidur sebelum memasuki sebuah episode. Episode merupakan istilah untuk menjelaskan jangka waktu tidur yang panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat mengalami hipersomnia, pasien dapat tertidur selama beberapa hari, beberapa minggu, dengan rentang waktu bisa mencapai 10 hari atau pada kasus langka hingga hitungan bulan. Di antara episode, pasien mengalami periode jeda tanpa gejala yang berarti. Pola tidur, pemahaman terhadap lingkungan sekitar, suasana hati, dan perilaku tetap normal.

Episode hipersomnia pertama biasanya dipicu oleh infeksi pernapasan. Dalam beberapa kasus, terjadi juga peradangan otak, demam, konsumsi alkohol yang disertai maupun tidak disertai kurang tidur, atau trauma di bagian kepala. Penderita sindrom Sleeping Beauty juga kerap merasa sakit kepala, sensitif terhadap cahaya dan suara, kesulitan berkomunikasi, dan kesulitan berinteraksi sosial.

Ilustrasi Tidur. dailymail.co.uk

Pada 108 kasus, rata-rata pasien mengalami 19 episode hipersomnia yang berdurasi 12,5 hari dengan interval 5,7 bulan antar episode. Namun lantaran episode tidur tidak dapat diduga, maka kondisi ini bisa berubah-ubah. Pasien sindrom Sleeping Beauty bahkan bisa tiba-tiba merasa keluar dari dunia nyata alias seolah di alam mimpi.

Sebagian besar penderita sindrom Sleeping Beauty juga mengalami apati yakni hilangnya minat pada kegiatan sehari-hari seperti mengobrol, menata rambut, berekreasi, mandi, dan makan. Sebanyak 66 persen dari 108 pasien di Prancis mengalami hyperphagia atau rasa lapar berlebih dan meningkatnya nafsu makan yang abnormal. Selain itu, sebanyak 53 persen pasien sindrom Sleeping Beauty di Taiwan diketahui mengalami hiperseks.

SATRIA DEWI ANJASWARI | KLS STEALING TIME

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus