Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Inilah Kesaksian Mereka

Berikut ini kesaksian mereka mengenai Soewondo dan soal-soal penting menyangkut skandal Bulog di depan Komisi III DPR serta berita acara pemeriksaan (BAP) polisi yang diperoleh TEMPO.

22 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abdurrahman Wahid (Presiden)

Kenal sejak 1980, sebagai tukang pijit.

Pertemuan antara Sapuan dan Presiden
Ada pertemuan di Wisma Negara, tapi tidak ingat waktunya.

Soal Permintaan Dana Bulog untuk Masalah Aceh
Ditanyakan pada pertemuan dengan sapuan.
Permintaan penerbitan keppres ditolak karena urusannya panjang.

Aliran Dana Yanatera
Tidak mengetahui soal dana Rp 35 miliar dan ke mana mengalirnya.


Sapuan (Mantan Wakil Kabulog)

Kenal sejak 1998 saat Soewondo berjualan barang antik ke Bulog.

Pertemuan antara Sapuan dan Presiden
Terjadi pada 7 Januari di Istana Negara pada pukul 16.00.
Protokoler istana, Wahyu Muryadi, sempat mengantar masuk. (Dibenarkan oleh Soleh Sofyan, Kepala Biro Perencanaan Bulog, yang menyertai Sapuan ke Istana.)

Soal Permintaan Dana Bulog untuk Masalah Aceh
Diucapkan Presiden pada pertemuan tanggal 7 Januari 2000. Dalam pertemuan itu, Presiden mengungkapkan keinginannya menggunakan 50 persen dana nonbujeter milik Bulog untuk dana kemanusiaan Aceh. Sapuan minta dibuatkan keppres, tapi ditolak.

Aliran Dana Yanatera
Pada 13 Januari 2000, dikeluarkan dua cek senilai Rp 10 miliar dan diserahkan langsung oleh Sapuan kepada Soewondo.
Pada 21 Januari 2000, dikeluarkan dua cek senilai Rp 25 miliar, yang diserahkan Soleh Sofyan, pengurus Yanatera, kepada Soewondo.


Jusuf Kalla (Mantan Kabulog)

Tidak kenal Soewondo.

Pertemuan antara Sapuan dan Presiden
Membenarkan berdasarkan laporan Sapuan.

Soal Permintaan Dana Bulog untuk Masalah Aceh
Permintaan ini pernah disampaikan Presiden saat bertemu dengan Jusuf Kalla pada Desember 1999.

Aliran Dana Yanatera
Mengetahui ada dana Bulog yang keluar setelah ditelepon oleh Alwi Shihab, Menteri Luar Negeri, pada 3 April 2000. Pada saat itu juga Jusuf Kalla menelepon Sapuan menanyakan perihal pengeluaran dana itu. Sapuan mengatakan kepada Jusuf Kalla bahwa benar ada dana Yanatera yang dikeluar-kan atas perintah Presiden. Saat Jusuf Kalla memberi tahu Alwi Shihab bahwa dana yang dikeluarkan Yanatera Rp 35 miliar, Alwi mengatakan, "Kalau begitu, tidak sampai semua."


Siti Farikha Pengusaha)

Tidak kenal Soewondo. (Dengan Gus Dur sudah kenal lama. Beberapa kali Gus Dur berkunjung ke rumahnya di Semarang.)

Aliran Dana Yanatera
Pada 13 Maret 2000 menerima satu lembar cek Bank Bukopin No. AA 530601 tertanggal 13 Januari 2000 senilai Rp 5 miliar dari Aris Junaidi di lobi Hotel Akasia, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. (Dana itu dimaksudkan untuk kerja sama bisnis yang baru akan dijalankan pada Juni 2000.)
Mengaku kenal Aris Junaidi sejak masih mahasiswa. Pada 26 Mei 2000, saat membaca berita tentang kasus Bulog, di mana dana yang diterimanya diduga ternyata berasal dari Yanatera, uang itu kemudian dikembalikan.
(Agak aneh mengingat nama Yanatera jelas tercetak dalam cek)


Wahyu Muryadi Kepala Biro Protokoler Sekretariat Presiden)

Kenal sejak 1993, saat Soewondo berkunjung ke PBNU.

Pertemuan antara Sapuan dan Presiden
Tidak mengetahui soal pertemuan tersebut. Wahyu juga mengaku tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengan Sapuan ataupun Soleh Sofyan. Selama bertugas sebagai Kepala Biro Protokoler, ia tidak pernah melihat Soewondo ke Istana Presiden.


Aris Junaidi (Pengusaha)

Kenal sejak 1988. Akrab karena sama-sama penggemar wayang dan mistik. (Dengan Presiden Abdurrahman Wahid sudah kenal lama.)

Aliran Dana Yanatera
Pada 10 Maret 2000 menerima cek Bank Bukopin No. AA 530601 tertanggal 13 Januari 2000 senilai Rp 5 miliar dari Soewondo di Hotel Akasia, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Mengaku kenal dengan Siti Farikha sejak 1995.
Menyerahkan cek tersebut kepada Siti Farikha pada 13 Maret di Hotel Akasia, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.


Hendrie Arioseno (Pengusaha)

Kenal sejak Oktober 1999. Proses perkenalan terjadi saat Hendrie hendak berkonsultasi spiritual dengan Soewondo.

Aliran Dana Yanatera
Pada 22 Januari 2000 menerima cek Bank Bukopin tertanggal 20 Januari yang telah ada stempel Yanateranya dari Soewondo. Nominal yang tertera adalah Rp 15 miliar. Hendrie mengaku dana itu untuk transaksi jual-beli tanah dan ia tidak tahu dari mana asal cek tersebut.
Pada 23 Januari 2000, cek diserahkan ke Suko Sudarso, anggota DPR dari PDI Perjuangan.
(Maksudnya titip saja, tidak jelas mengapa uang begitu banyak dititipkan ke orang lain tanpa ada transaksi.)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus