Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gereja Santa Maria de Fatima merupakan sebuah Gereja Katolik yang terletak di Glodok, Jakarta Barat. Gereja yang dibangun pada awal abad ke-19 ini dikenal karena memiliki corak khas bangunan Cina di eksterior maupun interiornya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman resmi Gereja St. Maria de Fatima, www.santamariadefatima.or.id, berdirinya gereja ini bermula saat adanya tugas pelayanan dan pewartaan Injil dari Vikaris Apostolik Jakarta, Adrianus Djajasepoetra, kepada Peter Wilhemus Krause van Eeden. Selain untuk beribadah, tujuan awal pembangunan gereja ini sebagai asrama dan sekolah bagi orang-orang Cina di perantauan yang bertempat tinggal di sekitar Glodok.
Sebagai langkah pembuka, Antonious Loew asal Austria terpilih sebagai kepala paroki dan Leitenbauer terpilih sebagai pengelola sekolah yang pertama. Sekolah tersebut diberi nama Sekolah Ricci.
Usaha dari Leitenbauer yang dibantu oleh kawan-kawan Katoliknya berjalan lancar. Mereka pun membuka kursus bahasa Jerman, Mandarin, dan Inggris, yang terkenal dengan nama Ricci Evening School serta asrama bernama Ricci Youth Center.
Pengelola gereja memutuskan untuk membeli sebidang tanah seluas satu hektare pada 1953 dari seorang kapitan bermarga Tjioe dan digunakan sebagai kompleks gereja dan sekolah. Di tahun berikutnya, tanah dan bangunan itu resmi menjadi milik gereja dan didirikan sebuah bangunan utama serta dua bangunan yang mengapit bangunan utama.
Perayaan ekaristi pertama di gereja ini dilakukan tahun 1954 dengan dipimpin oleh empat orang imam dan diikuti oleh 16 umat. Karena umat yang mengikuti misa dan ekaristi di tempat ini semakin banyak, diputuskan perayaan ekaristi 1968 diadakan di dalam ruang kompleks sekolah Ricci.
Bangunan gereja yang lama direkonstruksi ulang menjadi gereja yang lebih besar. Tahun 1970, kepengurusan gereja ini disearahkan dari Serikat Jesuit kepada Serikat Xaverian.
Hingga saat ini, gereja Santa Maria de Fatima masih melayani umat, baik misa maupun ekaristi. Uniknya gereja ini melayani misa dalam dua bahas yang berbeda, yaitu bahasa Indonesai dan bahasa Mandarin.
EIBEN HEIZIER
Baca juga: