Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Foto pembongkaran Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki viral di media sosial. Dalam foto itu tampak alat berat mulai membongkar bagian depan gedung teater tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Imam Hadi Purnomo mengatakan pembongkaran itu merupakan bagian dari revitalisasi TIM. "Akan diperbaiki fasilitasnya prasarana dan sarananya diganti dengan standar internasional," kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis 6 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Imam, pembongkaran itu tak akan mengubah fungsi Graha Bhakti Budaya setelah selesai direnovasi. "Tetap gedung teater, hanya saja lebih modern," ujar Imam.
Sebelumnya dalam diskusi yang digelar di Tempo, Imam mengatakan bahwa TIM memiliki banyak sekali aktivitas seperti Institut Kesenian Jakarta, teater, dan galeri. Selain itu ada juga kegiatan sains seperti planetarium. Hal ini perlu diperbarui dari segi sarana dan prasarananya.
Revitalisasi TIM sempat mengundang polemik dari para seniman. Namun PT Jakarta Propertindo atau Jakpro menyatakan sudah mengakomodir masukan dari seniman untuk merancang ulang proyek revitalisasi TIM atau Taman Ismail Marzuki di Cikini, Jakarta Pusat.
"Konsepnya sudah kami terima lama, saat ini sedang didiskusikan dengan arsitek untuk redesign. Banyak masukan seniman juga yang dipertimbangkan," kata Direktur Utama PT Jakpro Dwi Wahyu Daryoto di Balai Kota DKI, Senin, 23 Desember 2019.
Menurut Wahyu, masukan dari seniman tersebut, termasuk pengadaan amphiteater, kineforum serta Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang naik dari 11 persen jadi 27 persen. "Adapun masalah hotel itu misinfo, mudah-mudahan jika revisi final, bisa terwujud itu semua. Tapi bagaimanapun kami fasilitasi wisma untuk para seniman," kata dia.
Setelah revitalisasi usai, kata Wahyu, Jakpro akan menjadi pengelola untuk melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana yang saat ini ada di Subbidang pemeliharaan sarana dan prasarana Unit Pelaksana Teknis (UPT) TIM. "Jadi ini memang usulan kami bahwa setelah ini jadi, Jakpro akan mengelola khusus pemeliharaan dan maintenance," ujarnya.
Sedangkan untuk program kesenian akan melalui Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) sebagai kurator. Nantinya dari hasil kurasi itu akan ditampilkan di TIM. "Jadi Jakpro enggak ambil pengelolaan keseniannya, tapi hanya bidang pemeliharaan sarpras. Jadi sebetulnya ini klop," kata Wahyu.
Sebelumnya Jakpro bersama Pemprov DKI Jakarta dimediasi oleh Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta bertemu dengan seniman-seniman yang beraktivitas di TIM untuk mengungkapkan aspirasinya terkait revitalisasi TIM. Tujuannya untuk memberikan gagasan pengelolaan TIM yang lebih baik.
Fraksi PDI Perjuangan ingin agar pengelolaan TIM yang lebih baik tanpa menghilangkan roh TIM sebagai pusat kebudayaan. "Karenanya kami inisiasi pertemuan Jakpro ini agar harapan dan gagasan dari para seniman tersampaikan," kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan DKI Jakarta Gembong Warsono.