KAUM wadam di Bandung hari-hari ini masih gregetan. Bukan
karena terusik hujan yang membawa bah, melainkan gara-gara ada
wadam gadungan masuk kalangan mereka. Itu tercium ketika suatu
malam pertengahan Mei lalu, seorang langganan jadi kalang-kabut
sehabis berkencan: sang wadam rupanya merampok kalung emasnya
seberat 7 gram.
Untuk melacak siapa pelakunya, polisi mengumpulkan semua wadam
yang biasa beroperasi di Taman Maluku, depan kompleks olah raga
Jalan Saparua itu. Si korban dipersilakan mengamati 50 wadam itu
satu demi satu. Ternyata tak ada yang dikenalnya. "Dia pasti
bukan anggota kami," ujar Dewi. Wakil ketua Himpunan Waria Jawa
Barat cabang Bandung itu puyeng juga. "Sampai sekarang, belum
diketahui siapa waria gadungan itu," desisnya. "Kalau nanti
ketangkap, woow . . . bakal kita tonjok rame-rame," tambahnya
dengan sengit.
Banci atau wadam alias waria di Bandung yang tergabung dalam
himpunan itu sekitar 130 orang. Hampir separuh beroperasi di
Taman Maluku, 20 berpangkalan di dekat rel kereta Jalan
Sumatera. Selebihnya: di rumah. "Kadang-kadang saja terima
panggilan," Dewi bercerita. Semua anggota memiliki 'kartu
kuning' yang dikeluarkan Dinas Sosial Jawa Barat, yang harus
diperbaharui tiap tahun. Siang hari mereka bekerja di salon
kecantikan, bahkan ada yang jadi dokter. Malam turun ke jalan.
Meski mereka adalah wanita tersamar, tak sendirinya mereka suka
ada laki-laki betulan yang menyamar masuk pasar mereka. "Dulu
ada tiga waria di sini, tapi punya istri," tutur Dewi pula.
"Mereka kami usir. Soalnya mereka cuma malas kerja, lalu ikut
cari duit di sini."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini