KALAU aku punya uang 600 juta, kubelikan kau sebuah istana
paling megah di sebuah daerah rel estate yang paling mahal."
Ini rayuan gombal. Di Amerika Serikat bunyinya barangkali agak
lain. "Kalau aku punya 1 juta dollar, kita akan keliling dunia.
Berbulan madu di Monte Carlo, dan berlibur di Kepulauan Fiji."
"Kalau aku punya uang sejuta dollar, kubagi-bagikan kepada
setiap orang," kata Jey Coyle. Eh, apa dia sinting. Tidak, dia
tidak sinting. Dan uang seiuta dollar memang
dibagi-bagikannya.
Joey bukan pelawak yang lagi membual. Juga bukan tokoh edan
dalam film avant-garde-nya Woody Allen. Ia penganggur,
tinggal di bagian selatan Philadelphia, daerah pemukiman
keturunan Irlandia. Luntang-lantung macam dia banyak di sana --
para penerima dana pengangguran dari pemerintah, di tengah
kekayaan Amerika Serikat.
Joseph John Coyle, begitu namanya yang benar. Berumur 28 tahun,
sejak dulu sudah cukup dikenal di tempatnya tinggal -- daerah
Wolf dan Swanson. Bukan karena dia terlalu luar biasa, tapi
karena dia biasa ngobrol dengan semua orangj keluar masuk bar
dan apa lagi.
Suatu pagi, di bulan Februari, entah dari mana ia menumpang
sebuah truk bersama seorang kawan. Jadi bertiga, mereka dalam
truk -- dengan sopir. Tiba-tiba di perialanan, mereka tersendat
karena sebuah mobil angkutan di muka mereka masuk lubang
jalanan. Terguncang agak kuat, namun tetap jalan.
Itu kejadian biasa saja -- kalau sebuah kotak aluminium tidak
terjatuh dari, mobil itu. Nah. kalen aluminium itu yang
mengubah hidup Joey. Isi kotak itu dua kantung besar berisi
duit. Total jumlahnya US$ 1,2 juta, terdiri dari pecahan US$ 100
yang tidak urut nomor serinya. Uang itu hasil bayaran - bukan
dari bank. Karena itu nomor serinya akan tidak mudah ditelusuri.
Konon, ketika Joey mahfum apa yang ditemukannya, ia tertawa
terbahak-bahak sampai hampir putus urat lehernya. Sembari
menendang kaleng aluminium itu ke pinggir jalan, Joey menggembol
isinya -- kemudian berlalu.
Seperempat jam sesudah itu mobil angkutan yang naas balik
mencari kaleng aluminiumnya. Runyam. Pengemudi dan para pengawal
bengong seperti mimpi. Kotak uangnya yang terjatuh kosong ludes.
Mobil itu milik perusahaan mobil angkutan berlapis baja,
Purolator Armored Inc. yang punya pangkalan di blok Swanson, di
kampung Joey sendiri.
Apa yang kemudian dilakukan Joey, persisnya tak pernah
terungkap. Kecuali ia membagi-bagikan "durian super" itu.
Belakangan, ketika diadakan penyelidikan, tak ada saksi yang mau
bicara terus terang. Betapa tidak: semuanya bisa dikata
terlibat.
Harian The Wall Street Journal mencatat: polisi segeri tahu uang
sejuta yang hilang itu tak jauh-jauh terbangnya -- karena
masyarakat di sekitar Philadelphia Selatan tiba-tiba menunjukkan
gejala aneh. "Setiap orang gelagapan, bingung mau berbuat apa
dengan setumpukan tebal uang di tangan," tulis Eik Larson
dari koran itu.
Joey memang punya reaksi tak sama dengan kebanyakan orang --
yang biasanya celingusan, ngumpet kalau menemukan uang dan
menghitungnya di bawah kolong. Paling jauh menciprat-cipratkan
rezeki sekedarnya pada sejumlah kerabat.
Kalau beberapa saksi mata bisa dipercaya, Joey konon
membagi-bagikan uang seperti orang membagikan iklan selebaran.
Ada malah yang mengatakan ia menghambur-hamburkan uang -- dalam
arti sebenarnya -- seperti raja-raja dalam hikayat lama.
"Walah godaan yang tak mungkin bisa dihindari," kata Thomas
Williams, seorang pemabuk yang diwawancarai di Suite's Bar. "Di
tengah kesibukan, orang jadi pada edan. Aku sendiri lupa
daratan. Padahal kalau kuingat-ingat, baiknya uang-uang itu
kukumpulkan, kubawa pulang untuk membayar utang."
Lalu pemabuk lain yang sedang kurang ingatan menimpali: "Aku
bisa ke Brazil, mendengarkan musik Brazil, aku suka musik itu.
Lalu setiap Natal kukirim kartu ucapan selamat ke Purolator
Armored Inc. sambil kutempeli kartu itu dengan lembaran US$
100."
Entah betul entah tidak, ceritacerita itu. Tapi kepopuleran Joey
sesudah peristiwa itu agaknya menguatkan kesaksian. Secara tak
masuk akal, dalam waktu singkat ia jadi pahlawan di
lingkungannya. Juga dalam waktu tak terlampau lama toko-toko dan
penjaja di pinggir jalan mengacung-acungkan kaus oblong dengan
gambar tampang Joey. Bertuliskan: "He is A Hero"
DIA memang pahlawan," kata Marc Polish yang memproduksi kaus
Joey. Dan dari pengusaha ini polisi bisa mendapat jawaban yang
sedikit bermutu. "Anda tak bisa berbuat banyak,'' kata si ahli
kaus. "Uang yang anda cari itu sudah tersebar ke mana-mana, dan
tak seorang akan mau mengembalikannya."
Kedudukan Joey sebagai pahlawan, menurut pengusaha ini akan
mempersulit yang berwajib menelusuri jejak si uang -- juga
menuntut Joey. "Semua orang mencintainya. Dan semua orang
membeli kaus saya," kata Marc Polish lagi. "Termasuk dua orang
jaksa, beberapa polisi, beberapa staf Purolator Armored Inc. dan
beberapa sopir perusahaan itu sendiri."
Begitu populernya Joey. Umpama ia mau mencalonkan diri jadi
senator besar kemungkinan ia bakal terpilih -- setidaknya oleh
para penganggur dan remaja iseng yang jumlahnya memang tidak
sedikit.
Purolator Armored Inc. tentu saja tidak tinggal diam. Selain
menyerahkan kasusnya kepada polisi, perusahaan itu membentuk
sebuah divisi penyelidik dipimpin seorang detektif muda,
Pasquale Laurenzi namanya.
Tindakan pertama, bersama polisi: mencari Joey Coyle. Mereka
memasang iklan, minta agar masyarakat memberi keterangan.
Hasilnya cukup bikin puyeng. Telepon tak habisnya berdering.
Sampai-sampai telepon jarak jauh -- dari Texas. Tapi tak satu
keterangan bisa dimanfaatkan. Penelepon umumnya sekedar omong
kosong, mengatakan mereka tahu Joey Coyle. Kan dia populer Tapi
buktinya tak ada.
BAHKAN pofsi dan divisi detektif salah tangkap orang, suatu
kali. Mereka menggaet seorang bernama John Joseph Cyle. Entah
apanya Joey Coyle alias Joseph John Coyle. Jadi terbaik.
Wajahnya memang mirip dan tatoo di badannya pun boleh dikatakn
sama. Tapi akhirnya perusahaan Purolato terpaksa membayar ganti
rugi. . .
Divisi Purolator pun mencoba sebuah usaha yang hampir-hampir tak
masuk akal: menelusuri pecaban US$ 100 yang tersebar. Karena
nilainya US$ 1,2 juta, jumlahnya jadi 12.000 lembar. Lagi-lagi
lewat iklan Purolator minta agar kasir, pemilik toko,
perusahaan gas, perusahaan listrik dan sebagainya mengabari
polisi kalau menerima lembaran US$ 100. Gila.
Usaha ini pun sia-sia -- sudah diduga. Sekali lagi telepon
kebagian tugas berat, berbunyi terus. Hampir semua kasir yang
menerima pecahan US$ 100 berniat membantu. Tapi bagaimana mau
menelusurinya? Jumlahnya lewat batas, jadi tidak lucu.
Di tengah keputusasaan itu perusahaan mobil lapis baja yang
kehilangan tersebut mengambil tindakan yang lebih ganjil lagi.
Mereka menyewa beberapa ahli hipnotis dan orang-orang yang mampu
melihat jauh -- semacam dukun -- untuk memeriksa beberapa orang
yang bersedia menjadi saksi, dan menelusuri duit-duit yang
terbang, dan melacaki Joey dengan kemampuan telepatis.
Penyelidikan ini pun dapat kesulitan. Umpama toh ada bukti
segala yang menyangkut Joey Coyle, urusannya sudah tak mudah.
Tukang kutil kelas berat itu kini didampingi seorang pengacara,
A. Charles Peruto Jr. namanya. Joey membayar pengacara ini
dengan hanya perjanjian: si ahli hukum akan mendapat persentase
untuk setiap tulisan dan film tentang Joey. Sudah tentu
pengacara itu bersemangat, dan gagasan itu pasti datang dari
dia. Ahli hukum itu menjelaskan: Paramount Pictures, 20 th
Century Fox dan Columbia Pictures kini sedang bersaing untuk
mendapatkan cerita Joey. Tapi sampai kini kontrak belum lagi
diteken.
"Saya tak habis pikir," kata Kapten Robert Casey, Kepala Polisi
Philadelphia Selatan "moral apa yang dipakai orang Amerika
sekarang. Pengutil itu memang belum tentu berlindak kriminal.
Tapi mereka jangan menjunjung dia sebagai pahlawan dong."
Sang pahlawan sendiri dalam pada itu tak begitu ambil pusing. Ia
membuat berbagai perjalanan.
TERAKHIR ke New Jersey, dan berniat tinggal disana untuk
sementara. Konon suatu kali ia salah alamat -- dan seseorang
yang tak dikenalnya membuka pintu. Kontan saja ia memberi
beberapa lembar US$ 100 sambil minta maaf. Yang diberi bengong,
tentu.
4 Maret lalu, baru pahlawan sejuta dollar ini tertangkap.
Terciduk di Pelabuhan Udara Internasional Kennedy, New York,
ketika sedang bersiapsiap terbang ke Mexico. Padanya ditemukan
uang US$ 100.000, pecahan US$ 100 yang disembunyikan di sepatu
boot yang digunakannya.
Tapi penangkapan tersebut ternyata tak sederhana. Robert Casey,
sang kepala polisi, puyeng berkunang-kunang. Jaksa distrik pun
ragu-ragu membuat tuntutan pada si pengutil sejuta dollar.
Harold Kane, pengacara baru Joey -- menggantikan Peruto J r.
dengan alasan yang tak jelas -- menakut-nakuti pengadilan.
"Kalian akan mendapatkan kesulitan untuk mengirim Joey Coyle ke
penjara. Tak seorang pun sependapat dengan kalian, bahwa Joye
Coyle telah melakukan tindakan kriminal," katanya.
Bukan cuma pengacara itu yang membela sang pahlawan boros. Marc
Polish, si pengusaha kaus, ikut-ikutan pula. "Semua orang tak
menuntut Joey. Aku telah menjual ribuan kaus, dan dari setiap
lembar Joey mendapat bagian US$ 6." Pengusaha ini malah kemudian
memproduksi kaus baru. Kali ini bertuliskan: "Bebaskan Joey".
Tapi ada juga yang kalimatnya agak memberi nasihat: Easy Colle
Easy Go. Dan lagi-lagi laku keras.
Orang ramai berdebat: mengapa sampai Joey tertangkap. Sebagian
menganggapnya bodoh. "Kalau cuma US$ 100.000 yang digaetnya,
lebih baik sejak dulu-dulu ia kembalikan seluruh uang yang
ditemukannya, dan ia akan dapat US$ 50.000 sebagai hadiah
Purolator," kata pemabuk Thomas Williams, masih di Spite's Bar.
Entah bagaimana keriuhan ini bisa mempengaruhi penegak
hukum-buntutnya jaksa distrik merasa tak kuat menuntut Joey
Coyle. Dan Joey dibebaskan beberapa hari kemudian. "Tuduhan ia
melakukan pencurian tak cukup kuat," kata jaksa. Memang hebat
hukum di AS.
Tapi Robert Casey, si kepala polisi, tak mau menyerah. Ia
mengerahkan anak buahnya untuk terus mengusut kasus yang mirip
cerita Robin Hood itu. Alat negara ini, yang di negara lain
sering disebut penguasa, kini jadi kelompok minoritas yang
menghadapi kekuasaan massa.
Casey mengulangi lagi usahanya menelusuri pecahan US$ 100 yang
tersebar -- kali ini besar-besaran. Juga memeriksa beberapa
orang yang diduganya bisa memberi bukti. Kali ini ia menggunakan
muslihat.
Selain Francis Santos, kawan dekat I oey yang tertangkap bersama
sang pahlawan di New York, John Behlau dan John Penock yang
bersama Joey menemukan uang jatuh pun dibujuk untuk mengaku.
Beberapa bulan kemudian Robert Casey mengumumkan hasil
penyelidikannya. Entah gertak sambal, entah sungguhan, ia
mengatakan sudah berhasil menelusuri semua peQhan US$ 100 yang
hilang. Dari jumlah total US$ 200.000 dinyatakan hilang -- dan
itulah yang dianggap dicuri Joey Coyle. Tak disebutkan apakah
Casey menggunakan semacam dukun atau komputer untuk menelusuri
pecahan US$ 100 yang nomor serinya tak urut itu. Ini luar biasa.
Tapi pernyataan sang kepala polisi rupanya meyakinkan. Sebagai
rasa terima kasih, ia demonstratif membagibagikan penghargaan
kepada anak buahnya -- sebuah plat logam dengan gambar US$ 100.
Dan yang paling menantukan, bukti-bukti yaag dikumpulkan Casey
membangun keberanian jaksa distrik. la menangkap Joey Coyle
untuk kedua kalinya -- Mei yang lalu.
Mampukah jaksa distrik menuntut Joey, sang pahlawan? Benar
kuatkah bukti yang dikumpulkan polisi? Apa pun keputusan
pengadilan, predikat pahlawan toh tidak ditentukan di sidang
itu. Bukankah "pahlawan" tak butuh pengakuan resmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini