Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Lompatan Bos BUMN Termuda

Nama Lailly Prihatiningtyas mendadak terkenal. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan tiba-tiba menunjuk gadis berusia 28 tahun itu menjadi Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWC).

23 Desember 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lompatan Bos BUMN Termuda

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Lailly Prihatiningtyas mendadak terkenal. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan tiba-tiba menunjuk gadis berusia 28 tahun itu menjadi Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (PT TWC).

Sejak 17 Desember 2013, Tyas, sapaan akrabnya, menjadi direktur utama BUMN termuda setelah lulus uji kepatutan dan kelayakan. Di perusahaan tersebut, perempuan yang kemarin genap berusia 28 tahun itu membawahkan tiga direktur. Dia menjalankan roda pengelola obyek wisata candi yang juga bekerja berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Di kantor Kementerian BUMN beberapa waktu lalu, Tyas bercerita kepada Ananda Putri dari Tempo tentang penunjukan serta pandangannya tentang PT TWC, yang mengantongi laba bersih Rp 13,82 miliar pada 2012 itu. Berikut ini petikannya.

Anda terpilih menjadi direktur BUMN termuda, bagaimana prosesnya?

Suatu ketika, saya tengah mengikuti rapat pimpinan di Kementerian BUMN mewakili divisi untuk mengasistensi rapat. Setelah itu, Pak Dahlan (Iskan) membuat keputusan untuk mengangkat saya sebagai direktur PT TWC. Keputusan yang sangat cepat itu beliau sampaikan ke pejabat eselon I.

Bagaimana reaksi Anda saat itu?

Terus terang saya kaget. Tetapi karena penugasan, saya harus siap. Bagi saya, ini adalah quantum leap. Kalau tugas ini bisa diatasi, semua pekerjaan di masa mendatang saya kira bisa dijalani dengan baik.

Adakah perasaan takut tidak bisa menjalankan tugas dengan baik?

Kekhawatiran mengenai hal itu pasti ada. Tetapi tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Setelah penugasan ini diberikan, bagaimana dengan status Anda sebagai pegawai negeri?

Status saya tetap pegawai negeri penata golongan III C di Kementerian BUMN, sebagai pegawai yang diperbantukan kepada badan atau instansi lain. Jadi, status saya tetap sebagai pegawai negeri, tapi tidak lagi mendapat remunerasi.

Dengan usia yang sangat muda, Anda tidak khawatir mengalami kesenjangan atau gesekan dengan senior di kementerian ataupun direksi PT TWC?

Di Kementerian BUMN tidak ada masalah, karena ini sifatnya penugasan. Di PT TWC, ada direktur yang pernah menduduki jabatan yang sama satu kali dan umurnya lebih senior. Namun, hal ini juga tidak menjadi masalah. Kunci yang saya pegang adalah nasihat orang tua, yakni jangan rendah diri tetapi tidak tinggi hati. Di jajaran direksi, kami menjalankan hubungan kolegial. Yang membedakan kami adalah kewenangan dan cara membangun komunikasi.

Bagaimana pandangan Anda mengenai PT TWC?

PT TWC adalah perusahaan yang mapan, bukan BUMN yang terus-terusan merugi. Pendapatan terbesarnya diperoleh dari penjualan tiket. Selain itu, ada pendapatan dari penyewaan ruangan terbuka atau ruangan tertutup di taman wisata yang harus ditingkatkan. Ada pula pendapatan dari penjualan suvenir atau penyelenggaraan acara tertentu. Pendapatan dari usaha semacam ini lumayan stabil dan akan ditingkatkan.

Sebelumnya, Anda pernah bersinggungan dengan bisnis ini, atau membayangkan akan menjadi direktur BUMN ini?

Saya belum pernah membayangkan menjadi direktur BUMN. Memang, saya sempat berpikir suatu saat berhenti menjadi pegawai negeri dan menjadi social entrepreneur yang bermanfaat bagi masyarakat. Mengenai pengalaman di bidang bisnis, terus terang saya belum pernah bersinggungan dengan dunia usaha secara langsung. Tetapi latar belakang pendidikan saya adalah akuntansi dan manajemen. Jadi, pengetahuan tentang dunia usaha saya sudah punya.

Apa cita-cita Anda sebenarnya? Dan bagaimana dukungan keluarga atas profesi Anda?

Jika ditanya tentang cita-cita, sebenarnya saya ingin menjadi guru sekolah dasar karena saya suka anak-anak. Kebetulan ayah-ibu saya bekerja sebagai guru. Dukungan keluarga sangat besar. Orang tua selalu mendukung dan memberi saya nasihat untuk menjalankan tugas dengan benar-benar ikhlas. Jangan tinggi diri dan harus rendah hati.

Apa yang Anda lakukan saat senggang?

Hobi saya naik gunung, fotografi, dan membaca. Buku yang sedang saya sukai adalah yang berkaitan dengan sejarah, seperti Biografi Bung Hatta serta buku-buku Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer.

Anda sudah berkeluarga?

Belum, doakan saja.

Biodata

  • Nama lengkap: Lailly Prihaningtyas
  • Nama panggilan: Tyas
  • Tempat dan tanggal lahir: Jombang, 22 Desember 1985

    Pendidikan
    - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Diploma III Jurusan Akuntansi (2003-2006)
    - Universitas Indonesia (UI) Jurusan Akuntansi (2007-2009)
    - Tilburg University, Master of Science Accounting (2010-2011)

    Karier
    - Staf Divisi Sumber Daya Manusia di Kementerian Badan Usaha Milik Negara
    - Anggota Komite Manajemen Risiko PT Antam Tbk
    - Sekretaris Komisaris di PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA) eks BPPN
    - Kepala Subbagian Informasi Presentasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara
    - Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Candi Boko

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus