Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kontestasi Demokrasi Minim Substansi

Tiga pasangan capres-cawapres dinilai hanya adu gimik ketimbang gagasan. Ancaman bagi kualitas pilpres 2024 dan demokrasi.

28 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD saat penetapan nomor urut Capres dan Cawapres di kantor KPU, Jakarta, 14 November 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Kalangan pengamat politik dan kebijakan publik menilai tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden belum menawarkan terobosan rencana kebijakan yang konkret sejak diusung dan ditetapkan sebagai peserta pemilihan presiden 2024. Masa kampanye yang dimulai hari ini diperkirakan lebih didominasi gimik-gimik politik ketimbang diskursus yang substansial tentang berbagai permasalahan negara ke depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Wijayanto, mengatakan minimnya substansi dalam kontestasi pemilihan presiden kali ini sudah tampak dari visi dan misi tiga pasangan calon. Citra tiga pasangan calon memang seakan-akan terbelah. Pasangan Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, misalnya, digambarkan sebagai kubu perubahan yang berada di seberang kubu penerus kebijakan Presiden Joko Widodo, yakni Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

"Tapi, secara substansi, yang ditawarkan ketiganya tidak jauh berbeda," kata Wijayanto kepada Tempo, Senin, 27 November 2023.

Komunikasi politik dari kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud pun terkesan tak tegas. "Meski ingin melakukan perubahan, Anies justru bilang yang baik bisa dilanjutkan," ujarnya. "Sebaliknya, dari pihak Ganjar bilang akan melanjutkan, tapi juga mengusung perubahan."

Tiga calon wakil presiden, yaitu Gibran Rakabuming Raka (kiri), Mahfud Md., dan Muhaimin Iskandar, mengambil undian dalam Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2024 di gedung KPU, Jakarta, 14 November 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Menurut Wijayanto, tak adanya garis tegas di antara ketika kontestan disebabkan oleh para kandidat serta partai pengusungnya masih terhubung dengan Joko Widodo. Pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran, paling kentara. Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo masih anak buah Presiden. Pendampingnya, Gibran, juga anak Jokowi. 

Begitu pula Mahfud yang masih menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Sedangkan Ganjar merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai pengusung Jokowi dalam dua pemilihan presiden sebelumnya. Hingga kini, PDIP dan Partai Persatuan Pembangunan yang mengusung pasangan calon nomor urut 3, Ganjar-Mahfud, masih menempatkan kader-kadernya dalam kabinet.

Hal yang sama terjadi pada Anies-Muhaimin. Dua partai dalam koalisi pengusung pasangan calon nomor urut 1 ini, yakni Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa, belum keluar dari barisan partai pendukung pemerintahan Jokowi. Khusus soal NasDem, Wijayanto menilai partai yang dipimpin Surya Paloh ini juga tampak amat berhati-hati mengambil langkah setelah dua kadernya di kabinet dijerat kasus pidana korupsi, yakni Johnny Gerard Plate dan Syahrul Yasin Limpo. "Jadi, secara struktur, ketiga pasangan calon ini terjebak dalam status quo," ujar Wijayanto.

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, punya pandangan serupa. Dia menilai visi-misi yang ditawarkan ketiga pasangan calon senada, normatif, dan tak memuat terobosan baru. "Tak kompetitif untuk memberikan nuansa baru," ucapnya kepada Tempo, kemarin.

Dalam isu pembangunan ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur, misalnya, Ganjar dan Prabowo sama-sama ingin melanjutkan. Sedangkan Anies mengambil sikap berbeda, tapi tak menyodorkan solusi mengatasi masalah Jakarta sebagai ibu kota negara. 

Isu lain yang krusial tapi tak diulas adalah masalah gizi buruk (stunting), kemiskinan, dan kesehatan anak. Menurut Trubus, ketiga pasangan calon tidak menjelaskan bagaimana mengoptimalkan dan mengawasi anggaran untuk program-program penanganan masalah penting tersebut.

"Di penegakan hukum juga serupa. Ketiganya hanya ingin membenahi aturan dan struktur pelaksanaan," kata Trubus. "Tapi tidak melihat hal yang lebih substansial untuk memastikan budaya hukum yang jujur dan berintegritas." 

Pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, di kantor KPU, Jakarta, 25 Oktober 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Tak Ada Substansi, Gimik Makin Menjadi

Tidak adanya perbedaan visi dan misi ketiga pasangan calon dinilai sebagai penyebab lesunya diskursus mengenai gagasan ideal dan program konkret yang mereka tawarkan kepada masyarakat. Setiap tim pemenangan terlihat hendak mendorong kampanye yang penuh gimik.

Menurut Wijayanto, hasil riset LP3ES dan Southeast Asian and Caribbean Images (KITLV) bulan ini menemukan gejala bahwa tiga pasangan calon menggunakan dua tipe kampanye: kampanye resmi dan terbuka, serta kampanye tertutup. Kampanye terbuka biasanya dilakukan di ruang-ruang resmi, seperti menghadiri diskusi publik dan seminar. Sedangkan kampanye terbuka dilakukan di ruang publik dengan saling bantah antar-lawan politik. "Namun tak ada isinya," ucapnya.

Adapun kampanye tertutup dilakukan dengan beragam cara untuk mempengaruhi persepsi publik, terutama di media sosial, seperti menyewa robot, akun palsu, hingga pemengaruh (influencer). Cara ini tak hanya untuk meningkatkan citra kandidat. "Mereka juga menyerang lawan dengan membunuh karakter," kata Wijayanto.

Masih di urusan kampanye tertutup melalui ruang-ruang digital, ketiga pasangan juga mulai terlihat menggunakan dan mereplikasi gimik tertentu dengan kadar yang berbeda-beda. Menurut Wijayanto, kadar gimik tertinggi berupa tarian "gemoy" yang seakan-akan hendak menggambarkan Prabowo sebagai sosok yang menggemaskan. 

Wijayanto menilai gimik "gemoy" menyasar suara generasi Z yang menjadi kelompok pemilih baru dan muda pada pilpres 2024. Sejauh ini, kata dia, strategi yang menjadikan Prabowo viral di media sosial itu membuahkan hasil. Survei elektabilitas sejumlah lembaga riset menunjukkan tingkat keterpilihan Prabowo-Gibran di kelompok pemilih generasi Z meningkat hampir dua kali lipat. 

Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, saat Rapat Kordinasi Relawan Ganjar-Mahfud Se-Pulau Jawa, di JIExpo, Jakarta, 27 November 2023. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Menurut Wijayanto, kubu Anies dan Ganjar sebenarnya juga menggunakan strategi serupa, meski tak kasatmata. Anies dan Muhaimin, misalnya, mencuat di media sosial lewat beredarnya video keduanya saling slepet sarung. Sedangkan Ganjar dan pendukungnya viral dengan salam tiga jari ala three-finger salute para pemberontak yang melawan tirani dalam film The Hunger Game.

"Hampir semua media sosial kebanyakan isinya gimik. Subtansinya tidak terlihat," tuturnya.

Wijayanto menilai kondisi tersebut bisa menurunkan kualitas pemilihan umum. Kampanye penuh gimik di media sosial bersifat satu arah, tidak dialogis. Calon pemilih tidak didorong mencari tahu tentang gagasan para kandidat ihwal negara. "Pemilih diajak memilih hanya atas dasar ketertarikan," ujarnya. 

Lebih dari itu, menurut Wijayanto, masa depan demokrasi ikut terancam. Dia khawatir pesta demokrasi tahun depan menjadikan Indonesia seperti Filipina. Dalam pemilihan presiden Filipina tahun lalu, Bongbong Marcos menang dengan strategi merebut suara pemilih muda lewat media sosial. Padahal Bongbong punya segudang rekam jejak buruk. Dia juga anak Ferdinand Marcos, diktator korup yang berkuasa selama 21 tahun sebelum akhirnya digulingkan pada 1986.

"Keadaan di Filipina bisa terulang bila anak muda tak melek digital dan literasi politik," ucapnya.

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, melakukan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, 19 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.

Tim Pemenangan Menyongsong Masa Kampanye 

Juru bicara Pemenangan Tim Nasional Anies-Muhaimin, Refly Harun, mengatakan timnya sudah menyiapkan sejumlah cara untuk memenangi pilpres 2024. Dia mencontohkan, tim pemenangan akan mengoptimalkan 89 juru bicara guna menyebarkan gagasan Anies-Muhaimin di pelosok negeri. "Selain jubir, ada dewan pakar. Tapi ujung tombaknya jubir," katanya kepada Tempo, kemarin.

Menurut dia, tim pemenangan Anies-Muhaimin juga akan memberdayakan kekuatan partai politik dan relawan. Anies-Muhaimin, kata Refli, akan berfokus menyebarkan visi-misi pada masa kampanye nanti serta menghindari gimik seperti yang dilakukan lawan-lawannya.

Wakil Komandan Komunikasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Herzaky Mahendra Putra, mengatakan timnya juga sudah membentuk struktur pemenangan di tingkat kabupaten dan kota. Adapun struktur tingkat provinsi akan dibentuk hari ini. Mereka tak hanya bekerja untuk mendukung pemenangan pasangan Prabowo-Gibran, tapi juga menyokong setiap partai dalam mencapai target pemilihan legislatif.

Menurut dia, pemilihan legislatif tak boleh dikesampingkan lantaran Prabowo-Gibran juga membutuhkan dukungan politik di Senayan untuk mengawal kebijakannya jika kelak terpilih. "Jadi kami ingin menang pilpres dan Koalisi Indonesia Maju yang kuat di parlemen supaya program Prabowo terwujud," katanya kepada Tempo, kemarin.

Herzaky tak menampik bahwa TKN mengoptimalkan segala upaya untuk memenangkan Prabowo-Gibran, termasuk menonjolkan citra Prabowo saat ini yang viral dengan tarian "gemoy". Dia menilai tarian ini digemari generasi Z sehingga harus dioptimalkan. "Ini menunjukkan di tengah keseriusan beliau ternyata bisa melakukan interaksi dengan calon pemilih yang istilahnya menjadi viral," ucapnya.

Namun Herzaky menolak anggapan bahwa tarian "gemoy" itu sebagai wujud tidak adanya gagasan yang ditawarkan Prabowo. Dia mengklaim Prabowo justru selalu hadir dalam diskusi ilmiah untuk menyampaikan gagasannya. "Seperti program susu gratis," ujarnya.

Adapun juru bicara muda Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Aryo Seno Bagaskoro, mengatakan Ganjar-Mahfud akan berfokus keliling daerah untuk bertemu dengan berbagai lapisan masyarakat. "Sosialisasi program akan digenjot dan terus disebarluaskan," tuturnya.

HENDRIK YAPUTRA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus