Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kawasan Jakarta Utara kerap dilanda hujan dalam kurun sebulan terakhir. Beberapa perkampungan di wilayah itu pun terendam banjir, seperti yang terjadi di Kampung Sepatan, Kecamatan Cilincing, pada awal bulan lalu. Banjir merendam kawasan itu dengan ketinggian 50-80 sentimeter.
Selain kawasan perkampungan, jalan-jalan di Jakarta Utara cepat terendam jika hujan deras mendera wilayah itu. Makin seringnya wilayah Jakarta Utara diguyur hujan, menurut Kepala Laboratorium Meteorologi Terapan ITB Armi Susandi, karena wilayah Jakarta mengalami anomali curah hujan dibanding yang terjadi dalam 25 tahun terakhir.
"Pola persebaran curah hujan bergeser dari selatan ke utara dengan intensitas yang semakin meningkat," kata Armi kepada Tempo melalui sambungan telepon, Kamis pekan lalu.
Anomali yang ditandai dengan perubahan curah hujan itu, kata Armi, terjadi di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara. Cuma wilayah Jakarta Barat yang tidak mengalami anomali. Selisih curah hujan akibat anomali itu berkisar 150-250 milimeter per bulan.
Menurut Armi, penyebab terjadinya anomali curah hujan itu adalah sifat lokal Jakarta yang semakin hangat. Suhu yang semakin hangat ini mengundang massa uap udara berpindah dari tempat rendah ke tempat yang semakin tinggi, dalam hal ini dari lautan ke Jakarta. Selain suhu yang semakin hangat, tingkat polutan di Jakarta yang semakin buruk diduga berpengaruh pada terjadinya anomali curah hujan.
Melihat pola pergeseran tingginya curah hujan dari selatan ke utara ini, Armi menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI memperbaiki keberadaan waduk atau situ yang ada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. "Pola penanganan banjir harus disesuaikan pada daerah yang anomalinya besar," kata dia.
Wilayah DKI Jakarta akan memasuki puncak musim hujan pada Januari mendatang. "Puncak curah hujan di Jabodetabek itu diprediksi antara Januari dan Februari, yaitu di akhir Januari dan awal Februari," kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG, Kukuh Ribudiyanto, kepada Tempo di ruang kerjanya pekan lalu.
Kukuh mengatakan, meski berada di puncak musim hujan, curah hujan pada Januari-Februari berada di bawah normal, yaitu berkisar 200-300 milimeter per bulan. Curah hujan dianggap normal jika sama dengan rata-rata curah hujan dalam 30 tahun terakhir. Pada Januari-Februari, curah hujan yang normal adalah 300 milimeter per bulan.
Dia menambahkan, melihat tingkat curah hujan yang berada di bawah normal, BMKG memperkirakan potensi terjadinya banjir seperti awal 2013 tidak akan terjadi. "Dari perkiraan kami, mudah-mudahan banjir tidak seluas kemarin," ujar dia. AMIRULLAH
Awal Musim Hujan
Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir
Kecamatan Berpotensi Banjir:
Banjir sedang:
Potensi Angin Kencang/Puting Beliung
Jakarta Utara:
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Timur
Jakarta Selatan
Kepulauan Seribu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo