Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seminar Manajemen ASI Selama Berpuasa yang diselenggarakan Gabag Indonesia, merek keperluan ibu menyusui (busui) dan ibu hamil berlangsung di gedung Tempo Inti Media pada Jumat 25 Mei 2018. Seminar ini ditujukan bagi para busui agar mengetahu tips menyusui saat puasa dan menyiasati kebutuhan nutrisi tubuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kesempatan ini, hadir konselor laktasi Novita Harun, sebagai narasumber.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seminar Manajemen ASI Selama Berpuasa ini merupakan salah satu bagian dari kampanye peduli ibu menyusui Gabag Goes to Office. Kampanye tersebut ditujukan bagi busui pekerja yang masih harus menyusui di sela-sela kesibukan kantor. Ditambah lagi kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa, kesehatan busui juga perlu diperhatikan.
Novita membuka seminar dengan penekanan bahwa tidak masalah melewatkan ibadah puasa ketika menyusui. Ada keringanan bagi busui Muslim untuk dapat mengganti ibadah puasanya di hari lain. Namun, jika busui masih kuat menjalankan puasa saat menghasilkan ASI, konsumsi nutrisi busui harus memenuhi kebutuhan gizi tubuh.
Artikel terkait:
5 Manfaat Menyusui buat Mentalitas Ibu
Penyebab Menyusui di Malam Hari Bikin Lebih Cepat Mengantuk
Selain Nutrisi, Menyusui Berdampak Positif untuk Psikologis Bayi
Novita memberikan beberapa tips bagi busui yang menjalankan puasa di tengah aktivitas menghasilkan ASI. Pertama, konsumsi busui harus tetap memenuhi kebutuhan gizi tubuh dengan persentase 20 persen lemak, 30 persen protein, dan 50 persen karbohidrat. Perlu juga untuk menambahkan porsi sayur dalam menu makanan.
Kedua, busui perlu mengonsumsi carian lebih banyak. Minimal 2liter air mineral ditambah dengan asupan cair lainnya seperti jus buah, madu, dan susu.
Ketiga, busui perlu menyiapkan waktu untuk istirahat selama menjalankan ibadah puasa. Istirahat yang cukup membantu produksi ASI lebih banyak. Kondisi tubuh busui yang lemah akan memicu anak menjadi anemia.
Keempat, busui perlu disiplin dalam jeda perah dan menyusui. Penetapan waktu untuk memompa ASI dan memberikannya pada anak harus teratur dan tidak boleh terlewatkan. Keterlambatan waktu akan berpengaruh pada banyaknya ASI yang dapat dihasilkan.
Terakhir, busui sebaiknya berkonsultasi dengan dokter laktasi bila ingin menjalankan ibadah puasa. Bila belum pernah menjalankan ibadah puasa dengan kondisi menyusui sebelumnya, sebaiknya dicoba dulu satu hari puasa dan tidak dilanjutkan bila kondisi tubuh menjadi lemah.
“Makanan kesukaan busui juga dapat membantu produksi ASI. Tidak semua booster (pompa ASI) dapat memberikan hasil yang diinginkan. Bila busui tidak terbiasa dengan suplemen atau booster, produksi ASI tidak akan bertambah,” kata Novita.
AUDREY ANGELICA LOHO