Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Guru Sial

Sukoco, guru SD III Tegowanu, Grobogan, dikeroyok dua orang tua murid. Bermula dari sejumlah siswi yang mengadu kepada seorang guru karena rambut mereka digunting teman-teman prianya.

10 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA tamu tak diundang itu menerjang masuk. Sukoco tak keburu mengelak. Lehernya dipiting. Lalu tamu kedua menggasak tubuhnya. Para pelajar yang mencoba menolong Pak Guru Sukoco, 25 tahun, malah terkibas. Tetapi perkelahian tak seimbang itu dapat dilerai setelah beberapa guru ikut menyerbu. Tak urung polisi juga campur tangan. Nahas yang dialami Sukoco adalah buntut kejadian sehari sebelumnya. Ketika itu serombongan siswi mengadu. "Rambut saya digunting, Bu," kata Karsini sambil menangis. "Saya juga, Bu," tutur Sulasih pada Nyonya Kasmonah, wali kelas tiga SD III Tegowanu, Grobogan, Jawa Tengah. Lalu melapor pula Maryati, Karyati, Sulastri, dan Siti Maesaroh. Mereka mengaku dijaili teman-teman sekelas -- yang hari itu membawa gunting untuk pelajaran keterampilan. Berhubung ada keperluan mendesak, Nyonya Kasmonah menyerahkan persoalan tersebut ke Sukoco, rekannya. Pak guru ini lantas memanggil tujuh murid yang menjaili Karsini dkk., ke ruangan guru. "Hukuman apa yang pantas untuk anak yang membuat kesalahan? Coba pikirkan," ujar guru matematika itu kepada Karsini dkk. Karena masih harus mengajar, Sukoco meninggalkan siswa-siswi itu. Namun, begitu kembali ke ruang tadi, ia kaget. Karsini, dibantu rekan-rekannya, membabat rambut para murid pria. Ada yang ngepunk -- kiri kanan dibabat, rambut di biarkan. Celakanya, ada yang dipotong sedikit-sedikit di beberapa tempat. Rambut Suwito, misalnya, dibuat compang-camping. Sukoco tak menyangka bakal begitu pembalasan cewek-cewek itu. Kejadian pertengahan September lalu itu berekor lagi. Sudarli, orangtua Suwito, tak bisa menerima perlakuan yang dialami anaknya. Begitu pula Sukarno, ayah Suprapto, teman senasib Suwito. Mereka -- tamu tak diundang itu -- segera memberi "pelajaran" pada Sukoco, yang dianggap paling bertanggung jawab. Kendati hampir babak belur, Sukoco tak berniat memperpanjang urusan. "Sebagai pendidik, saya harus mengalah pada orang yang tidak berpendidikan. Saya tidak akan menuntut mereka," katanya kepada I Made Suarjana dari TEMPO. Pertikaian itu akhirnya diselesaikan secara kekeluargaan. Setelah istirahat seminggu, Senin pekan lalu Sukoco kembali mengajar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

PODCAST REKOMENDASI TEMPO

  • Podcast Terkait
  • Podcast Terbaru
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus