Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa di antara kita cenderung makin memiliki gejala takut ketinggalan. Hal ini menjadi tantangan khusus bagi keluarga di era digital, terlebih penagruh internet dan media sosial yang sangat besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut psikolog Roslina Verauli contohnya adalah saat tren liburan ke luar negeri, kita jadi panik harus mengikuti tren itu. "Keluarga lain makan di resto mewah juga juga pengen meniru, belum lagi kalau posting beli barang atau materi kita jadi insecure," ucap psikolog Verauli di acara Good Time Beda Keluarga Beda Cerita di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Verauli menjelaskan satu hal yang perlu kita pahami bersama bahwa masing-masing orang dan keluarga memiliki latar belakang dan situasi kondisi yang berbeda-beda. Justru terkadang apa yang kita melihat kehidupan yang tampak sempurna di media sosial, belum tentu kenyataannya sama.
"Anda adalah orang yang paling menentukan momen bahagia keluarga Anda, bukan orang lain. Rangkul mereka, berbahagialah dengan itu, dan manfaatkan yang terbaik dari apa yang dimiliki," kata Verauli.
Psikolog Roslina Verauli saat ditemui di Jakarta, Rabu 27 November 2019. TEMPO/ Eka Wahyu Pramita
Setiap keluarga, menurut Verauli, unik dan mempunyai profil dan strukturnya sendiri. Ada yang bapaknya yang di rumah dan ibunya yang bekerja. Jadi, keunikan tidak menjadi penghalang terciptanya momen untuk merayakan kebersamaan dalam satu keluarga.
Selain itu, Anda juga bisa menciptakan agenda bersama seperti membersihkan halaman bersama, membereskan rumah bersama, atau seperti yang dilakukan Verauli bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk melakukan gerakan kembali ke meja makan.
EKA WAHYU PRAMITA