BREAK! Break! .... Malam ini harap waspada. Ada orang yang mencurigakan." Begitu pesan lewat pesawat interkom di suatu malam, terdengar di rumah-rumah penduduk Perumahan Maron Baru, dua kilometer di luar Kota Temanggung, Jawa Tengah. Yang memberi pesan: penduduk yang terjaga. "Pokoknya, siapa yang terjaga dan melihat keganjilan di kompleks, dialah yang meng-call warga," kata Capa (Pol) Sumrman yang juga warga. Sejak awal bulan lalu, ke-37 buah rumah di kompleks ini dipasangi pesawat interkom. Pesawat ini kecil, hampir sebesar HT 2 M (yang dipakai ORARI), tetapi hubungan rumah ke rumah memakai kabel. Harganya Rp 10.000 sebuah. Murah, karena onderdilnya dibeli di toko-toko, kemudian pesawat dirakit sendiri -- oleh Sukma dan Sumiherwanto, keduanya lulusan STM Dr. Sutomo, Temanggung, penduduk situ juga. "Pesawat ini tak mengganggu frekuensi udara. Tapi supaya keren, percakapannya meniru ORARI: break! break!" Sumi bertutur. Jadi, inilah pertama kalinya ada kampung di Indonesia -- dan agaknya di mana-mana juga -- yang rapat RT dan RW-nya diselenggarakan tanpa surat undangan, cukup dengan brik-brik tadi. Siang hari, anak-anak sekolah menggunakan pesawat itu untuk mencocokkan PR. "Kami juga kursus bahasa Inggris lewat interkom," kata Sumi, orang yang menemukan pesawat itu. Istilah "menemukan" memang tepat, karena berbeda dari interkom biasa, yang made in Temanggung ini bisa dipakai untuk pembicaraan kelompok -- asal ada yang bertindak sebagai lurah, yang mengatur pcrcakapan. Para ibu pun bisa menggunakan pesawat ini untuk, biasalah, ngobrol ini-itu. Apakah pesawat ini tak malah merenggangkan pergaulan langsung sesama warga? "Lha, sebelum ada interkom, penghuni di sini sudah jarang bertemu. Sekarang malah bisa bertemu di udara," kata seorang warga. Maklum, seperti perumahan yang dibangun BTN umumnya, kampung ini dihuni orang-orang sibuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini