Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bendera hijau dengan simbol Ka’bah mulanya hanya digunakan oleh Partai Persatuan Pembangunan. Tapi lalu lahir partai berbendera hijau muda yang juga menggunakan Ka’bah (plus deretan lima bintang) sebagai simbol, yakni Partai Bintang Reformasi.
Semula bernama Partai Persatuan Pembangunan Reformasi, Partai Bintang Reformasi muncul sebagai buntut dari konflik antarpengurus Partai Persatuan Pembangunan. Pada masa kepemimpinan Ketua Umum Hamzah Haz, periode 1998-2003, muncul gugatan atas jabatan rangkap Hamzah sebagai wakil presiden di kabinet Megawati Soekarnoputri. Sejumlah pengurus partai yang dimotori Zainuddin Mz. menginginkan suksesi dengan alasan kesibukan Hamzah akan mengganggu tugas mengurus partai. Hamzah bergeming, bahkan meminta penundaan muktamar selama satu tahun, menjadi tahun 2003.
Kubu yang tak puas pun memisahkan diri. Zainuddin, bersama antara lain Djafar Badjeber dan Zaenal Ma’arif, mendeklarasikan Partai Persatuan Pembangunan Reformasi di Hotel Atlet Century pada 20 Januari 2002. Kemudian, dalam musyawarah luar biasa pada April 2003, mereka mengumumkan nama Partai Bintang Reformasi.
Hengkangnya Zainuddin tak meredakan gejolak ketidakpuasan di dalam Partai Persatuan Pembangunan. Kepemimpinan Hamzah yang diperpanjang hingga 2008 lewat Muktamar V pada 2003 menimbulkan friksi baru. Sejumlah pengurus partai, di antaranya Bachtiar Chamsyah dan Suryadharma Ali, sejak 2005 mengusung ide percepatan muktamar satu tahun, menjadi tahun 2007.
Muktamar 2007 itu memang berlangsung, berujung dengan lengsernya Hamzah dan majunya Suryadharma sebagai ketua umum. Suryadharma mendapat bantuan suara dari Bachtiar, yang merupakan Ketua Umum Persaudaraan Muslim Indonesia. Kerja sama di antara keduanya berlanjut dengan pembagian jatah kursi yang seimbang dalam kepengurusan harian partai.
Belakangan kerja sama Suryadharma dan Bachtiar merenggang. Pemicunya adalah perbedaan pendapat dalam mendukung calon presiden dan calon wakil presiden. Terakhir, kelompok Suryadharma menggulirkan koalisi Segitiga Emas atau Golden Triangle antara Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan Partai Golkar. ”Keintiman PPP dan PDI Perjuangan sudah terjalin lama saat Megawati menjadi presiden,” kata Suryadharma dua pekan lalu.
Sebaliknya, Ketua Majelis Pertimbangan PPP Bachtiar mendukung pembentukan jangkar penyokong Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dengan membangun koalisi antara Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Bachtiar menilai langkah Suryadharma semata sebagai sikap pribadi, tidak dapat mengatasnamakan partai. ”Keputusan yang diambil Suryadharma Ali dengan Megawati tidak akan menjadi keputusan partai,” Bachtiar menegaskan.
Sekretaris Jenderal Irgan Chairul Mahfiz menolak anggapan bahwa perbedaan pendapat antara Bachtiar dan Suryadharma merupakan cermin terbelahnya Partai Persatuan Pembangunan. ”Itu masih wacana masing-masing pengusung. Keputusan koalisi setelah pemilihan legislatif,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal PPP Teuku Taufiqulhadi. Menurut dia, perkembangan wacana koalisi belum menjadi fokus perhatian. ”Saat ini fokus meraih suara 15 persen dalam pemilihan legislatif,” tuturnya.
Konflik internal mewarnai pula perjalanan Partai Bintang Reformasi. Pendiri partai, yakni Zainuddin dan Zaenal Ma’arif, bersitegang, yang berujung pada muktamar luar biasa, April 2006. Ambisi Zaenal, yang sempat menjadi Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, untuk menduduki jabatan ketua umum kandas. Dia bahkan kemudian dikeluarkan dari partai dan Dewan. Bursah Zarnubi, pendukung Zainuddin, terpilih sebagai ketua umum.
Suasana itu diwarnai pula oleh hijrahnya tokoh-tokoh partai, seperti Ade Daud yang bergabung ke Partai Amanat Nasional dan Diah Devawati yang menyeberang ke PDI Perjuangan. Zainuddin bahkan sempat ”pulang kampung” ke Partai Persatuan Pembangunan sebelum akhirnya banting setir ke Partai Gerindra.
Bursah tak risau. Dia mengatakan hijrahnya tokoh-tokoh Partai Bintang Reformasi itu tak mengganggu eksistensi partai. Menurut dia, partai memusatkan perhatian pada upaya lolos ambang batas parlemen sebesar 2,5 persen. ”Kami pasang target 7 persen,” katanya.
Penjajakan koalisi dengan beberapa partai, seperti Partai Golkar, PDI Perjuangan, dan Partai Demokrat, terus dilakukan. ”Hanya penjajakan,” katanya, ”tak ada pembahasan pembagian kekuasaan.”
Semula Partai Bintang Reformasi sempat menggalang konvensi untuk memilih calon presiden, namun gagal. ”Pesertanya hanya Rizal Ramli,” kata Bursah. Penjajakan calon terus dilakukan. Dalam rapat pimpinan nasional ketujuh, Februari lalu, diumumkan sembilan nama calon presiden, di antaranya artis Deddy Mizwar.
Partai Persatuan Pembangunan
Nomor urut : 24
Berdiri: 5 Januari 1973
Platform: Islam
Pendiri: KH Idham Khalid (NU), H M.S. Mintaredja (Parmusi), H Anwar Tjokroaminoto (PSII), Rusli Halil (Perti)
Ketua Umum: Suryadharma Ali
Proyeksi Perolehan Suara
Karakter Caleg:
Daerah utama sumber suara: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
Target Pemilu 2009: 15 persen
Perolehan 2004: 9.248.764 suara atau 8,15 persen atau 57 kursi DPR
Partai Bintang Reformasi
Nomor urut: 29
Berdiri: 20 Januari 2002
Platform: Islam-Nasionalis
Pendiri: Zainuddin Mz., Djafar Badjeber, Zaenal Ma’arif
Ketua Umum: Bursah Zarnubi
Karakter Caleg:
Proyeksi Perolehan Suara:
Daerah utama sumber suara: Sumatera
Target Pemilu 2009: suara 7 persen
Perolehan 2004: 2.764.998 suara (2,3 persen) atau 14 kursi DPR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo