Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - PT MRT Jakarta dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) membentuk perusahaan patungan yang diberi nama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ). Perusahaan ini akan menjadi cikal bakal pelaksanaan integrasi seluruh transportasi umum yang beroperasi di Jakarta dan sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur Anies Baswedan optimistis, integrasi pelayanan itu akan meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Berdasarkan data pemerintah DKI Jakarta, grafik pengguna transportasi publik dari tahun ke tahun meningkat. Pada 2017, misalnya, jumlah pengguna sebesar 338 ribu orang per hari. Sedangkan pada 2019, jumlahnya telah melewati angka 700 ribu orang per hari. "Harapannya setelah integrasi, dalam waktu singkat (jumlah pengguna) bisa dobel atau berlipat ganda," kata Anies di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara fisik, sejumlah moda transportasi umum di Ibu Kota sebenarnya telah terintegrasi. Misalnya, dalam bentuk penyatuan halte dengan stasiun. Namun integrasi ini hanya memudahkan penumpang untuk pindah dari satu moda transportasi ke moda transportasi lain. Jadi belum terbentuk sistem integrasi yang menyatukan penggunaan tiket, tarif bundling, rute, dan keselarasan waktu operasi.
Menurut Anies, sebagai langkah awal, PT MITJ akan membangun sistem integrasi antarmoda transportasi berbasis rel, yaitu kereta mass rapid transit (MRT), kereta Commuter Line (KCL), dan kereta bandara (Railink). Perusahaan yang 51 persen sahamnya dikantongi oleh PT MRT dan pemerintah DKI Jakarta ini akan menyatukan sistem ticketing, rute, dan operasional. "Nanti moda yang lain juga diintegrasikan semua," kata Anies.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan jumlah penumpang kereta Commuter Line yang melintasi Jakarta sudah mencapai 1,2 juta orang per hari. Diprediksi, angka ini melonjak menjadi 1,9 juta orang per hari setelah 72 stasiun KRL terintegrasi dengan seluruh angkutan umum. Pengintegrasian ini diyakini mampu mengurangi pengguna kendaraan pribadi hingga 75 persen.
Menurut Budi, pemerintah DKI Jakarta juga perlu mengembangkan kawasan transit oriented development (TOD). Sebab, ia menilai TOD berpotensi menambah pemasukan ke kas negara dari koefisien dasar bangunan dan koefisien luas bangunan. "Ini sebuah kepastian, akan semakin hebat dan baiknya pelayanan transportasi," kata dia.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan pada tahun ini ada dua tugas utama yang harus diselesaikan oleh PT MITJ. Pertama, menyelesaikan studi pengelolaan integrasi, studi TOD, dan studi pengembangan jaringan. Sedangkan yang kedua adalah mempersiapkan statement of agreement untuk memulai pengerjaan proyek integrasi. "Jadi mulai hari pertama, mereka (MITJ) sudah harus bekerja," kata William.   
Dalam waktu dekat, menurut William, PT MITJ akan menyelesaikan sistem integrasi fisik dengan moda transportasi lain, seperti bus Transjakarta, angkutan umum, dan ojek online. Hal ini dilakukan terutama pada empat stasiun yang akan menjadi percontohan integrasi, yaitu Stasiun Juanda, Stasiun Sudirman, Stasiun Senen, dan Stasiun Tanah Abang. Pembangunan integrasi di empat stasiun ini diprediksi selesai Maret 2020.
CAESAR AKBAR | TAUFIQ SIDDIQ | FRANSISCO ROSARIANS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo