Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lapisan Perasaan dan Bahasa Tubuh Nana

Happy Salma mengekspresikan berbagai emosi sosok Nana dalam gestur dan olah tubuh di film Before, Now & Then (Nana).

18 Desember 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NANA (diperankan Happy Salma) hanya mengamati dari jauh sosok Ino (diperankan Laura Basuki), perempuan yang tengah dekat dengan suaminya. Rasa amarah dan bingung sebagai istri sah melihat perempuan selingkuhan suaminya hanya ditunjukkannya melalui sorot mata. Nana pun langsung berpaling ketika Ino menangkap basah dirinya yang diam-diam tengah mengamati dirinya.

Nana tidak menangis tersedu-sedu ketika harus kehilangan anak, ayah, serta tidak tahu kabar suami pertamanya yang terpaksa meninggalkan kampung halamannya. Perempuan berambut panjang itu juga hanya bisa terdiam membisu ketika dipojokkan oleh ibu-ibu koleganya karena dianggap berselingkuh ketika masih berstatus istri Raden Dargawijaya (diperankan Arswendy Bening Swara), seorang pria ningrat Sunda yang kaya raya.

Bagi Happy Salma, sosok Nana adalah perempuan yang cantik, manis, dan terlihat baik-baik saja, tepi sebenarnya memiliki lapisan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Banyak yang menganggap bahwa perempuan dengan kisah yang dramatis seperti Nana pasti mudah mengamuk, heboh, atau menangis tersedu-sedu. Namun hal itu tidak terlihat dalam sosok Nana.

“Sebenarnya Nana seperti sosok perempuan kebanyakan. Sifatnya masih relevan dengan perempuan masa kini,” kata Happy kepada Tempo, Jumat, 9 Desember lalu.

Menurut Happy, hingga saat ini masih banyak perempuan yang dari luar terlihat baik-baik saja padahal di dalam hatinya ada banyak drama dan kompleksitas. Mereka mengalami masalah seperti urusan domestik, pandangan sosial, dan tingkat sosial di sekelilingnya, tapi tetap menampilkan wajah datar di depan publik.

“Seolah-olah perempuan itu kalau lagi sedih tidak boleh kelihatan sedih. Perempuan hanya boleh kelihatan baik-baik saja,” ucap Happy.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aktris Happy Salma berpose untuk pemotretan di Hotel Tadjung Sari, Sanur, Bali, Selasa 13 Desember 2022. TEMPO/STR/Johannes P. Christo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Happy mengungkapkan, pengekspresian emosi yang sangat lempeng itu pula yang menjadi tantangan besar bagi Happy dalam memerankan tokoh Nana di film Before, Now & Then (Nana). Selama ini Happy terbiasa mengekspresikan berbagai perasaannya. Ia sangat ekspresif ketika berbicara. Matanya akan berbinar-binar, mulutnya selalu tersenyum, tangannya pun pasti bergerak-gerak saat menyampaikan sesuatu.

Namun berbagai ekspresi itu harus disimpannya dalam-dalam ketika memerankan Nana. Dan Happy berhasil menyampaikan berbagai emosi sosok Nana itu lewat gestur dan bahasa tubuh yang mengesankan.

Sebelum menggeluti dunia akting, Happy cukup lama berkecimpung di dunia sastra. Sejak 1999, ia mulai merambah dunia sinetron, teater, dan film. Namanya di dunia seni peran mulai dikenal ketika dia memerankan tokoh Nyai Ontosoroh dalam pementasan teater berlakon Nyai Ontosoroh. Selain berakting, Happy pernah menjadi sutradara dan produser pementasan teater serta film.

Meski sudah cukup lama malang melintang di dunia seni peran, Happy melanjutkan, memerankan tokoh Nana bukan hal yang mudah baginya. Sebab, selama ini ia lebih banyak memerankan tokoh yang perlu menyampaikan emosinya secara gamblang.

Misalnya saat bermain sinetron ia harus hiperbolis ketika berakting. Maklum, kebanyakan para penonton menikmati sinetron sambil melakukan kegiatan lain, seperti memasak dan mengurus anak. Harapannya, akting dengan gaya hiperbola bisa menarik perhatian para penonton.

Lalu, saat berpentas teater, ia pun harus menyesuaikan kreativitasnya. Ia harus menyampaikan dialog dengan suara bulat dan utuh serta meninggikan volume suara agar para penonton bisa mendalami karakternya. Suara yang bulat dan lantang itu sangat diperlukan karena para penonton menikmati pentas teater di ruangan yang besar.

Penyesuaian-penyesuaian itu pula yang ditempuhnya ketika memerankan tokoh Nana dalam film garapan sutradara Kamila Andini tersebut. Menurut Happy, ia lebih meditatif menyesuaikan perannya seperti arahan sutradara.

“Karena menyadari dari awal saya juga terbiasa melihat fungsi dan posisi saya apakah menjadi pemain, sutradara, atau produser. Di film Nana yang seperti puisi ini, saya akhirnya lebih meditatif,” ucap Happy.

Kisah Nana diambil dari satu bab roman biografi berjudul Jais Darga Namaku karya Ahda Imran. Sosok Nana alias Raden Nana Sunani pun merupakan ibunda Jais Darga, produser film itu. Sebagai teman Jais, Happy mengaku pernah mengenal sosok Nana yang sudah berusia 90-an tahun beberapa tahun lalu. 

Namun, sayang, ibunda Jais yang meninggal pada 2019 itu tidak sempat menonton film yang masuk dalam kompetisi utama Festival Film Berlin 2022 ini. Happy kemudian lebih banyak menginterpretasikan sosok Nana dari kisah Jais atau naskah yang sudah diterimanya.

Happy Salam dalam Before, Now and Then. Claudia Dian

Tantangan lain dalam memerankan Nana adalah bahasa yang digunakan dalam film tersebut. Walaupun lahir di Sukabumi, Jawa Barat, Happy mengaku tetap kesulitan ketika berakting di film yang hampir 100 persen dialognya menggunakan bahasa Sunda tersebut. Menurut Happy, bahasa Sunda yang dia pelajari ketika kecil di Sukabumi berbeda dengan dialog kisah Nana yang berlatar kehidupan perempuan Jawa Barat pada 1950-1960-an.

Happy yang sejak 25 tahun terakhir tidak tinggal di Sukabumi akhirnya lebih banyak menghafal berbagai dialog yang masih dikurasi oleh para penyusun buku pelajaran bahasa Sunda di film tersebut. Lalu, untuk lebih merasakan suasana Tanah Priangan, Happy membiasakan diri mendengar lagu-lagu Cianjuran yang menjadi favorit orang tuanya.

Meminjam istilah Happy, para mojang Priangan terkenal dengan bobodoran alias bercanda, ceria, dan suka tertawa. Namun sutradara Kamila Andini mengarahkan sosok Nana sebagai priayi Sunda yang menyampaikan emosinya dengan menggunakan bahasa tubuh.

Walhasil, sesuai dengan arahan naskah dan sutradara, Happy pun berkali-kali diminta hanya boleh mengekspresikan senyum dan ekspresi lain yang tipis-tipis saja.

Penampilan Happy sebagai tokoh Nana yang bisa mengekspresikan amarah dengan gestur tanpa kata atau nada tinggi itu berhasil menarik perhatian juri Film Pilihan Tempo 2022. Juri menobatkan Happy Salma sebagai Aktris Pilihan Tempo 2022 karena ia berhasil mengekspresikan karakter perempuan Sunda dengan berbagai bahasa tubuh dan sorotan mata alih-alih dengan kata-kata. Perempuan 42 tahun ini juga dinilai sangat mahir membedakan karakter tokoh Nana dan gaya beraktingnya di film Before, Now & Then (Nana) itu dengan tokoh yang diperankannya di panggung teater.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus