Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Iming-iming Biskuit Mister Vahey

5 Mei 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanggal 21 Maret 2014 tampaknya bakal menjadi catatan tersendiri bagi Jakarta International School (JIS). Dua peristiwa yang menyingkap skandal di sekolah internasional tertua di Indonesia ini terjadi pada tanggal itu.

Peristiwa pertama: seorang murid Taman Kanak-kanak JIS mengaku kepada orang tuanya menjadi korban pelecehan seksual. Peristiwa kedua: kematian William James Vahey, mantan guru di JIS yang sedang diselidiki Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) karena pelecehan seksual terhadap murid-muridnya.

FBI mengumumkan investigasi atas kejahatan seksual oleh Vahey pada 22 April lalu. Dalam situsnya, FBI meminta bantuan publik mengidentifikasi korban Vahey selama dia bekerja sebagai guru sekolah internasional di sejumlah negara, termasuk Indonesia. "Tak diragukan lagi, dia predator seksual paling berbahaya yang pernah ada," ujar agen FBI, Shauna Dunlap.

Kejahatan Vahey terungkap akhir Maret lalu, ketika pembantunya menyerahkan sebuah flash disk dan kamera milik pria 64 tahun itu kepada American Nicaraguan School, Managua, Nikaragua. Di sekolah inilah Vahey terakhir kali mengajar.

Flash disk dan kamera itu "harta karun" bukti kebiadaban Vahey. Dia menyimpan rekaman perbuatan bejatnya di sana. Jumlah korbannya diperkirakan lebih dari seratus orang. Vahey mencantumkan tanggal dan tempat dia melecehkan anak-anak di bawah umur itu. Pihak sekolah lantas meminta penjelasan Vahey soal gambar-gambar itu. Dia pun mengakui perbuatan cabulnya. Vahey mengatakan perbuatan itu sudah dilakukan puluhan tahun-hampir seumur hidupnya.

Vahey mengaku "memangsa" bocah-bocah itu pada saat mereka berwisata tanpa ditemani orang tuanya. Modusnya: menjelang tidur, Vahey menggelar lomba makan biskuit. Tanpa setahu siswa, biskuit itu sudah diberi obat tidur. Ketika anak-anak terlelap, Vahey melakukan perbuatan kejinya.

Pihak sekolah lantas memecat Vahey dan melaporkan ke FBI. Namun, belum selesai FBI melakukan penelusuran, Vahey ditemukan tewas dengan dua tusukan di sebuah kamar hotel di Luverne, Minnesota, Amerika. FBI menyebutkan Vahey melakukan bunuh diri karena perbuatannya terungkap.

Vahey pernah dipenjara di California pada 1969 saat usianya belum genap 20 tahun. Kala itu, ia dibui 90 hari karena melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak. Anehnya, catatan hitam Vahey seperti terhapus begitu saja.

Ayah dua anak itu mulai bekerja sebagai guru di Teheran American School, Iran, pada 1972. Sepanjang 42 tahun kariernya, Vahey mengajar di sepuluh sekolah di sembilan negara, yaitu Nikaragua, Inggris, Venezuela, Arab Saudi, Yunani, Iran, Spanyol, Libanon, dan Indonesia.

Dia mengajar ilmu sosial di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Jakarta International School pada 1992-2002. Lantas bagaimana orang seperti Vahey bisa mengajar di JIS? "Saya tidak berkompeten menjelaskan apa yang terjadi belasan tahun lalu," ujar Timothy Carr, Kepala JIS. Carr mengatakan tak tahu bagaimana Vahey direkrut karena ia baru bekerja di JIS sejak 2010. Selama Vahey mengajar di JIS, menurut Carr, tak ada catatan kejahatan seksual yang dia lakukan.

Jejak hitam Vahey malah diungkap Zainal Abidin, salah seorang tersangka pelecehan seksual di lingkungan JIS, kepada polisi. Zainal mengaku menjadi korban pelecehan seksual 14 tahun silam.

Menurut polisi, Zainal mengatakan pernah bertemu dengan seorang warga negara asing di bundaran Pondok Indah. Dari dalam mobil, pria itu memanggil Zainal, lalu melakukan pelecehan di suatu tempat. Zainal pun diberi uang Rp 20 ribu. "Sewaktu kami tunjukkan foto William Vahey, dia bilang, 'Ya, ini orangnya, Pak'," kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto.

Saat ditemui Tempo di rumahnya di Kampung Pamulang, Tangerang, kakak Zainal, Nur Aini, tak percaya adiknya pernah menjadi korban Vahey. Menurut dia, Zainal bukanlah tipe anak yang suka keluyuran. "Berita itu enggak benar. Setiap bubar sekolah, dia langsung pulang," ujar Aini.

Febriyan (FBI.Gov, Guardian, The Daily Mail)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus