Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gyatso di Tubir Suksesi

Nama Dalai Lama muncul ketika Kaisar Cina keturunan Kublai Khan memeluk Buddha Tibet. Sejarah panjang kepemimpinan Tibet yang carut konflik.

4 Mei 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SONAM Gyatso bukan yang pertama. Tapi dialah kepala Biara Drepung (1552) dan Sera (1558) yang pertama kali bertemu dengan Kaisar Tiongkok Altan Khan. Sonam, 35 tahun, berdiri di hadapan sang penguasa daratan Mongolia yang berusia hampir dua kali umur dirinya itu.

Kala itu tahun 1571. Altan menyambutnya dengan menyebut istilah ”Dalai”—yang dalam bahasa Mongol berarti samudra, sesuai dengan arti Gyatso di Tibet. Altan, mengetahui pemimpin Drepung sebelumnya juga Gyatso, salah mengartikannya sebagai nama keluarga. Dan kata itu digabungkan dengan ”Lama”, yang berarti guru. Maka istilah ”Dalai Lama” pun kemudian menempel sampai kini. ”Saya tidak terlampau setuju kalau orang-orang Mongol itu memberi gelar. Itu hanya terjemahan,” kata Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke-14, yang kini tinggal di Dharamsala.

Inilah hubungan yang membuka Mongolia, penguasa Cina saat itu, terhadap Buddha. Biara pertama, Thegchen Chonkhor, berdiri di lokasi pertemuan itu. Berbagai kitab Tibet dan Sanskrit diterjemahkan ke bahasa Mongol. Dalam 50 tahun, Mongolia telah memeluk Buddha Tibet dan memiliki puluhan ribu biksu dan biksuni. Demikian erat hubungan Tiongkok dan Tibet saat itu hingga Dalai Lama keempat, Yonten Gyatso, adalah cucu Altan.

Sejarah mencatat Dalai Lama berikutnya, yang menjalankan metode suksesi dengan reinkarnasi, tak menemui jalan mulus. Konflik kekuasaan terus mengarut-marut kekuasaan Tibet. Namun, ketika sampai pada masa Dalai Lama ke-13, Thubten Gyatso (1876-1933), situasi dunia membuat Tibet bak bola yang dipermainkan antara Cina, Rusia, dan kolonial Inggris. Setelah Tibet sempat diduduki Inggris dan Dinasti Qing (Manchu), Thubten mengambil inisiatif menjalin hubungan dengan India dan Nepal, yang berbuah perbaikan hubungan dengan Inggris. Thubtenlah yang pertama kali menyatakan ”Tibet yang independen dari Cina”. Ia juga mereformasi Tibet, memberantas korupsi, serta memperkenalkan prangko, bendera, listrik, telepon, dan kendaraan bermotor. Tapi Thubten meramalkan invasi Tibet dan kematiannya sendiri hanya selang beberapa bulan kemudian:

”Akan datang masanya ketika tanah ini mengalami petaka. Kalau kita tidak melindunginya, sang Bapak dan Anak sebagai pemimpin spirit kita bisa lenyap, serta semua kekuasaan dan harta yang kita miliki diambil….”

Dan Tenzin Gyatso, Dalai Lama kini, menemui betapa dirinya berada dalam situasi sulit. Dilantik pada 17 November 1950, Tenzin baru berusia 15 tahun saat itu. Tibet, yang ketika Jepang menjajah Tiongkok meminta perlindungan ke negeri tuanya itu, tak punya alternatif selain bergabung dengan Tiongkok yang berupaya mempersatukan lagi keutuhannya. Ia mengirim lima orang sebagai delegasi Tibet untuk meneken penyatuan Tibet ke dalam wilayah Tiongkok. Tapi tekanan Beijing kepada gerilyawan Tibet semakin keras, berujung pada unjuk rasa berdarah di Lhasa pada 1959. Tenzin dan para pengikutnya hijrah ke Dharamsala, India.

Lima puluh tahun berlalu, Tenzin berkeliling dunia demi mengkampanyekan kebebasan Tibet. Pada 1989, ia beroleh Hadiah Nobel Perdamaian sebagai ganjaran atas kampanyenya yang meniadakan kekerasan. Pujaan dan makian datang silih berganti. Senja menjelang, tapi sampai kini belum lagi diketahui, apakah keturunan Gyatso yang terakhir ini akan terlahir kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus