Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Rukun Senior Living terinspirasi oleh konsep senior living di Amerika Serikat.
Ada stigma anak
Alamanda Living mengadakan berbagai event untuk meningkatkan awareness tentang senior living.
Bangunan bercat krem di kawasan Darmawan Park, Sentul, Bogor, itu bak resor mewah. Berjejer kamar berbagai tipe yang dilengkapi fasilitas layaknya hotel berbintang, dari televisi layar datar, dapur mini, hingga area balkon dengan pemandangan danau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski sebagian kamar memang disewakan untuk hotel, tempat ini disebut senior living atau hunian khusus orang-orang lanjut usia. Bangunan yang diberi nama Rukun Senior Living ini dihuni 29 warga "senior"—sebutan bagi tamu lansia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika Tempo berkunjung pada Rabu pagi lalu, sejumlah warga senior terlihat sedang beraktivitas. Ada yang sedang berkaraoke, bersosialisasi dengan sesama penghuni, dan sekadar berjalan-jalan. Beberapa di antara mereka didampingi pengasuh atau caregiver berseragam ungu.
Meski banyak orang tua yang menghuni, pendiri Rukun Senior Living, Januar Karta Darmawan, menegaskan tempat itu bukanlah panti jompo. Lalu, apa perbedaannya? Januar menjawab, “Kalau panti jompo, warga seniornya diperintah-perintah. Kalau ini (senior living), kami (penghuni) yang perintah-perintah,” kata mantan Direktur Utama Nutrifood Indonesia itu.
Pendiri Rukun Senior Living, Januar Karta Darmawan. TEMPO/Bintari Rahmanita
Pusat pelayanan dan perawatan orang lansia kelas atas ini resmi beroperasi pada 2012. Januar terinspirasi membangun senior living ini saat menempuh pendidikan di Amerika Serikat. Pria 91 tahun itu menemukan bangunan apartemen bernama senior living. Iseng-iseng, ia masuk ke sana untuk melihat-lihat. Rupanya tempat tersebut merupakan hunian khusus lansia. Namun penghuninya mandiri dan independen. Walau ada pendamping, kemauan warga senior harus diikuti oleh caregiver.
Ia lalu menyampaikan rencana mendirikan senior living ini kepada anaknya, Herman Kwik. Mereka bekerja sama dengan konsultan dari Amerika Serikat, Leisure Care One Eighty Senior Living Management, yang berpengalaman mengelola fasilitas senior living di beberapa negara. Selama satu bulan, Januar bersama istri dan anaknya diperbolehkan menginap di senior living Amerika untuk mempelajari seluk-beluknya. “Saya pikir ini menarik. Sebab, belum ada di Indonesia, panti jompo di mana warga seniornya yang perintah-perintah,” ujar Januar.
Ide tersebut lalu direalisasi. Pembangunan Rukun Senior Living ini selesai pada 2011. Mengikuti konsep di Amerika, Rukun Senior Living mempunyai sejumlah fasilitas, seperti kamar yang dilengkapi dapur dan balkon, restoran, kolam renang, jakuzi dan sauna, ruang permainan, activity room, exercise therapy center, art room, ballroom, kebun, danau pemancingan, dan jogging track.
Warga Rukun Senior Living di Sentul, Bogor. Dok. Rukun Senior Living
Ada tiga tipe kamar yang tersedia, yaitu ideal, deluxe, dan supreme. Ketiga kamar ini sudah ramah bagi warga senior. Tempo mengunjungi beberapa contoh kamar masing-masing tipe. Setiap kamar dilengkapi dua tombol darurat. Kemudian di kamar mandi juga disediakan handrail atau pegangan tangan untuk mempermudah warga senior berjalan merambat.
Kamar ideal memiliki luas 35 meter persegi dan deluxe 48 meter persegi. Dua tipe ini memiliki teras dengan pemandangan taman dan mirip apartemen tipe studio. Adapun tipe supreme memiliki luas 50 meter persegi dengan pemandangan danau. Di dalamnya mirip apartemen satu kamar.
Untuk warga senior yang tinggal sendiri, biaya di ideal suite sebesar Rp 750 ribu per hari atau Rp 19,5 juta per bulan atau Rp 204 juta per tahun. Sementara itu, tipe deluxe dikenai Rp 900 ribu per hari atau Rp 24,3 juta per bulan atau Rp 262,8 juta per tahun. Sedangkan tipe supreme memiliki tarif Rp 1,2 juta per hari atau Rp 33 juta per bulan atau Rp 383,25 juta per tahun.
Bila berdua, tarifnya berbeda pula. Tipe kamar ideal dikenai Rp 1 juta per hari atau Rp 27 juta per bulan atau Rp 292 juta per tahun. Tipe deluxe Rp 1,2 juta per hari atau Rp 32,4 juta per bulan atau Rp 350 juta per tahun. Sedangkan tipe supreme dikenai Rp 1,5 juta per hari atau Rp 40,5 juta per bulan atau Rp 438 juta per tahun.
Harga tersebut sudah termasuk makan, pemantauan kesehatan, jasa binatu, penggunaan fasilitas umum resor, dan kunjungan dokter umum. Untuk kebutuhan personal care pribadi, biaya terapi, tindakan medis, obat-obatan, perlengkapan inkontinensia, konsultasi medis pihak ketiga, dan transportasi atau pendampingan keluar Rukun, akan dikenai biaya tambahan.
Salah satu kamar tipe supreme di Rukun Senior Living, Sentul, Babakan Madang, Bogor, 10 Januari 2024. TEMPO/Bintari Rahmanita
Ada sejumlah persyaratan untuk bisa menjadi penghuni Rukun Senior Living. Januar mengatakan akan ada asesmen ketika mendaftar. Yang pasti, kata Januar, kondisi orang lansia masih sehat dan independen. Kalaupun mulai lupa atau pikun, masih bisa diterima. “Tapi, kalau sudah pengin mukul orang, enggak diterima di sini.”
Menurut Januar, saat pertama kali Rukun hadir, masih banyak orang mengira tempat tersebut adalah panti jompo. Banyak orang tua yang ingin tinggal di sana, tapi anak-anaknya tidak mengizinkan. Januar mengatakan anak-anak umumnya malu bakal dianggap membuang orang tuanya ke panti jompo.
Tapi, lambat laun, Januar menilai sudah banyak anak yang menerima keberadaan senior living. Buktinya, kata dia, jumlah penghuninya terus meningkat. Salah satu blok yang semula difungsikan sebagai hotel pun kini bakal dialihkan menjadi hunian senior living. “Sekarang lebih banyak senior yang berminat belum dapat tempat karena masih dipakai untuk hotel,” katanya.
Walaupun usaha perhotelan lebih menguntungkan, Januar menuturkan, keberadaan senior living ini sejak awal tidak semata-mata ingin mencari duit. “Harus ada darma sosialnya.”
Istilah senior living sebelumnya mengemuka di jagat dunia maya. Konten milik kreator @elyelle sempat viral di sejumlah platform media sosial. Dalam video tersebut, Ely menampilkan sejumlah kegiatan para warga senior yang menghuni Rukun Senior Living. Ia menjelaskan bahwa warga senior tersebut masih bisa produktif dan melakukan hobi meski tinggal di sana. Di Instagram, video tersebut sudah disaksikan 2 juta penonton.
Di X atau Twitter, akun @mediokerfess mengunggah ulang video Ely. Unggahan tersebut juga menjadi bahan perbincangan. Salah satu yang dibahas mengenai stigma anak durhaka bila menitipkan orang tua di senior living. Namun tak sedikit pula warganet yang mendukung serta menyampaikan keinginannya untuk menghabiskan masa tua di senior living.
Ketua Asosiasi Senior Living Indonesia Herman Kwik. Dok.Pribadi
Herman Kwik, Ketua Umum Asosiasi Senior Living Indonesia, menambahkan, secara tradisional, orang-orang berpendapat bahwa anak wajib merawat orang tuanya sendiri yang sudah lanjut usia. Sementara itu, anak yang tidak merawat orang tuanya mendapat stigma durhaka. Namun budaya tersebut telah mengalami pergeseran yang menyebabkan senior living kini menjadi tren gaya hidup.
Pada era global dan digital ini, kata putra Januar itu, kelengkapan sebuah keluarga besar dalam satu area geografis sudah lebih langka. Menurut dia, banyak warga senior yang tidak tinggal berdekatan atau tidak tinggal serumah dengan anaknya.
“Karena itu, seorang senior ataupun anaknya membutuhkan solusi hunian lebih aman dan nyaman bagi orang tua daripada tinggal di rumah sendiri,” katanya. Pola pikir yang lebih praktis itu membuat anak-anak lebih bisa menerima kondisi orang tuanya tinggal di tempat seperti senior living.
Faktor kedua adalah eksistensi dari senior living yang sudah lebih dari 10 tahun di Indonesia. Sebelumnya, hunian bersama warga lanjut usia hanya panti sosial milik pemerintah atau yayasan. Namun dua tempat ini hanya ditujukan bagi warga senior dengan keterbatasan ekonomi. Dengan demikian, keberadaan senior living memberikan pilihan bagi warga senior dari berbagai segmen ekonomi. “Kesadaran inilah yang mendukung minat terhadap senior living belakangan ini.”
Herman yakin tren ini akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat Indonesia secara keseluruhan dari dua sisi. Pertama mengenai ketersediaan tenaga domestik informal. Indonesia, kata Herman, adalah negara yang unik di mana penggunaan asisten rumah tangga (ART) sangat tinggi dibanding negara lain. Namun, dengan lebih majunya ekonomi negara, makin lama menjadi sukar untuk mendapatkan bantuan tenaga di rumah. Sebab, generasi muda mempunyai lebih banyak pilihan untuk mencari nafkah sebagai pekerja profesional.
Ia menilai salah satu pesaing utama senior living adalah warga senior yang tinggal di rumahnya sendiri atau dengan anaknya yang didukung tenaga kerja rumah tangga memadai. Dengan terbatasnya ketersediaan ART, lebih sukar pula bagi seorang senior tinggal sendiri. “Juga mungkin lebih merepotkan bagi seorang anak merawat orang tuanya di rumah.”
Kedua adalah terhadap warga senior ataupun anak dan keluarganya sebagai konsumen. Herman mengatakan, dengan lebih meningkatnya kemampuan ekonomi mereka, lebih tinggi kemungkinan untuk memilih senior living sebagai opsi huniannya jika bisa meningkatkan kualitas hidup.
Di sisi lain, Herman melihat, dalam dua tahun terakhir ini, sudah terlihat timbulnya beberapa pemain baru di dunia usaha senior living, baik yang sudah siap melayani maupun yang masih dalam tahap pembangunan. Salah satu pemain barunya adalah Alamanda Living. Lokasinya berada di Jalan Raya Tajur, Kota Bogor.
Warga senior pertama yang menghuni Alamanda Living, Bogor. Dok. Alamanda Living
Senior living yang terintegrasi dengan Rumah Sakit BSH ini didirikan pada Juni 2023 dan beroperasi sebulan kemudian. Penghuninya, sejak pertama kali dibuka hingga sekarang, sudah ada 22 orang. Namun yang memilih untuk menetap dalam jangka panjang baru 2-3 orang. Sisanya memilih untuk jangka pendek.
Penanggung jawab Alamanda Living, Maria Silvy Wijaya, mengatakan banyak orang lansia yang memilih short stay ini menjadi tantangan sendiri. Pasalnya, budaya di Indonesia masih menganggap menitipkan orang tua di panti jompo atau senior living sama saja dengan "membuang", sehingga sang anak akan merasa bersalah. “Padahal senior living justru memberikan tempat terbaik, teman sebaya. Mereka malah enggak kesepian,” katanya.
Silvy mengatakan pemiliknya mendirikan senior living karena memikirkan rumah masa depan untuk mereka sendiri bila menua dan mulai membutuhkan bantuan. Ditambah bila anak-anak mereka tidak bisa merawat selama 24 jam. “Sehingga tercetuslah ide ini bahwa kami harus punya suatu rumah masa depan di mana bisa tinggal di sana,” katanya.
Pertimbangan lain, mereka bisa punya teman mengobrol dengan sesama lansia serta menciptakan suatu rumah khusus warga senior yang bisa menjamin kebutuhan medisnya. Karena Alamanda Living berada satu kompleks dengan RS BSH, bila ada kebutuhan darurat bisa direspons dengan cepat.
Untuk programnya, Silvy menjelaskan, hunian bagi lansia ada beberapa pilihan, yaitu tinggal menginap harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan. Ada pula anggota yang tidak menginap, tapi bisa mengikuti kegiatan di Alamanda Living setiap Senin-Jumat. Program ini dinamakan senior daycare. Senior living ini juga menerima warga senior yang akan menjalani fisioterapi pasca-operasi ataupun masa pemulihan.
Program lainnya adalah perawatan paliatif atau layanan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit terminal, seperti kanker. Silvy mengatakan pihaknya akan memastikan pasien tersebut tidak merasakan nyeri. Juga berupaya memenuhi kebutuhan spiritual dan sosial mereka. “Secara fisik, kalau ada demam-demam sedikit, kami bisa tangani, tapi tidak boleh ada pemberian infus,” ucapnya.
Suasana tampak depan gedung Alamanda Living, Bogor. Dok. Alamanda Living
Untuk huniannya, Alamanda Living menyediakan dua tipe kamar, yaitu premium dan standar. Tipe premium reguler memiliki luas 55 meter persegi. Tarifnya dikenai Rp 1,1 juta per hari atau Rp 33 juta per bulan. Sedangkan yang standar memiliki luas 28 meter persegi dan dikenai Rp 750 ribu per hari atau Rp 19,5 juta per bulan. “Karena baru, kami adakan promo yang kamar standar di-upgrade ke premium dengan harga Rp 800 ribu,” katanya.
Fasilitasnya juga bak hotel berbintang. Tipe premium memiliki ruang tamu, televisi, kulkas, meja bufet, dan sofabed. Tempat tidurnya juga bisa dimodifikasi menjadi spring bed atau seperti ranjang rumah sakit. Kamar mandinya juga mudah diakses bagi penghuni yang menggunakan kursi roda, serta dilengkapi shower chair dan handrail, baik premium maupun standar dilengkapi tombol darurat.
Untuk fasilitas umumnya, Alamanda Living menyediakan ruangan aktivitas di lantai satu yang dilengkapi permainan, alat musik, dan buku. Ada juga ruang tenang bagi yang suka membaca, ruangan ibadah, dining area, dan kafetaria untuk tempat berkumpul para orang lansia.
Alamanda Living juga melakukan screening kepada calon penghuninya. Syarat utama adalah tidak memiliki penyakit menular atau sehat secara jasmani dan rohani, tidak ada gangguan jiwa, dan penyakit akut seperti infeksi. Bila memiliki penyakit kronis, seperti hipertensi dan diabetes, masih bisa diterima. “Tapi, kalau infeksi paru, gagal jantung, itu pasti enggak bisa. Makanya dilakukan screening dulu sebelum masuk,” tutur Silvy.
Meski ada peningkatan jumlah warga senior Alamanda Living, Silvy mengungkapkan pihaknya masih berupaya memberikan awareness kepada masyarakat mengenai senior living. Strateginya dengan membuat acara berkala yang berkaitan dengan kondisi lansia. Acara ini, kata Silvy, dikemas dengan hiburan dan edukasi melalui kolaborasi dengan sejumlah komunitas lansia.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo