Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
OLONEL Pramono Edhie Wibowo menghadap Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri pada suatu hari di tahun 2000. Dia melaporkan tugas barunya sebagai ajudan RI-2. Mengetahui perwira di depannya anak bekas Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Megawati memerintahkan dia lebih dulu meminta izin kepada ibunya.
Menurut cerita Mega dalam satu kesempatan, Pramono pamit melaksanakan perintah itu. Tak lama, dia kembali menghadap. Ditanya apakah sudah meminta izin ibunya, perwira Komando Pasukan Khusus itu mengiyakan. Megawati bertanya, apa jawaban ibu Pramono, dan dijawab, "Saya diminta menjalankan tugas sebaik-baiknya." Sejak itu, Pramono mendampingi Megawati bersama ajudan lain dari Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Kepolisian.
Ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid dan menempatkan Megawati di kursi RI-1 pada 2001, Pramono pun menjadi ajuÂdan presiden. Menurut Endriartono Sutarto, ketika itu Kepala Staf Angkatan Darat, Megawatilah yang mempertahankan Pramono. "Hubungan ajudan dan pejabatnya lebih bersifat pribadi, kedekatan," Âujarnya.
Ketika ditunjuk menjadi ajudan wakil presiden, Pramono sedang menjalani pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI di Bandung. Sebulan lagi ia harus mengerjakan ujian akhir. Walhasil, setiap "turun piket", ia pergi ke Bandung. "Dia tidak memanfaatkan keistimewaan sebagai ajudan," kata Panglima Komando Daerah Militer Jaya Mayor Jenderal Erwin Hudawi Lubis, teman seangkatan Pramono di Akademi Militer 1980.
Posisi Pramono juga tak berubah ketika Megawati berseteru dengan kakak iparnya, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono. Ia baru meninggalkan pos ajudan presiden setelah Megawati dikalahkan Yudhoyono pada pemilihan 2004. Karier perwira kelahiran Magelang, 5 Mei 1955, itu segera bergerak ke atas. Ia antara lain menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus dan Panglima Kodam Siliwangi. Jabatan terakhirnya Kepala Staf Angkatan Darat, yang didudukinya pada Juli 2011-Mei 2013.
Hubungan Pramono dengan bekas bosÂnya "terusik" sebulan sebelum pensiun. Pada 20 April lalu, belasan personel Batalion Zeni Konstruksi 13 Kodam Jaya membuat rusuh di Kantor Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ketika itu, Ketua Umum Megawati sedang memimpin rapat. Insiden ini membuat politikus Banteng marah. Kepala Staf Angkatan Darat Pramono Edhie segera menghubungi Erwin Hudawi Lubis. Setelah memperoleh penjelasan dari Panglima Kodam Jaya itu, Pramono memerintahkan, "Bela yang benar, hukum yang salah!" Sejumlah politikus menyebutkan Pramono juga menghubungi Megawati guna menjelaskan persoalan ini.
Pramono juga punya sejarah dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Ketika sama-sama menjadi pelatih sekolah penerjun di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Komando Pasukan Khusus, Batujajar, Jawa Barat, saban malam Pramono dan Erwin bersepeda mengawasi barak prajurit. Suatu ketika, mereka berpapasan dengan Kolonel Prabowo, komandan pusat pendidikan. Ditanya alasan berada di luar asrama pada malam gulita, menurut Erwin, Pramono menjawab, "Kami sedang mengontrol keadaan."
Selang dua pekan, Prabowo mengundang mereka makan malam di dapur rumah dinasnya. Setelah itu, mereka meriung di ruang tamu. Erwin mengisahkan, ketika itu, tuan rumah meminta dua tamunya suit—mengundi dengan ibu jari, telunjuk, dan kelingking. Pramono menyodorkan jempol, Erwin telunjuk. Pramono menang. Prabowo berdiri dan membuka pintu. Dua mobil berwarna hijau diparkir di depan rumah. Prabowo meminta Pramono memilih lebih dulu, sementara mobil satunya menjadi jatah Erwin. Ketika meninggalkan pusat pendidikan Kopassus, menurut Erwin, Pramono memberikan mobil itu kepada penggantinya. "Dia mengatakan mobil itu diberikan karena jabatan, bukan pribadi," ujarnya.
Hubungan lama itu, menurut beberapa politikus Partai Demokrat, akan banyak berguna bagi karier politik yang sedang dimasuki Pramono.
Rusman Paraqbueq, Indra Wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo