Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Meraih bintang di langit

Observatorium bosscha di lembang memperingati ulang tahunnya yang ke-60. didirikan pada th 1923 atas gagasan dari j. bosscha jr, ahli fisika dari belanda.

4 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAM puluh tahun telah berlalu. Enam puluh kali sudah bumi beredar mengelilingi matahari, menempuh perjalanan lebih dari 56 milyar km. Jumat pekan ini peristiwa bersejarah itu diperingati dalam suatu upacara yang berlangsung di Grand Hotel, Lembang, tak jauh dari Bandung: HUT Peneropongan Bintang Bosscha. Tepatnya hari ulang tahun itu jatuh pada 1 Januari. Tapi, karena peringatan itu direncanakan oleh Jurusan Astronomi ITB untuk diadakan suatu Kolokia Internasional, terpaksa waktu peringatan ditunda, kata Prof. Dr. Bambang Hidayat, direktur Peneropongan Bintang Bosscha, kepada TEMPO. Peringatan di awal Juni ini seperti tak berdiri sendiri. Ia telah diawali sebuah Seminar Internasional Astronom Muda (TEMPO, 28 Mei). Acara pun berlangsung di tengah kesibukan persiapan para astronom menghadapi gerhana matahari total 11 Juni mendatang. Seperti belum cukup, 14 Juni nanti teropong Zeiss raksasa becermin ganda, akan dipergunakan untuk mengamati lintasan planet Neptunus melalui sebuah bintang. Kesempatan ini bisa dipergunakan, untuk menentukan ada tidaknya planet besar itu bercincin, seperti planet Saturnus, misalnya. Penutup rangkaian peristiwa astronomis ialah pengamatan komet. Tapi peristiwa yang terpenting, ialah kolokia itu sendiri, yang akan membahas tema tentang bintang kembar. Tema ini sangat tepat untuk memperingati ulang tahun Observatorium Bosscha. "Sejak awal, tema penyelidikan bintang kembar dikembangkan di Observatorium Bosscha," ucap Bambang Hidayat, dalam kata sambutannya di depan peserta "Sekolah Astronom Muda" pekan lalu. "Kami berdebar menunggu terlaksananya pertemuan ini, karena selain membicarakan hasil mutakhir di bidan penelitian bintang kembar, juga akan membicarakan masalah kerja sama internasional," lanjut Bambang. Ia juga menyinggung kemungkinan dibahas teleskop berdiameter 2 m, yang kelak diharapkan akan ikut memperkaya peralatan di Lembang. Peringatan rupanya tak hanya dilakukan pihak Indonesia. Beberapa astronom asing telah lebih dulu menulis kisah Observatorium Bosscha itu. Misalnya, "De Bosscha Sterewacht, van thee tot sterrekunde" (Bosscha Observatorium dari teh hingga ilmu bintang). Artikel ini dalam majalah astronomi Belanda, Zenit, terbitan Juli/Agustus 1982, dan ditulis bersama oleh Dr. K.A. van der Hucht dan Prof. Dr. C.L.M. Kerkhoven. Kedua astronom Belanda terkemuka itu, masih terhitung sanak keluarga pemilik kebun teh, yang memungkinkan didirikan Observatorium Bosscha 60 tahun lalu. "Observatorium Bosscha di Lembang yang kini merupakan bagian dari Institut Teknologi Bandung, adalah satu-satunya lembaga ilmu bintang di Indonesia," tulis mereka di awal artikel itu. "Karena letaknya di khatulistiwa, observatorium ini mampu mengamati langit belahan utara maupun belahan selatan. Ini merupakan keadaan yang unik. Yang menonjol ialah bahwa ia terwujud berkat upaya swasta. Baru setelah 7 tahun kemudian ia menerima subsidi dari pemerintah. Inisiatif pendirian observatorium itu berasal dari dua anggota keluarga pemilik kebun teh, yang menonjol karena kecenderungan etis dan ilmiah." Karel Albert Kudolf Bosscha, lahir di Den Haag, 15 Mei 1865. Ayahnya, J. Bosscha Jr., ahli fisika yang menjadi guru besar di Akademi Militer di Breda dan direktur Sekolah Polyteknik Delft. Ia berangkat ke Indonesia (Hindia-Belanda) dan mulai bekerja di perkebunan Sinagar, Cibadak, milik pamannya, EJ. Kerkhoven. Ketika Bosscha sempat berkunjung ke Negeri Belanda, 1902, ayahnya berpesan: "Jika satu waktu engkau berhasil, Ru, berbuatlah sesuatu bagi kemajuan penelitian astronomi di Inde (Indonesia). Masih amat terbatas jumlah observatorium di belahan bumi selatan!" Pesan ayahnya itu sungguh menjadi perhatian Ru Bosscha itu. Berikutnya, 1920, ia dan kemanakannya Ru Kerkhoven, berbicara dengan astronom Belanda, Voute. Dalam pembicaraan itu Bosscha menawarkan pembiayaan sebuah teleskop raksasa, yang harus setara dengan yang dimiliki observatorium bintang modern lainnya di zaman itu. Tahun itu juga di Bandung didirikan Himpunan Ilmu Bintang Hindia Belanda, dan melalui himpunan ini, Bosscha mengembangkan gagasannya mendirikan observatorium bintang. Himpunan menyetujui observatorium itu diberi nama Observatorium Bosscha, menghormati ayah Rudolf Bosscha, Prof. Dr. J. Bosscha Jr, yang sebenarnya mencetuskan gagasan ini dan sejak mula memperjuangkannya di Negeri Belanda. Observatorium Bosscha secara resmi dibuka, 1 Januari 1923, dihadiri gubernur jenderal waktu itu, Jenderal Mr. D. Fock. Sementara Ir. Voute diangkat sebagai direktur pertama. Refraktor raksasa yang beratnya 17 ton, terpasang pada 1928. Juga dua buah teleskop, masing-masing berlensa obyektif dengan garis tengah 60 cm, tercakup dalam satu tabung bergaris tengah 1,66 m, dengan panjang 11 m. Benda raksasa itu ditempatkan di bawah kubah, yang bergaris tengah 15 m, yang dapat berputar ke segala jurusan. "Baru kali ini saya saksikan konstruksi seperti ini," ujar Dr. Morris Aizeman penuh kagum. Kepala Divisi Ilmu Astronomi dari National Science Foundation di AS serta ketua Tim AS untuk mengamati gerhana matahari, mengucapkan itu ketika ia meninjau Observatorium Bosscha bersama TEMPO, atas ajakan Bambang Hidayat. Meski 3 Juni agak jauh dari tanggal ulang tahun peresmian observatorium itu, hari itu juga dibuka Kolokia Internasional, yang berlangsung hingga 7 Juni. Dan tanggal terakhir itu agaknya berkenaan dengan tanggal peresmian pemakaian teleskop Zeiss raksasa, yang berlangsung 7 Juni 1928, bersama dengan peresmian pemakaian refraktor Bamberg-Schmidt. Akhirnya peringatan di awal Juni itu tak terlalu janggal tampaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus