KISAH ini pun membawa-bawa nama polwan. Kali ini di Surabaya. Menyangkut nama Anna -- nama lengkapnya tak jelas betul dan lagi pula tak perlu, kan? Umurnya kurang lebih 25 tahun. Bertubuh sintal, rambut keriting dipotong pendek. Sehari-hari lebih senang pakai celana jeans ketimbang rok. Kulitnya hitam manis. Dengan tubuh seperti itu, siapa pun bakal percaya bahwa Nona Anna ini seorang polwan -- seperti yang kerap disebutkannya. Karena itu pulalah Anto (nama ini disingkat) jatuh hati pada Nona Anna. Ceritanya dimulai Oktober lalu. Ketika itu Anto bertemu Anna di Pasar Kembang, Surabaya. Bujangan berkumis tipis itu bertekuk lutut setelah kena kerlingan Nona Anna yang aduhai. Keduanya berkenalan. Lalu Anto suka apel ke rumah kos si gadis. Mereka berpacaran. Rupanya, Anto tak mau tanggung-tanggung. Ia mengajak Anna berkumpul kebo dan tinggal di kawasan Karangpilang, Surabaya. Keduanya tampak rukun. "Setiap pagi dia berangkat dinas dan tak boleh diganggu," kata Anto, 29 tahun. Dengan setia Anto mengantar kawan kumpul kebonya sampai terminal bis Wonokromo. Ia tidak pernah diizinkan ikut ke Polda Ja-Tim. Kalau Anna "berangkat tugas", ia selalu memakai jeans dan kaus kuning bertuliskan Polda Ja-Tim, lengkap dengan sabuk polisi dan tas dinas. Maklum, dia itu, katanya, polwan di bagian intel. Jalannya memang gagah. Sorot matanya tajam. Pendek kata, tak ada yang patut dicurigai. Sungguh, lho. Jadinya, Anto makin mabuk kepayang. Malah ia sudah membuat rencana akan menikahi Anna pada Mei yang lalu. Mei sudah lewat dan perkawinan itu memang batal. Maret lalu pasangan kumpul kebo ini dicurigai pemuda-pemuda Karangpilang. Mereka lapor ke polisi, karena kumpul kebo itu bisa merusak wibawa desa. Polsek Karangpilang pun menggerebek Anna dan Anto. Keduanya tak berkutik dan tertangkap basah di tempat kering, yakni di kamar. Seorang polisi, begitu melihat wajah Anna, langsung tersentak. Rupanya, ada satu ciri khas yang gampang diingat polisi itu, yakni gigi Anna yang gripis. "Lho, kamu lagi, to. Kamu juga kan yang pernah ngaku kepada saya bahwa kamu jadi polwan?" tanya sang polisi. Anna cuma mesem. Jadi, sudah jelas bahwa Anna itu polwan gadungan. "Yah, biar kelihatan gaya saja," kata Anna ceplas-ceplos. Atribut polwan yang dipakai, diperoleh dari seorang temannya di Lamongan. Apa mau dikata, Nona Anna kini ditahan. Anehnya, selama di tahanan Anna tak kelihatan sedih. Ia tetap ceria. Kalau digoda, ia malah mengajak main mata. Tapi sejauh ini tak seorang pun yang merasa dirugikan. Anto juga tidak. "Malahan sayalah yang banyak memberi uang saku pada Anto," kata Anna lagi. Anto, walau sarjana, kerjanya hanya tukang jaga toko di Pasar Blauran. "Saya akan tetap menikah dengan Mas Anto. Soalnya, kami sudah saling mencintai," ucap Anna kepada Wahyu Muryadi dari TEMPO. Bagaimana dengan Anto? "Wah, kalau begini jadinya, ya, batal saja," kata Anto. Alasannya, kalau Anna itu polwan palsu, lantas pekerjaannya apa, dong? Lha, apa? Polisi sedang mengusutnya, dan untuk itulah Anna ditahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini