Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ingin dikawal wanita ?

Di eropa dan as menunjukkan gejala baru, banyak wanita yang tertarik menjadi pengawal keamanan. dan permintaan akan pengawal wanita makin meningkat & cukup banyak. profil beberapa wanita itu.(sel)

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG laki-laki berpakaian rapi turun dari pesawat terbang, di Pelabuhan Udara Internasional Kennedy, New York. Ia nampaknya orang pentirg, paling tidak pengusaha kaya. Seorang wanita, juga berpakaian rapi dan mahal, datang menjemputnya sampai di tangga pesawat. Bergandengan, keduanya berjalan menuju mobil limousine yang nampak sudah disiapkan dengan cermat. Keduanya masuk, dan berlalu dengan cepat. Agak misterius. Siapa wanita itu? Terang bukan istrinya. Tak nampak si laki-laki menciumnya, seperti lazimnya suami di Barat bila dijemput istrinya. Juga terlihat keduanya agak kaku. Ah -- mungkin wanita itu sekretaris yang punya hubungan gelap, atau malah pacar -- walaupun kok ya terang-terangan begitu. Yang benar, ia seorang bodyguard . Ya, wanita itu. Ia disewa untuk menjaga keamanan, walau tidak sampai ke pengertian "tukang pukul". Dan itu gejala baru di Eropa dan Amerika. Sudah tentu, para pengawal ini tidak sekedar mengamat-amati. Tapi kalaupun harus bertindak, mereka cukup terlatih. Seperti juga pengawal pria mereka juga mendapat latihan kemiliteran, termasuk menggunakan senjata api dan bela diri. Mulanya dianggap tak masuk akal, memang. Di samping orang umumnya tak begitu percaya pada kesigapan wanita, banyak lelaki merasa rikuh. Bayangkan: dilindungi wanita. Malu 'kan, rasanya? Tapi banyak kenyataan bicara sebaliknya. Perkembangan konon justru menunjukkan, wanita lebih "pas" jadi bodyguard ketimbang pria. (Jeorie Dullea dari New York Times Service, yang menyelidiki gejala baru ini, membeberkan beberapa alasan. Pertama, wanita dikatakannya tidak menyolok bila jadi pengawal. Dibanding tukang pukul pria yang biasanya berbadan besar, bertampang dungu, berjas panjang, membawa walkie-talkie dan berkacamata hitam, seorang pengawal wanita jauh lebih tersamar. Umpamanya saja akibat cara berpakaian. Seorang pengawal wanita mengutarakan, ia biasanya menggunakan rok span, jas dan dasi bila harus ikut menghadiri sebuah rapat pemegang saham. Tapi ia akan memakai blue jean kalau harus mengawasi seorang klien berjogging. Dan pernah juga pakai hot spants, sepatu karet dan baju kombrang karena harus mengawal seorang klien ke disko. Macam pakaian yang dipakainya menentukan cara bagaimana menyembunyikan senjata. Pengawal wanita yang diwawancarai ini kebetulan selalu membawa revolver kaliber 38-jadi cukup besar. Bila ia memakai jas, tentu saja leluasa menaruh senjata di balik jas seperti biasa. Juga kalau menggunakan baju kombrang dan celana jin - selipkan saja di pinggang. Yang repot, katanya, bila kebetulan tidak bisa membawa tas besar, si 38 terpaksa dipasangnya di paha, dekat lutut. Di samping tak menyolok, pengawal wanita disebut Georgia Dullea "cepat menyesuaikan diri dalam tugas". Mudah mencari posisi. Sebagai sekretaris, sebagai pacar, malah sering sebagai istri. Sudah jadi bagian dari tugas, bila seorang pengawal wanita kelihatan sangat mesra dengan kliennya keluar masuk restoran, berdansa, termasuk juga kadang berciuman. "Tapi, laki-laki sering tak mau tahu keadaan. Mereka seper titak sadar, sikap seorang pengawal wanita cuma acting, " kata seorang pengawal wanita. Entah benar entah tidak. "Kami segera minta berhenti bila mereka mengajak macam-macam. Sebab kami bisa memisahkan tugas dari kesenangan," kata yang lain. Karena peka pada tata sopan santun, pengawal wanita biasanya juga cermat memperhatikan lingkungan. Umpamanya memilih jenis senjata. Ini penting, di samping cara menyembunyikannya. Suatu kali konon Jaquine Lachman, janda Charles Lachman, salah seorang pendiri industri kosmetik Revlon, marah-marah kepada pengawal sewaannya. Dalam sebuah pesta yang dikatakannya dihadiri orang-orang terhormat, pengawalnya -- pria -- secara tak sengaja ketahuan membawa senapan mesin. Si janda mengamuk. "Barang yang paling kubenci adalah senapan mesin," katanya sewot. Sejak itu, katanya, ia senantiasa menyewa pengawal wanita. Memang bisa dipastikan pengawal wanita sering bertugas mengawal wanita pula. Dan tidak seperti mengawal pria, di sini pengawal wanita bisa terus mengikuti kliennya bukan hanya ke salon kecantikan atau pesta. Tapi juga kalau perlu ke kamar kecil. TAPI sebenarnya kesulitan yang dihadapi seorang pengawal wanita tetap saja: saat mereka harus menggunakan tenaga atau senjata api. Seorang dari mereka, yang diwawancarai Georgia, mengisahkan pernah jadi pengawal bekas juara gulat Amerika. Dan dalam tugasnya berhasil menyelamatkan kliennya -- yang luar biasa gemuk itu -- dari usaha pembunuhan tabrak-lari. Tapi yang lain menceritakan, bagaimana ia bingung waktu terpaksa mengacungkan senjata. Tidak seperti di waktu latihan, pengawal wanita yang satu ini tak mampu menarik picu dalam sebuah saat kritis. Bukan pistolnya yang meledak, tapi suaranya. "Mampus!" serunya tak sengaja. Untung, konon suaranya itu sama mengejutkannya dengan letusan pistol . . . Kendati permintaan akan pengawal wanita meningkat, sulit dipastikan apakah kaum perempuan sebenarnya memang tertarik pada bidang ini. Jumlah pengawal wanita yang sudah ada saja susah ditelusuri. Di dua daerah yang jadi tempat penyelidikan Georgia, New York dan Manhattan, rata-rata pengawal wanita tak mau diwawancarai. Yang bersedia pun umumnya minta identitas mereka dilindungi. Lebih dari itu, rata-rata biro detektif dan sejenisnya juga bungkam soal petugas wanitanya. Sampai pada jumlahnya. Steve Tavlin, direktur biro detektif di New York, memperkirakan tak sampai 10% dari jumlah prianya. Di bironya sendiri 10 di antara 30 petugasnya wanita. Ini katanya sudah termasuk banyak. Tavlin membenarkan, permintaan akan pengawal wanita cukup banyak. Katanya: "Wanita memang tidak bisa diharapkan jadi bodyguard sesungguhnya. Tapi sebenarnya tidak semua tugas pengawalan membutuhkan sikap keras. Dan kelebihan wanita: teliti mengamati keadaan." Bironya sendiri banyak melayani pengusaha, bintang film dan orang asing. Mungkin kelompok inilah yang banyak meminta pengawal wanita. John C. Mandel, juga seorang direktur sebuah biro pengawal keamanan di Manhattan -- membenarkan meningkatnya permintaan akan pengawal wanita. Bahkan ditambahkannya, di bironya minat kaum wanita untuk pekerjaan itu cukup besar. Sehingga ia sendiri membendungnya. Nyatanya di bironya jumlah petugas wanita tak begitu banyak. Ada sebabnya. Di sini wanita dikhususkan melayani klien yang dianggap VIP. Karena itu ia harus bisa bercengkerama, bicara soal bisnis, bahkan politik. "Bukankah tak pantas kalau seorang wanita yang bertugas berkata: 'Hati-hati, ada orang mengincar kalung anda. Tunggu di sini, biar saya garap dulu.' Kalau pria, barangkali tak soal," kata Mandel. Mandel menjual semacam keramah-tamahan lewat petugas wanitanya -semacam servis, di samping tugas utama yakni jasa pengawalan. Petugas wanitanya ia wajibkan bisa memberi pertimbangan pikiran -- umpamanya bila seorang nyonya hartawan menunjuk sebuah gaun yang akan dibelinya. Atau, tidak langsung mengelak bila tak tahu, bila misalnya seorang pengusaha menanyakan pasaran saham. "Pokoknya ngobrol sedikitlah," kata direktur itu menegaskan. KARENA itu Mandel menentukan college -- setingkat di atas SLA-sebagai pendidikan terendah bagi calon yang datang melamar. Toh di samping cara menggunakan senjata dan soal-soal keamanan, masih ditambah lagi pengetahuan umum tentang berbagai bidang. Tapi tidak semua biro detektif setuju pada pendapat meningkatnya permintaan akan pengawal wanita. Umpamanya William Rowland, seorang staf Metropolitan International Investigative and Security Services di New York. "Soal pengawal wanita sekarang sudah jadi isu yang luas. Tapi tak sebenarnya klien membutuhkan pengawal wanita. Terpengaruh pada isu itu, para klien kami yang minta dikirimi petugas biasanya malah menambahkan: 'Jangan kirim wanita'." Bila dilihat, di dinas rahasia AS juga tak banyak petugas wanita. Di tingkat agen rahasia yang bertugas mengawal orang penting, terdapat hanya 21 dari jumlah 1535. Dalam dinas ini mempekerjakan wanita di bidang pengawalan dirintis sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu jumlahnya hanya lima -- satu di antaranya Laurie Davis. Dan Laurie, kini berusia 33 tahun, tidak lagi bertugas mengawal. Ia kini perwira berjabatan Humas. Ia dulu pernah ikut mengawal bekas presiden M. Nixon dalam suatu acara pemakaman. Juga bekas wakil presiden Spiro Agnew. Mungkin persyaratan untuk jadi agen rahasia memang lebih berat dari untuk pengawal partikelir. Misalnya mereka umumnya juga membawa revolver Magnum 357, yang tergolong pistol paling berat. Laurie sendiri berpendapat: "Seorang pengawal harus terlatih, cepat menghitung keadaan, sigap menggunakan senjata dan tidak menarik perhatian." Soal sigap menggunakan senjata dan cepat menghitung keadaan, besar kemungkinan bisa dilatih. Yang barangkali berat, sebenarnya, kalau wanita diharuskan tidak menarik perhatian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus