Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
POLISI menemukan pria itu tengah terlelap di teras Masjid Al-Hijrah di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan, Sabtu dua pekan lalu pada sekitar pukul 01.30. Azwar bin Sabenih, 27 tahun, memang dikenal di lingkungannya sebagai "pemuda masjid". Tak hanya aktif, dia juga banyak menghabiskan waktunya di sana. Azwar tak melakukan perlawanan saat sejumlah reserse membawanya ke Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Awalnya polisi mencari Azwar di rumah orang tuanya di Gang Haji Salam, Depok, Jawa Barat. Tak ada di rumah, dia saat itu dikira keluarganya tengah di rumah guru ngajinya, Arifin Hafidz. Diantar pemimpin Majelis Zikir Nurul Ghautsiyah itulah polisi lalu menemukan Azwar di Masjid Al-Hijrah, yang berjarak sekitar satu kilometer dari kediamannya.
Polisi menangkap Azwar karena ia diduga terlibat pelecehan seksual terhadap murid Jakarta International School (JIS). Selain Azwar, mereka yang ditangkap adalah Zainal Abidin, 28 tahun, Syahrial (20), Virgiawan Amin (20),Agun Iskandar (24), dan Afriska Setiani (24). Seperti Azwar, mereka semua petugas kebersihan PT ISS yang ditugasi di Taman Kanak-kanak Jakarta International School.
Sehari sebelum ditangkap, Azwar masih berlatih hadrat-seni musik rebana-di rumah Arifin. "Posisinya di grup hadrat cukup penting," kata Arifin kepada Tempo. Azwar adalah pemain bas. Dalam hadrat, bas adalah rebana berukuran besar. Esok malamnya, sebelum penangkapan, ia mengikuti acara pengajian hingga pukul 23.00.
Kepada Tempo, Noviyanti, 17 tahun, adik Azwar, menyebutkan kakaknya orang yang bertanggung jawab. "Dia sudah enam tahun bekerja di PT ISS." Setiap gajian, kata dia, sang kakak menyerahkan hampir separuh gajinya-sekitar Rp 2 juta-kepada ibunya. Dia juga memiliki pacar, Yuni, yang rencananya akan dinikahi Agustus mendatang. Novi tak percaya kakaknya melakukan perbuatan yang dituduhkan polisi. Demikian pula sejumlah tetangganya yang ditemui Tempo.
Sabtu siang dua pekan lalu, Azwar ditemukan tewas di kamar mandi Polda Metro Jaya. Menurut juru bicara Polda, Komisaris Besar Rikwanto, Azwar tewas minum Porstex-cairan pembersih-yang berada di kamar mandi. "Saat diperiksa, dia minta izin pergi ke kamar mandi," ujar Rikwanto. Kepada Tempo, sejumlah anggota keluarga Azwar bercerita, saat jenazah Azwar tiba di rumah, mereka melihat ada lebam di pelipis kiri dan dua pipinya.
Dari lima tersangka yang kini mendekam di tahanan Polda, salah satu yang paling dekat dengan Azwar adalah Zainal. Ketika didatangi Tempo di rumahnya di Kampung Pamulang, Tangerang, Nur Aini, kakak Zainal, mengatakan Azwar pernah mengunjungi tempat tinggal mereka.
Zainal bekerja sebagai tenaga kebersihan di JIS sejak 2011. Sebelumnya dia bekerja sebagai petugas cleaning service di sebuah toko swalayan dan kampus Bina Sarana Informatika di Ciputat. Selain rajin, pria yang masih kuliah di sebuah universitas swasta di Pamulang, Tangerang, itu dikenal jujur dan taat beribadah. Pada 2012, Zainal mendapat Golden Heart Award dari ISS karena menemukan telepon seluler BlackBerry di area JIS dan menyerahkannya kepada pengelola sekolah internasional itu.
Kepada wartawan, Rikwanto menyatakan Zainal adalah korban sodomi William James Vahey, mantan pengajar JIS, yang menjadi buron Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) karena diduga melakukan kejahatan seksual terhadap anak-anak di sejumlah negara. Saat itu usia Zainal 14 tahun. Kejahatan itu dilakukan Vahey di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Pihak keluarga tak percaya Zainal mengalami hal seperti yang dikatakan polisi. "Tak mungkin dia ke Pondok Indah. Perjalanan terjauh hanya sampai Lebak Bulus," ujar Nurida, ibu Zainal, kepada Tempo. Nurida juga membantah jika anaknya disebut disodomi pada umur lima tahun seperti dikatakan polisi. "Dia lahir prematur. Baru bisa berjalan umur enam tahun." Menurut Nurida, anaknya pernah punya pacar. "Dari Gunung Sindur, Parung, Bogor, tapi sekarang sudah putus." Tak hanya mengaku pernah disodomi, menurut polisi, Zainal juga mengaku "berpacaran" dengan Virgiawan Amin alias Awan, tersangka lain yang lebih dulu ditangkap.
Awan sendiri baru bekerja di JIS sekitar setahun. Sehari-hari bujangan ini tinggal bersama nenek dan pamannya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, menempati rumah petak ukuran 5 x 10 meter. Orang tua Awan tinggal di Nganjuk, Jawa Timur. "Bapaknya kabur sewaktu dia masih di kandungan," kata Saunah. Di mata Saunah, cucunya sosok pendiam bahkan cenderung pengecut. "Dia enggak berani mengambil handphone yang dipinjam tetangganya. Saya yang ambil," ucap Saunah.
Bergaji sekitar Rp 2,2 juta, Awan setiap bulan selalu memberi sang nenek Rp 350 ribu. Sebagian gajinya, Rp 850 ribu, ia pakai untuk mencicil sepeda motor Yamaha Fino. Beberapa hari setelah dia ditangkap pada 3 April lalu-bersamaan dengan penangkapan Agun Iskandar-sepeda motor itu diambil kembali oleh perusahaan leasing.
Dari semua tersangka, satu-satunya yang memiliki istri adalah Agun. Pria 24 tahun ini tinggal di Kampung Parigi Lama, Pondok Aren, Tangerang. Istrinya, Sunarti, tengah hamil delapan bulan. Menurut Sunarti, suaminya bekerja di PT ISS sekitar lima bulan. "Sebelumnya bekerja di apartemen di daerah Thamrin," katanya. Sebelum diterjunkan di JIS, Agun mendapat pelatihan selama lima hari.
Tersangka perempuan satu-satunya yang dinyatakan terlibat perkara ini adalah Afriska Setiani. Dia ditangkap oleh reserse Jumat dua pekan lalu. Menurut pengakuan bocah korban sodomi, Leo (bukan nama sebenarnya), Afriska bertugas memeganginya. Sehari-hari Afriska tinggal bersama adiknya, Kiki, di sebuah kamar kontrakan bertarif Rp 550 ribu per bulan di Jalan Sengon, Cinere, Depok.
Saat didatangi, Afriska tak di rumah. Ia baru pulang setelah polisi meminta pemilik kontrakan, Imas, meneleponnya. Selepas magrib, Afriska datang menunggang sepeda motor dan polisi langsung membekuknya.
Menurut polisi, Afriska ditangkap karena ada pengakuan sejumlah tersangka lain. Pada 3 April lalu, polisi memang menangkap Afriska, tapi ia dibebaskan karena belum ada bukti. Menurut Rikwanto, polisi masih terus menginterogasi para tersangka karena tak mustahil masih ada tersangka lain.
Yuliawati, Febriyan, Ilham Tirta, M. Kurniarto (Tangerang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo