Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Konvensi Made in Cikeas

Yudhoyono merancang cara menjaring calon presiden. Melibatkan Agus Widjojo, Juwono, dan Hassan Wirajuda.

7 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASUKNYA mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo ke Partai Demokrat tak mengendurkan niat Irman Gusman mengikuti konvensi calon presiden. Ketua Dewan Perwakilan Daerah itu yakin peluangnya terpilih tetap besar meski pesaingnya bertambah banyak. "Saya ini diundang langsung oleh Pak SBY untuk ikut konvensi," katanya ­Jumat pekan lalu.

"Undangan" dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga Ketua Umum Demokrat, ketika Irman bertamu ke Istana Negara pada 10 April lalu—sebulan sebelum Pramono Edhie pensiun dari dinas militer. Kini Pramono sudah menjadi anggota Dewan Pembina Demokrat dan disebut-sebut bakal mengikuti konvensi. "Ini pertarungan gagasan. Saya siap bersaing dengan siapa saja," ujar Irman.

Keberadaan Pramono juga tak menciutkan nyali mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. Ia menyatakan siap bersaing dengan Pramono atau Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, yang keduanya disebut dijagokan Cikeas. "Asal proses seleksinya obyektif, siapa pun harus diberi peluang," katanya. Walau begitu, Mahfud menunggu aturan mainnya resmi diumumkan sebelum memutuskan ikut konvensi. "Aturannya bagus atau tidak."

Pembukaan konvensi semestinya diumumkan dalam Rapat Koordinasi Nasional Demokrat di Hotel Grand Sahid Jakarta, Sabtu dua pekan lalu. Tapi, menurut seorang politikus Demokrat, Yudhoyono berubah pikiran karena dalam rapat itu Pramono dikukuhkan sebagai anggota Dewan Pembina. Yudhoyono khawatir publik berpikir bahwa konvensi diselenggarakan hanya untuk mengusung adik iparnya dalam pemilihan 2014.

Ketua panitia rapat koordinasi, Cornel Simbolon, membantah ada perubahan agenda. "Dari awal, pengumuman konvensi tak ada dalam jadwal," ujarnya.

Menurut Ketua Harian Demokrat Syariefuddin Hasan, Yudhoyono memilih konvensi untuk menjaring calon yang akan diusung setelah melihat belum ada kader internal yang kuat. "Masak, Demokrat sebagai partai terbesar enggak punya calon presiden?" kata Syarief. Karena itu, Yudhoyono membuka peluang bagi orang dari luar partai untuk berkompetisi dalam konvensi.

Syarief bercerita, ide konvensi datang dari Yudhoyono sendiri. Beberapa hari setelah terpilih sebagai Ketua Umum Demokrat dalam kongres luar biasa di Bali pada akhir Maret lalu, Yudhoyono mengumpulkan tiga menteri dari Demokrat, yakni Syarief, Jero Wacik, dan Evert Ernest Mangindaan, di rumahnya, Puri Cikeas. Bersama merekalah Yudhoyono kerap mendiskusikan aturan main dan persyaratan calon.

Idenya diambil dari konvensi di Amerika Serikat. Mematangkan konsepnya, Yu­dhoyono, melalui orang dekatnya, kabarnya sampai berkonsultasi dengan seorang ahli politik dari Amerika. Belum adanya aturan tentang primary election atawa pemilihan pendahuluan—yang di Amerika diselenggarakan untuk memilih delegasi dari setiap negara bagian—di Indonesia membuat Yudhoyono memodifikasi konvensi.

Berbeda dengan di Amerika yang pesertanya harus anggota partai, konvensi Demokrat terbuka bagi orang luar. Di Amerika, yang bisa memilih hanya delegasi partai di semua negara bagian Amerika. Adapun pemilih konvensi Demokrat adalah publik, tak mesti anggota partai, meski tak secara langsung. Caranya dengan survei di setiap provinsi.

Pemilihan calon presiden dari partai di Amerika lebih dekat dengan konvensi Partai Golkar pada 2004. Pesertanya kader partai. Bedanya, pemilih dalam konvensi Golkar hanya pengurus pusat dan daerah, yang jumlahnya sekitar 500 orang. Model seperti itu rawan politik uang.

Syarief mengatakan pendaftaran akan dibuka pada Juli-Agustus tahun ini. Siapa pun diperbolehkan mendaftar asalkan memenuhi persyaratan, antara lain berintegritas, tidak tersangkut perkara hukum dan moral, serta pernah memegang jabatan publik.

Jika memenuhi syarat yang diminta, pendaftar tak otomatis lolos. Setiap calon akan dijaring komite khusus yang beranggotakan orang partai dan pakar dari luar. Dari dalam, kemungkinan besar yang bakal duduk adalah Jero Wacik dan Mangindaan. Adapun tokoh eksternal di antaranya mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, dan mantan Kepala Staf Teritorial TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo.

Menurut sejumlah sumber, mereka diminta langsung oleh Yudhoyono untuk duduk di komite. Ketiganya diundang ke Cikeas pada Mei lalu. Dimintai konfirmasi oleh Indra Wijaya dari Tempo, Juwono menolak menceritakan pertemuan. "Saya tak mau ngomong dulu." Siapa yang pas duduk di komite masih digodok hingga Jumat pekan lalu.

Pada September nanti, calon yang lolos akan diumumkan ke publik. Selanjutnya, mereka dipersilakan turun ke daerah untuk menggalang dukungan. Waktunya cukup panjang: hingga Maret 2013. Selama April, konvensi rehat karena partai berkonsentrasi menghadapi pemilihan anggota legislatif. Setelah itu, pada Mei, komite khusus melakukan survei di 33 provinsi. Hasilnya kemudian dibawa ke konvensi. Peserta yang elektabilitasnya paling tinggi akan ditetapkan sebagai calon presiden dari Demokrat.

Syarief menjamin hasil survei kelak bukan rekayasa. Survei akan dilakukan lembaga independen yang disewa komite khusus. Menurut Syarief, calon yang terpilih harus benar-benar mencerminkan pilihan publik, karena bakal diadu lagi dalam pemilihan presiden sesungguhnya pada Juli 2014. Majelis Tinggi Demokrat—yang memiliki kewenangan menentukan calon presiden—hanya berperan dalam menetapkan pemenang konvensi.

Sampai ditetapkan sebagai calon presiden terpilih, peserta konvensi diperbolehkan tak memiliki kartu tanda anggota Demokrat alias tak bergabung ke partai. Tapi, setelah terpilih, sebelum didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum, pemenang konvensi—bila berasal dari luar partai atau tak berpartai—harus mau masuk Demokrat. "Karena dia akan diusung sebagai capres kami," kata Syarief.

Dengan seleksi seperti ini, meski Pramono dijagokan sejumlah elite Demokrat, belum tentu ia dipilih publik. Karena itu, calon peserta tak perlu takut kalah sebelum bertanding. Meski begitu, pada Jumat dua pekan lalu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie tiba-tiba membuat pernyataan mengagetkan. Ia menyiratkan kemungkinan tak ikut konvensi. Sebelumnya, Marzuki termasuk yang antusias mendaftar. Sejumlah pendukungnya di daerah bahkan sudah memasang baliho dan spanduk "Marzuki for President", lengkap dengan foto wajahnya.

Entah kabar bahwa Pramono akan ikut konvensi entah aturannya yang rumit yang melunakkan tekad Marzuki. Ia hanya berujar, "Politik itu capek. Saya capek."

Anton Septian, Subkhan J. Hakim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus