Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hansip Yang Tidak Digaji

Satu peleton hansip di temanggung rame-rame datang ke rumah lurah Hadi Suwarno menyatakan membubarkan diri. gara-gara tak menerima gaji dan diperlukan seenaknya. (ina)

4 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU peleton Hansip, terdiri 32 orang, lengkap dengan pakaian seragam, berbaris menuju rumah Lurah Desa Kruwisan, Parakan, Temanggung (Ja-Teng). Di depan rumah lurah, mereka berbaris berjejer tiga. Tanpa pemimpin -- semua mengaku pemimpin dan bertanggung jawab. Lurah Hadi Suwarno yang mengira ada upacara khusus, menemui barisan itu. Tanpa dikomando, sepeleton Hansip itu berikrar bersamaan: "Mulai detik ini kami membubarkan diri sebagai Hansip, dariPada dipermainkan dan dipermaiukan lurah." Lantas menghormat dan membuka pakaian seragamnya: baju, celana, sepatu, serta topi. Hadi Suwarno bengong dan langsung masuk ke dalam rumah. Hansip yang sudah mempreteli pakaian itu mengikuti dan duduk di lantai sambil mengacungkan seragamnya. Hadi menerima saja pakaian itu. Tanpa bicara apa-apa, rombongan bekas Hansip itu keluar, pulang ke rumah masing-masing. Rata-rata mengenakan kaus singlet dan celana kolor. Ada juga yang bertelanjang dada. Masyarakatpun heran. "Saya kira ada maling diarak," komentar penduduk. "Unjuk perasaan" versi Temanggung yang terjadi awal bulan lalu, sampai kini jadi buah bibir. Hansip desa yang tak menerima gaji itu, "sering disuruh seenaknya saja oleh lurah," kata seorang dari mereka. Mencapai klimaks ketika Lurah Hadi memerintahkan Hansip menangkap 5 orang anak yang dituduh mencabuti pohon pelindung jalan. Sesuai perintah, Hansip menangkap Sisyanto, Bawon, Somad, Sisparjo, dan Misrun. Ketika dibawa ke kantor lurah, ternyata sang lurah tak di tempat. Hansip bingung, mau diapakan kelima anak itu. Akhirnya dilaporkan polisi. Hasilnya, tuduhan lurah tak terbukti. Kelima anak itu dilepas begitu saja. Hansip jadi serba salah. Kesepakatan diambil: bubar. "Pembubaran itu karena emosi belaka. Mental seorang Hansip harus kuat, tak mempan godaan," komentar Lurah Hadi Suwarno. Tentang 5 orang pencabut tanaman itu, "saya melihat sendiri," katanya. Yang jelas di desa itu kini tersedia lowongan pekerjaan untuk menjadi Hansip.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus