SEWAKTU Sunanto, 22, mengatakan ingin mati di kamar mayat, orang menganggapnya bergurau. Petugas kamar mayat rumah sakit Soetomo, Surabaya, sambil tertawa berkata, "Kalau ingin mati, silakan saja. Kamar ini 'kan memang tempat orang mati." Sunanto, yang seperti orang bingung, tanpa canggung sedikit pun lantas rebah di meja kamar itu dan menyelimuti diri dengan kain putih penutup mayat. Petugas di situ jadi melongo. Lalu lapor ke Satpam - akhir Januari lalu. Polisi kemudian ikut dipanggil. Soalnya, Sunanto membuat pengakuan yang mengagetkan: Ia ikut terlibat peledakan Borobudur, dan diajak meledakkan beberapa tempat lain di Jawa Timur. Padahal saat itu aparat keamanan sedang ramai-ramainya menguber para tersangka peledakan - yang sampai sekarang tetap belum diketahui. Kapolwiltabes Surabaya, Kolonel Koesparmono Irsan, tentu saja bersemangat sekali memeriksa Sunanto. Belakangan dia jadi lemas. "Pengakuannya berubah-ubah terus. Sebentar 'ngaku begini, sebentar 'ngaku begitu," katanya kepada TEMPO. Tentang dua alamat di Sidoarjo dan seorang Australia yang kata Sunanto terlibat, sewaktu dicek, ternyata bohong semua. Tes psikologi pun diadakan. Hasilnya? "Dia memang mengalami gangguan jiwa. Ia suka berkhayal semacam ingin menjadi pahlawan," kata Koesparmono. Ujungnya, Sunanto diserahkan kepada familinya dengan pesan: rawat baik-baik, ya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini