Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inilah buah reformasi bagi kalangan Tionghoa: kedai-kedai bisa ditempeli tulisan berhuruf kanji, media massa berbahasa Mandarin bebas diterbitkan, dan kesenian tradisional Tionghoa bebas manggung di mana-mana. Sebutlah misalnya barongsai. Sementara selama Orde Baru tarian ini haram dipentaskan, kini ia laris manis. Ia muncul di hari raya Imlek, perayaan 17 Agustus, hingga di gedung menjulang seperti saat pembukaan pameran mobil, juga pembukaan plaza.
Setelah dikungkung selama 32 tahun, warga Tionghoa menyambut gembira perkembangan ini. Kegembiraan juga tampak jelas dari jawaban 500 responden dalam jajak pendapat ini. Walau masih ada yang menganggap kebebasan itu masih terbatas, 67 persen responden merasa puas melihat apa yang sekarang terjadi. Dan angin perubahan itu tak cuma dinikmati oleh mereka yang gemar bermain barongsai. Kaum politik dari kalangan ini juga bersuka-ria.
Sementara selama masa Orde Baru orang Tionghoa hampir-hampir sepi di daftar legislatif, kali ini mereka bertaburan di sejumlah partai. Yang dulu cuma sibuk di kedai dagang pun kini ramai-ramai peduli politik. Mayoritas respondensebagian besar adalah pedagangmengaku tak pernah absen dari bilik suara selama pemilu legislatif 5 April dan pemilu presiden tahap pertama, 5 Juli lalu.
Fakta ini sekaligus mempertegas bahwa tak semua orang Cina apolitis. Mereka ingin ikut ambil bagian dalam sebuah proses politik. Mereka bahkan cukup kritis melihat apakah partai politik yang ada sudah mewakili kepentingan mereka. Sebaliknya, meski sebagian besar menganggap partai-partai yang ada belum mewakili atau masih sangat sedikit mewakili kepentingannya, mereka merasa tak perlu membentuk partai politik khusus untuk orang-orang Cina.
Bagaimana menjelaskan soal ini? Inilah yang, menurut Christianto Wibisono, menunjukkan bahwa orang Cina adalah majemuk. Mereka bukan satu entitas yang bisa disekat dalam satu kotak.
Tapi kabar buruk toh tetap ada. Angin reformasi yang bertiup kencang selama lima tahun ternyata tak mampu mengikis habis perlakuan diskriminatif, terutama perlakuan tak adil di meja-meja para birokrat. Mayoritas responden mengaku sering ditagih lebih banyak uangketimbang kalangan lainnyaketika mengurus administrasi kependudukan. Dan diskriminasi juga bisa datang lewat selembar kertas. Sejumlah orang dari kalangan ini mengaku masih ditagih untuk menunjukkan surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) saat mengurus kartu tanda penduduk, paspor, dan urusan administrasi lainnya. Padahal, 14 April 2004 lalu Dirjen Imigrasi sudah menghapus persyaratan itu. Kesulitan seperti ini bahkan menimpa orang seperti Susi Susanti dan Alan Budikusumamantan atlet bulu tangkisyang berkali-kali mengharumkan nama Merah Putih di kancah internasional.
Hampir sebagian besar responden hakulyakin bahwa perlakuan tak adil itu disebabkan oleh kecemburuan ekonomi dan kurangnya interaksi antara kalangan Tionghoa dan kaum pribumi. Dan jalan keluarnya mungkin bisa diawali dari dua persoalan ini.
Menurut Anda, bagaimana situasi politik dan keamanan setelah lima tahun reformasi? | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lebih buruk | 21%Sama saja | 57% | Lebih baik | 23% | |
Apakah Anda ikut mencoblos dalam pemilu? (satu jawaban) | Ya (pada salah satu pemilu, legislatif atau presiden) | 21% | Ya (di kedua pemilu, legislatif dan presiden) | 69% | Tidak | 10% | |
Apakah parpol yang ada telah mewakili kepentingan Anda? (satu jawaban) | Ya, sudah mewakili kepentingan saya | 36% | Tidak mewakili kepentingan saya | 35% | Sangat sedikit kepentingan saya yang dapat terwakili | 30% | |
Menurut Anda, apakah perlu dibentuk partai khusus untuk kelompok Tionghoa? (satu jawaban) | Ya | 35% | Tidak | 65% | |
Menurut Anda, apakah kerusuhan seperti kerusuhan Mei 1998 masih mungkin terjadi? (satu jawaban) | Ya | 30% | Tidak | 35% | Tidak tahu | 35% | |
Apa pilihan Anda jika kerusuhan terjadi kembali? (open ended) | Pindah ke luar negeri | 8% | Mengungsi sementara ke luar negeri | 11 | Pindah ke daerah lain di wilayah RI | 11% | Mengungsi ke daerah lain di wilayah RI | 19% | Bertahan di tempat tinggal saat ini | 59% | |
Sebagai warga Tionghoa, dalam hal apa Anda merasa dibedakan dengan warga pribumi? | Dimintai uang lebih banyak saat mengurus surat-surat | 72% | Dimintai uang oleh preman | 12% | Diperas oleh oknum aparat | 10% | Selalu didahulukan saat berurusan dengan aparat pemerintah | 9% | Lebih mudah mencari pekerjaan pada sektor tertentu | 20% | Lingkungan pergaulan | 1% | Mengurus surat-surat dipersulit/diperlambat | 2% | Biaya pendidikan lebih mahal | 1% | Tidak tahu | 9% | |
Apakah masih ada pembatasan bagi warga Tionghoa dalam hal-hal berikut ini? (satu jawaban) | Menjadi pegawai negeri | Ya | 61% | Tidak | 21% | Tidak tahu | 18% |
Menjadi mahasiswa universitas negeri | Ya | 18% | Tidak | 70% | Tidak tahu | 12% |
Menjadi polisi/tentara | Ya | 59% | Tidak | 18% | Tidak tahu | 23% | Menjadi menteri | Ya | 41% | Tidak | 41% | Tidak tahu | 18% | |
Menurut Anda, apa penyebab masih adanya diskriminasi bagi warga Tionghoa? (open ended) | Kecemburuan sosial-ekonomi | 73% | Kurangnya interaksi antara Cina dan pribumi | 46% | Banyaknya konglomerat Cina yang melakukan kejahatan tapi tidak dihukum dengan setimpal | 10% | Tayangan dan berita di media massa kurang mendukung pembauran | 16% | Tidak tahu | 1% | |
Seberapa besar interaksi Anda dengan sesama warga Tionghoa? (jawaban boleh lebih dari satu) | Teman dekat saya banyak yang beretnis Tionghoa | 78% | Saya tinggal di RT yang warganya Tionghoa | 41% | Saya menggunakan bahasa Tionghoa di rumah | 42% | Saya bekerja di tempat yang berhubungan dengan etnis Tionghoa | 41% | Menyatu dengan warga pribumi | 1% | |
Setelah reformasi, tulisan Cina boleh digunakan secara terbuka, pertunjukan seni tradisional Cina (barongsai, dll.) juga makin marak di berbagai tempat. Bagaimanakah perkembangan ini menurut Anda? (satu jawaban) | Masih kurang, perlu diberi kebebasan yang lebih banyak | 29% | Sudah cukup | 67% | Terlalu bebas/banyak | 3% | Harus lebih dibatasi | 2% | | |
---|
Metodologi Jajak Pendapat:
Jajak pendapat ini dilakukan Majalah TEMPO bekerja sama dengan Insight. Data dikumpulkan di lima kota besar di Indonesia, Jakarta, Medan, Makassar, Surabaya, dan Solo, dengan jumlah total responden 500 orang. Pemilihan responden rumah tangga menggunakan metode Kish Grid. Wawancara dilakukan dengan tatap muka di rumah responden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo