Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SABTU pertengahan Maret lalu, Nasrudin Zulkarnaen, 41 tahun, menghabiskan siang seperti biasa: main golf di Padang Golf Modernland, Kota Tangerang, Banten. Itulah olahraga golfnya yang terakhir.
- Sekitar pukul 14.00, Nasrudin keluar dari padang golf dengan BMW abu-abu metalik B-191-E. Ia duduk di kursi belakang kiri.
- Di Jalan Hartono Raya, laju kendaraan melambat karena terhadang polisi tidur. Sopir Nasrudin, Parmin, tahu betul majikannya tidak suka diguncang penghalang ini.
- Menjelang polisi tidur ketiga, sekitar 900 meter atau lima menit dari gerbang golf, Parmin kembali memperlambat mobilnya. Lalu...
- Dor, dor! Ketika ban depan BMW menaiki polisi tidur, dari sisi kiri, Daniel Daen yang dibonceng Heri Santoso di atas Yamaha Scorpio melepaskan dua tembakan: satu mengenai kepala, satu lagi leher.
- Parmin menengok ke arah majikannya setelah mendengar tembakan itu. Nasrudin terkulai dengan kepala bersimbah darah. Parmin melihat sebuah motor melesat di sebelah kiri mobilnya. Ia keluar dari mobil dan berteriak minta tolong. Karena saat itu jalan sepi, ia masuk lagi ke mobil.
- Parmin balik arah menuju Rumah Sakit Mayapada, 200-an meter dari lokasi penembakan. Setiba di Mayapada, majikannya sudah tak sadar. Keesokan harinya, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Nasrudin meninggal.
Selisih di Tengah Jalan
MESKI tergolong mulus berkarir, Nasrudin Zulkarnaen masih mengincar kursi bos PT Rajawali Nusantara Indonesia. Ia meminta bantuan Antasari Azhar untuk ambisinya itu. Tapi keduanya kemudian berselisih paham, terutama setelah Nasrudin melihat istri ketiganya sekamar dengan Antasari. Inilah sepenggal periode penting hidup laki-laki 41 tahun itu.
2002
Menjadi staf ahli Direktur Umum PT RNI.
2006
Berkenalan dengan Rhani Juliani, caddy Padang Golf Modernland. Sebelumnya Rhani pendamping Antasari Azhar.
2007
April
Diangkat menjadi Direktur Pengembangan dan SDM RNI. Belakangan dibatalkan.
Juli
Nasrudin-Rhani menikah siri.
Desember
Antasari menjadi Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.
2008
Februari
Nasrudin-Antasari berkenalan. Nasrudin melaporkan dugaan korupsi di perusahaannya.
Mei
Nasrudin murka mengetahui Rhani berdua dengan Antasari di kamar 802 Hotel Gran Mahakam.
September
Nasrudin menjadi Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Bekas Direktur Keuangan RNI Ranendra Dangin menjadi tersangka korupsi.
Desember
Antasari melaporkan ancaman Nasrudin kepada Kepala Polri.
2009
Januari
Antasari bertemu Sigid Wibisono dan Wiliardi Wizar membahas ancaman Nasrudin. Antasari menolak tudingan itu.
Februari
Nasrudin mendapat SMS ancaman dari nomor yang diduga milik Antasari.
Awal Maret
Nasrudin-Rhani ditangkap di Kendari, Sulawesi Tenggara.
14 Maret
Nasrudin ditembak seusai main golf di Modernland, Tangerang.
Order Mengalir Terlalu Jauh
TIM pembunuh Nasrudin Zulkarnaen dibuat dengan sistem sel. Tak kurang dari sepuluh nama diduga terlibat. Inilah rantai komando tim ini.
Nasrudin Zulkarnaen, 41 tahun
Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, cucu PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Pernah berteman, lalu bermusuhan gara-gara memergoki Rhani bersama Antasari.
Rhani Juliani,22 tahun
Mahasiswi STMIK Raharja, Tangerang dan caddy di Padang Golf Modernland.
Nikah siri
Antasari Azhar, 56 tahun
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, diduga sebagai pemberi perintah pembunuhan Nasrudin.
Kenal saat bermain golf, jauh sebelum Rhani jadi istri Nasrudin.
Wiliardi Wizar, 49 tahun
Diduga sebagai pencari eksekutor, polisi berpangkat komisaris besar ini mantan Kepala Polres Jakarta Selatan.
Sigid Haryo Wibisono, 43 tahun
Diduga menjadi penyandang dana, sarjana ekonomi ini adalah Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka. Ia memberikan uang Rp 500 juta kepada Wiliardi.
Jerry Hermawan L.O., 52 tahun
Pendidikan SMA, pekerjaan swasta, diduga mempertemukan Wiliardi dengan Eduardus di Hailai, Ancol, Jakarta Utara.
Eduardus Ndopo Mbete, 38 tahun
Berasal dari Ende, Lio, Flores, sarjana ini diduga menjadi ujung tombak Wiliardi dengan para tersangka eksekutor. Wiliardi menyerahkan Rp 500 juta kepada Eduardus di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan.
Eduardus tidak mencampuri dan mengenal para eksekutor. Sebaliknya, para eksekutor juga tidak mengenal Eduardus.
Hendrikus Kia Walen, 37 tahun
Sarjana ekonomi asal Flores Timur. Sekuriti toko ini diduga pemberi order kepada Fansiskus. Dibayar Rp 180 juta.
Fransiskus Tadon Kerans, 38 tahun
Sekuriti PT Yasun Litex kelahiran Flores Timur. Dia diduga menjadi koordinator lapangan serta pembeli senjata api. Dibayar Rp 50 juta.
Sei Buron. Dibayar Rp 30 juta.
Heri Santosa, 34 tahun
Pengangguran kelahiran Bogor dan lulusan STM Penerbangan. Diduga menjadi joki motor yang dinaiki Daniel. Dibayar Rp 70 juta.
Daniel Daen
Lulusan SD yang menjadi sekuriti toko buah ini diduga menjadi penembak Nasrudin. Pria kelahiran Flores Timur ini dibayar Rp 70 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo