HANTU: ada, tidak? Dengan harap harap cemas, serombongan cowok cewek pergi ke Linggajati kota kecil di Jawa Barat yang bersejarah. Rombongan itu menyewa sebuah rumah tua - untuk latihan drama. "Sebelumnya kami sudah diberi tahu bahwa rumah itu banyak hantunya," ujar Nana Mulyana, 20, pelatih drama, kepada TEMPO. Tapi ia dan rekan-rekannya, dari Teater Cakrabuana, Cirebon, tak ambil pusing. Niat mereka hanya satu: mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengikuti festival teater se-Jawa Barat. Yang akan mereka pentaskan: Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer. Hari pertama saja latihan sudah terganggu oleh suara lolongan anjing dan ketukan di pintu. Tak lama kemudian beberapa cewek menyaksikan ada telapak tangan, putih pucat, melayang-layang dari balik )endela kaca. "Iiih, ngeri!" kata Juhro, 18, mengenangkan kejadian Januari lalu. Kengerian berlanjut esok harinya. Meta, misalnya, melihat seperti ada seekor anjing yang bentuknya aneh dan menakutkan. Binatang itu menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki - membuat Meta, Yati, dan Yuli pingsan. Di hari kelima para seniman seniwati muda itu tak tahan lagi. Mereka memutuskan kembali ke Cirebon. Tapi, lagi-lagi, terjadi heboh. Kedelapan cewek yang mengemasi barang-barang kaget: celana dalam mereka hilang. Total ada 20 cawat yang raib. Yang paling banyak kehilangan adalah Ani - sampai delapan biji. Padahal, berdasarkan teori, barang itu tak mungkin hilang: digantung dalam ruangan terkunci. Malah ada yang sudah dimasukkan ke dalam kopor. "Kalau maling, kenapa yang diambil bukan rok atau pakaian lain yang lebih bagus?" kata Yanti, 18, penasaran. Karena penasaran, semua jadi bertanya tanya: Ulah hantukah itu, atau manusia? Atau manusia hantu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini