Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Monash Data & Democracy Research mencatat ada upaya menenggelamkan percakapan warga yang mendukung demonstrasi Kawal Putusan MK hari ini di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Upaya mengaburkan suara rakyat," ujar Direktur Monash Data & Democracy Research, Ika Idris, dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Kamis, 22 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konter narasi untuk menutupi dukungan terhadap aksi Kawal Putusan MK itu dilakukan dengan menggaungkan cuitan ‘Pilih Damai Bareng Prabowo’ dan ‘Lebih Sejuk Lebih Nyaman’.
Upaya untuk mengaburkan aspirasi publik seperti ini, kata Ika, bukan hal baru. Pernah terjadi saat protes politik seperti pada demo menolak RUU Cipta Kerja dan Revisi UU KPK pada 2019.
Monash Data & Democracy Research mencatat ada 28 ribu cuitan dari 13 ribu pengguna yang membahas konter narasi. “Top 3 yang paling banyak di-repost adalah 'bukan buzzer' karena konsisten dengan bahasa pengguna media sosial yang nonformal.,” kata Ika.
Selain itu, ada pola mengunggah gambar-gambar yang sama dan beberapa dibuat menggunakan AI. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar latar belakang yang hampir sama dan muka orang-orang yang kabur.
Kemudian ada 20 percakapan yang paling banyak di-retweet. Rinciannya, 13 cuita berisi narasi mendukungi “pilih damai bareng prabowo” dan sebagian besar twit tersebut berasal dari akun yang sama: @ayundhaqh (3 kali twit), @cuitcuap_ (2 kali), @Nindaagustii (3 kali) dan @info_beragam (2 kali).
"Akun @info_beragam misalnya, terlihat mendukung Prabowo sejak 2023. Namun, sebanyak 7 post lainnya bersifat melawan narasi," ujar dia.
Sementara di Top 5 post yang di-retweet isinya kontra narasi dari 'pilih damai bareng prabowo'. "Artinya netizen melakukan perlawanan ke upaya memviralkan narasi," kata dia.